BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Hutan
adalah suatu wilayah yang memiliki banyak tumbuh-tumbuhan lebat yang berisi
antara lain pohon, semak, paku-pakuan, rumput, jamur dan lain sebagainya serta
menempati daerah yang cukup luas. Hutan berfungsi sebagai penampung karbon
dioksida (carbon dioxide sink), habitat hewan, modulator arus hidrologika, dan
pelestari tanah serta merupakan salah satu aspek biosfer bumi yang paling
penting. Hutan adalah bentuk kehidupan yang tersebar di seluruh dunia. Kita
dapat menemukan hutan baik di daerah tropis maupun daerah beriklim dingin, di
dataran rendah maupun di pegunungan, di pulau kecil maupun di benua besar.
Kayu
merupakan salah satu hasil dari sumber kekayaan alam yang kita sadari atau
tidak sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari kita, merupakan bahan mentah
yang mudah diproses untuk dijadikan barang sesuai kemajuan teknologi (seperti
meja, kursi, almari, dipan dan lain-lain). Kayu memiliki beberapa sifat
sekaligus, yang tidak dapat ditiru oleh bahan-bahan lain.
Pengertian kayu yang saya maksut disini adalah suatu bahan yang diperoleh dari hasil pemungutan pohon-pohon di hutan melalui tahap-tahap tertentu, yang merupakan bagian dari pohon tersebut, setelah diperhitungkan dan dipilah bagian-bagian mana yang lebih banyak dapat dimanfaatkan untuk sesuatu tujuan penggunaan. Baik berbentuk kayu pertukangan, kayu industry maupun kayu bakar.
Pengertian kayu yang saya maksut disini adalah suatu bahan yang diperoleh dari hasil pemungutan pohon-pohon di hutan melalui tahap-tahap tertentu, yang merupakan bagian dari pohon tersebut, setelah diperhitungkan dan dipilah bagian-bagian mana yang lebih banyak dapat dimanfaatkan untuk sesuatu tujuan penggunaan. Baik berbentuk kayu pertukangan, kayu industry maupun kayu bakar.
B.
Tujuan
dan Manfaat
1.
Tujuan
dan manfaat pengambilan sampel
a. Tujuan
Untuk
memahami metode pengambilan sampel yang tepat
b. Manfaat
Untuk
digunakan sebagai objek pengamatan
2.
Tujuan
dan manfaat praktikum cirri makroskopis kayu
a.
Tujuan
Untuk mengetahui
sifat-sifat makroskopis kayu seperti warna, kilap, tekstur, arah serat,
jari-jari, pori dan untuk membandingkan berat antara satu jenis kayu dengan
jenis kayu lainnya.
b.
Manfaat
Praktikan
dapat mengetahui dan memahami cara untuk mengamati sifat-sifat makroskopis kayu
serta untuk membandingkan teori dengan praktikum.
3.
Tujun
dan manfaat praktikum preparat gosok
a.
Tujuan
Untuk
mengetahui pori dan parenkim yang dimiliki oleh kayu yang diamati baik kayu
daun jarum maupun kayu daun lebar
b.
Manfaat
Praktikan
dapat mengetahui cara untuk mengidentifikasi pori berdasarkan sebaran dan
susunannya serta parenkimmnya. Juga untuk membandingkan kenyataan yang
diperoleh dalam kegiatan praktikum dengan teori yang didapatkan.
4.
Tujun
dan manfaat praktikum preparat sayatan
a.
Tujuan
Untuk
mengetahui bagaimana cara melakukan penyayatan yang benar untuk mengambil
sampel sayatan pengamatan.
b.
Manfaat
Praktikan
mengetehui beberapa penggolongan pori, jari-jari sampel kayu Untuk mengetahui
bagaimana cara melakukan penyayatan yang benar untuk mengambil sampel sayatan
yang telah ditentukan serta untuk membandingkan teori dengan praktikum.
BAB
II
METODE
PRAKTIKUM
A.
Cara
Pengambilan Sampel
1. Cara
Pengambilan Sample Kayu Daun Lebar ( Jati ) dan Kayu Daun Jarum
(
pinus) :
a. Tebanglah
pohon jati yang sudah memiliki lingkaran tahun.
b. Pilih
batang/bagian pohon yang akan dijadikan sampel dengan kriteria sehat, tidak
cacat, dan bukan kayu muda, potong menggunakan gergaji.
c. Buat
sampel kayu berdasarkan sumbu anisotropiknya dengan ukuran :
§ (5
x 5 x 5) cm sebanyak 2 buah;
§ (2
x 2 x 2) cm sebanyak 5 buah;
§ (2
x 2 x 3) cm sebanyak 3 buah.
d. Sampel
kayu yang dibuat tidak boleh memiliki kulit dan mengenai pith.
e. Selajutnya
sampel kayu dikering-udarakan.
f.
Untuk hasil potongan sampel kayu dengan
permukaan yang kasar, baiknya dihaluskan dengan menggunakan amplas.
2. Cara
Pengambilan Sample Monokotil ( Bambu )
a. Tebanglah
bambu yang sudah dewasa.
b. Pilih
bagian batang yang akan dijadikan sampel, potong menggunakan gergaji.
c. Buat
sampel kayu berdasarkan sumbu anisotropiknya dengan ukuran :
§ (5
x 5 x 5) cm sebanyak 2 buah;
§ (2
x 2 x 2) cm sebanyak 5 buah;
§ (2
x 2 x 3) cm sebanyak 3 buah.
d. Selanjutnya
sampel di kering udarakan.
e. Jangan
simpan sampel di tempat yang lembab.
B.
Metode
Praktikum Ciri Makroskopis kayu
1.
Waktu
dan Tempat
Pengamatan
ciri Makroskopis kayu dilaksanakan pada hari Kamis, 3 September 2015 pada pukul
09:00 WITA sampai selesai bertempat di Laboratorium Teknologi Hasil Hutan
Fakultas Kehutanan Universitas Hasanuddin, Makassar.
2.
Alat
dan bahan
a. Siapkan
potongan kayu yang akan diamati.
b. Amatilah
sifat makroskopisnya secara langsung untuk kilap, warna kayu, serat, tekstur, jari-jari
dan berat.
c. Dengan
bantuan lup, amati sebaran porinya.
d. Untuk
kesan raba dan kekerasan gunakan kuku dan cutter.
e. Catat
hasil pengamatan.
f.
Gambarkan pori dan jari-jari dari kayu
yang diamati.
3.
Prosedur
kerja
a. Siapkan
potongan kayu yang akan diamati.
b. Amatilah
sifat makroskopisnya secara langsung untuk kilap, warna kayu, serat, tekstur ,
jari-jari dan berat.
c. Dengan
bantuan lup, amati sebaran porinya.
d. Untuk
kesan raba dan kekerasan gunakan kuku dan cutter.
e. Catat
hasil pengamatan.
f.
Gambarkan pori dan jari-jari dari kayu
yang diamati.
C.
Metode
Praktikum Preparat Gosok
1.
Waktu
dan tempat
Pengamatan
untuk preparat gosok itu dilaksanakan pada hari Kamis, 17 September 2015 pada
pukul 09:00 WITA sampai selesai bertempat di Laboratorium Teknologi Hasil Hutan
Fakultas Kehutanan Universitas Hasanuddin, Makassar.
2.
Alat
dan Bahan
a. Potongan
kayu berukuran (2x2x2) cm
b. Cutter
c. Kaca
gosok
d. Objek
glass
e. Karborendum
f.
Air
g. Lup
h. Eukit
/ lem UHU
i.
Label
3.
Prosedur
Kerja
a. Siapkan
sampel kayu berukuran (2x2x2) cm menurut arah sumbu anisotropiknya.
b. Siapkan
kaca gosok, kemudian taburi karborendum secukupnya dan tambah sedikit air.
c. Gosoklah
kaca tersebut dengan menggunakan objek glass hingga rata dan kaca gosok menjadi
kasar dan tajam ( ± 10 menit).
d. Cucilah
kaca gosok tersebut hingga bersih.
e. Gosoklah
bidang transversal (melintang) sampel kayu pada kaca gosok sambil menjaga agar
kaca gosok dan sampel tetap dalam keadaan basah dengan bantuan air. Penggosokan
dinyatakan selsai setelah diperoleh sample kayu yang bidang melintangnya
mempunyai permukaan yang rata dan semua elemen-elemen penyusun kayu jelas
terlihat dengan bantuan lup.
f.
Lekatkan / tempelkan bidang melintang yang
berseblahan dengan yang digosok pada objek glass dengan eukit.
g. Beri
keterangan dengan menggunakan kertas label tentang nama spesies ( dalam bahasa
daerah, latin atau Indonesia).
h. Amati
parenkim, pori dan lingkaran tahunnya.
D.
Metode Praktikum Preparat Sayatan
1.
Waktu
dan tempat
Pengamatan
untuk preparat sayatan itu dilaksanakan pada hari Kamis, 17 September 2015 pada
pukul 09:00 WITA sampai selesai bertempat di Laboratorium Teknologi Hasil Hutan
Fakultas Kehutanan Universitas Hasanuddin, Makassar.
2.
Alat
dan Bahan
Alat
yang digunakan yaitu :
a. Gelas
piala
b. Cutter
c. Mikroskop
d. Objek
glass
e. Penangas
air
f.
Deck glass
g. pinset
h. kawat
i.
pemberat
j.
alat tulis menulis
Bahan
yang digunakan yaitu :
a. samel
kayu berukuran (2 x 2 x 2) cm
b. Aquades
c. Eukit
d. Alkohol
30% , 50%, 70%, dan 90%.
e. Tissu
roll
f.
Label
3.
Prosedur
Kerja
a. Siapakan
sampel kayu berukuran (2x2x2) cm menurut arah anisotropiknya
b. Pada
masing-masing sampel yang telah disiapkan tersebut diberi label. Khusus untuk
sampel kayu yang berberat jenis tinggi direbus terlebih dahulu pada penangas
air dengan menggunakan gelas piala.
c. Selanjutnya
dilakukan perendaman dengan alcohol gliserin selama tiga minggu. Satu minggu
dalam alcohol : (3:1), seminggu dalam alcohol : gliserin (1:1), dan seminggu
dalam alcohol : gliserin (1:3).
d. Penyayatan
dilakukan terhadap ketiga bidang pengamatan dengan menggunakan pisau sayat atau
cutter
e. Hasil
sayatan diletakkan pada cawan petri yang berisi aquadest. Untuk memberikan
ketajaman dalam pengamatan pada mikroskop maka dilakukan pewarnaan dengan
menggunakan safranin.
f.
Langka-langkah pewarnaan adalah sebagai
berikut : hasil sayatan dihidrasi dengan alcohol 30%, 10%, dan aquadest
masing-masing selama 2 menit, kemudian memberikan zat warna safranin 2% dan
menyimpannya selama 24 jam, kemudian mencuci dengan aquadest sampai bersih dan
dihidrasi secra berurutan masing-masing dengan alcohol (30%,50%,70%, dan 90%)
masing-masing selama 2 menit.
g. Sayatan
disusun pada objek glass dengan meberikan label masing-masing kemudian ditetesi
dengan eukit lalu ditutup dengan deck glass.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
1)
Hasil
A.
Pengamatan
Makroskopis Kayu
1.
Hasil
Pengamatan Pori
No.
|
Jenis
Kayu
|
Sebaran Pori
|
Jelas dengan
Mata Telanjang
|
Jelas dengan
Lensa
|
Hanya Jelas
dengan Lensa
|
||
A
|
B
|
C
|
|||||
1.
|
KDL (Jati)
|
ü
|
|
√
|
|
|
√
|
2.
|
KDJ (Pinus)
|
|
|
|
|
|
|
3.
|
Monokotil
(Bambu)
|
|
√
|
|
|
|
√
|
Keterangan :
A
= Pori tata lingkar, B = Pori tata baur, C = Pori semi tata lingkar
2.
Hasil
Pengamatan Warna
No.
|
Jenis
Kayu
|
Keputih-putihan
|
Kuning
Keputihan
|
Coklat
Tua
|
Kecoklatan-Coklatan
|
Pink
|
Merah
|
Coklat
Kemerahan
|
Hitam,
ungu, kuning terang, dll
|
1.
|
KDL
(Jati)
|
|
|
|
√
|
|
|
|
|
2.
|
KDJ
(Pinus)
|
√
|
|
|
|
|
|
|
|
3.
|
Monokotil
(Bambu)
|
|
√
|
|
|
|
|
|
|
3.
Hasil
Pengamatan Tekstur
No.
|
Jenis Kayu
|
Halus (diameter serabut <30µ)
|
Agak Kasar (diameter sel serabut 30-45 µ)
|
Kasar (diameter sel serabut >45µ)
|
Ket.
|
1.
|
KDL (Jati)
|
|
√
|
|
|
2.
|
KDJ (Pinus)
|
√
|
|
|
|
3.
|
Monokotil (Bambu)
|
|
|
√
|
|
4.
Hasil
Pengamatan Kekerasan
No.
|
Jenis Kayu
|
Sangat keras
|
keras
|
sedang
|
Sangat
lunak
|
1.
|
KDL (Jati)
|
|
√
|
|
|
2.
|
KDJ (Pinus)
|
|
|
√
|
|
3.
|
Monokotil (Bambu)
|
|
|
|
√
|
5.
Hasil
Pengamatan Berat
No.
|
Jenis Kayu
|
Sangat berat
|
Berat / agak berat
|
Ringan / agak ringan
|
Sangat
ringan
|
1.
|
KDL (Jati)
|
|
√
|
|
|
2.
|
KDJ (Pinus)
|
|
|
√
|
|
3.
|
Monokotil (Bambu)
|
|
|
|
√
|
6.
Hasil
Pengamatan Kilap
No.
|
Jenis
Kayu
|
Kilap
|
||
Kusam
|
Agak Mengkilap
|
Sangat Mengkilap
|
||
1.
|
KDL (Jati)
|
√
|
|
|
2.
|
KDJ (Pinus)
|
|
√
|
|
3.
|
Monokotil (Bambu)
|
|
|
√
|
7.
Hasil
Pengamatan Arah Serat dan Kesan Raba
No.
|
Jenis
Kayu
|
Aarah Serat
|
Kesan Raba
|
|||
Lurus
|
miring
|
Terpadu
|
Licin
|
Kasar
|
||
1.
|
KDL
(Jati)
|
√
|
|
|
|
√
|
2.
|
KDJ (Pinus)
|
|
|
√
|
√
|
|
3.
|
Monokotil
(Bambu)
|
√
|
|
|
√
|
|
B.
Preparat
Gosok
1.
Tabel
Hasil Pengamatan Penyebaran Pori
No.
|
Jenis
Kayu
|
Penyebaran Pori
|
||||
Tersebar
|
Kelompok Radial
|
Kelompok Miring
|
Berombak
|
Gerombol
|
||
1.
|
KDL
(Jati)
|
√
|
√
|
|
|
|
2.
|
KDJ
(Pinus)
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
3.
|
Monokotil
(Bambu)
|
√
|
|
|
|
|
2.
Tabel
Hasil Pengamatan Penggabungan Pori
No.
|
Jenis
Kayu
|
Penggabungan Pori
|
|||
Soliter
|
Sebagian Besar Gabungan
|
Soliter + Gabungan
|
Sebagian Besar Soliter
|
||
1.
|
KDL
(Jati)
|
|
√
|
|
|
2.
|
KDJ
(Pinus)
|
-
|
-
|
-
|
-
|
3.
|
Monokotil
(Bambu)
|
|
|
|
√
|
3.
Tabel
Hasil Pengamatan Parenkim
No.
|
Jenis
Kayu
|
Penyebaran
Parenkim
|
|||||||
Tersebar
|
Garis Tangensial Pendek
|
Garis Tangensial
Panjang
|
Scanty
|
Selubung
|
Allform
|
Confluent
|
Unilaterally
|
||
1.
|
KDL
(Jati)
|
|
|
|
|
√
|
|
|
|
2.
|
KDJ
(Pinus)
|
√
|
|
|
|
|
|
|
|
3.
|
Monokotil
(Bambu)
|
√
|
|
|
|
|
|
|
|
C.
Pengamatan
Preparat Sayatan
1.
Tabel
Hasil Pengamatan Penggabungan Isi Pori
No.
|
Jenis
Kayu
|
Penggabungan
|
Isi
Pori
|
|
Soliter
|
Bergabung
|
|||
1.
|
KDL
(Jati)
|
99
|
27
|
126
|
2.
Tabel
Hasil Perhitungan Persentase Penggabungan Pori
No.
|
Jenis
Kayu
|
Persentase
Penggabungan
|
|
Kuantitas
|
Kualitas
|
||
1.
|
KDL
(Jati)
|
(27/126) x 100% =21,42
{20-50}
|
Soliter
dan Penggabungan
|
3.
Tabel
Hasil Perhitungan Jumlah Pori/mm2
No.
|
Jenis
Kayu
|
Jumlah
Pori/mm2
|
|
Kuantitas
|
Kualitas
|
||
1.
|
KDL
(Jati)
|
(126/25) x 100% =5,04 mm2
{5-20}
|
Jarang
|
4.
Tabel
Hasil Pengukuran Diameter Pori
No.
|
Jenis
Kayu
|
Diameter
Pori
|
|
Kuantitas
|
Kualitas
|
||
1.
|
KDL
(Jati)
|
(3760/25) = 150,4 mikron
{100-200}
|
Besar
|
5.
Tabel
Hasil Perhitungan Jumlah Jari-jari/mm2
No.
|
Jenis
Kayu
|
Jumlah
Jari-jari/mm2
|
|
Kuantitas
|
Kualitas
|
||
1.
|
KDL
(Jati)
|
204/25 = 8,16
|
Agak
banyak
|
6.
Tabel
Hasil Perhitungan Lebar Jari-jari
No.
|
Jenis
Kayu
|
Lebar
Jari-jari
|
|
Kuantitas
|
Kualitas
|
||
1.
|
KDL
(Jati)
|
1740/25 = 69,6 mikron
{50-100}
|
Agak
Lebar
|
7.
Tabel
Hasil Perhitungan Tinggi Jari-jari
No.
|
Jenis
Kayu
|
Tinggi
jari-jari
|
|
Kuantitas
|
Kualitas
|
||
1.
|
KDL
(Jati)
|
13170/25 = 526,8 mikron
{500-1000}
|
Sangat
pendek
|
2)
Pembahasan
Dalam praktikum Ilmu Kayu ini kita mengambil sampel
kayu yang akan diamati yaitu dari kelompok Kayu Daun Lebar (KDL) : Jati,
kelompok Kayu Daun Jarum (KDJ) : Pinus, , kelompok Monokotil: Bambu. Ukuran
kayu yang kita gunakan yaitu ada 2 yaitu (5x5x5) cm sebanyak 2 buah, (2x2x3) cm
sebanyak 3 buah, dan (2x2x2) cm 5 buah
tiap jenis kelompok kayu.
Sampel kayu yang telah dipotong jelas dari
bidang-bidangnya itu untuk membuktikan apakah kayu memiliki sifat anisotropik,
yaitu kayu yang bidangnya itu berbeda-beda. Bidang kayu tersebut ada tiga yaitu
bidang axial atau bidang yang lingkaran pohonnya itu tegak lurus dengan sumbu
pohon, radial atau bidang yang sejajar dengan sumbu pohon, dan bidang
Tangensial yaitu bidang yang sejajar dengan jari-jari.
A. Sifat Makroskopis
Kayu
Pengamatan yang dilakukan untuk melihat ciri
makroskopis kayu, yang terdiri dari sebaran pori, warna, tekstur, kekerasan,
berat, kilap, arah serat yang dapat
diuraikan sebagai berikut:
1.
Sebaran pori kayu
Terlihat pada Kayu Daun
Lebar (KDL) yaitu jati memiliki sebaran
pori semi tata lingkar yang dapat dilihat hanya menggunakan lensa sedangkan
pada Kayu Daun Jarum (KDJ) yaitu pinus itu tidak memiliki pori karena 95% sel
penyusunnya adalah saluran resin, dan untuk pengamatan pori kelompok Monokotil atau
bambu itu memiliki sebaran pori tata baur yang bisa dilihat hanya dengan menggunakan lensa.
2.
Warna kayu
Pengamatan warna untuk
semua kelompok kayu, untuk Kayu Daun Lebar (KDL)/jati pengamatan warna
menunjukkan warna kecoklat-coklatan, sedangkan pada Kayu Daun Jarum (KDJ)/pinus
itu berwarna keputih-putihan, dan untuk pengamatan warna kelompok Monokotil
yaitu bambu itu menunjukkan warna kuning keputihan.
3.
Tekstur kayu
Pada pengamatan tekstur,
pada kelompok Kayu Daun Lebar (KDL)/jati, tekstur terkesan agak kasar. Sedangkan
pada kelompok Kayu Daun Jarum (KDJ) tekstur terkesan halus, dan untuk kelompok
Monokotil yaitu bambu memiliki tekstur yang Kasar.
4.
Tingkat kekerasan
kayu
Pada pengamatan tingkat
kekerasan kayu, untuk kelompok Kayu Daun Lebar(KDL)/jati itu memiliki tingkat
kekerasan yang jauh lebih keras dibandingkan dengan kelompok kayu yang lain.
Kayu Daun Jarum(KDJ)/pinus itu memiliki tingkat kekerasan yang juga keras,
namun tidak seperti pada tingkat kekerasan kayu pada jati. Kemudian untuk
kelompok monokotil/bambu itu berada pada tingkat yang sangat lunak.
5.
Massa/berat kayu
Pada hsil pengamatan, kita
memperoleh hasil yang menunjukkan bahwa kelompok Kayu Daun Lebar (KDL)/jati
sebagai kayu yang memiliki massa yang berat dibanding kedua sampel lainnya
(KDJ/Monokotil). Untuk KDJ/pinus itu massanya ringan, dan untuk kelompok
monokotil/bambu memiliki massa kayu yang sangat ringan.
6.
Kilap kayu dan
arah serat/kesan raba.
Pada pengamatan ini, kelompok
Kayu Daun Lebar (KDL) terlihat kusam, Kayu Daun Jarum (KDJ) terlihat agak
mengkilap dan hasil pengamatan pada kelompok monokotil yaitu sangat mengkilap.
7.
pengamatan arah
serat dan kesan raba
Yang terakhir untuk pengamatan
sifat makroskopis kayu adalah bagaimana arah serat dan kesan raba. Pengamatan
arah serat untuk kelompok Kayu Daun Lebar (KDL)/jati dan kelompok
monokotil/bambu memiliki arah serat yang lurus, sedangkan kelompok Kayu Daun
Jarum (KDJ)/pinus memiliki arah serat
yang terpadu.
Pada pengamatan kesan
raba, Kayu Daun Lebar (KDL)/jati memiliki kesan raba yang kasar. Sedangkan
untuk kelompok Kayu Daun Jarum (KDJ)/pinus dan kelompok Monokotil/bambu memiliki
kesan raba yang licin.
B.
Preparat Gosok
Pengamatan yang dilakukan untuk preparat gosok itu
terdiri dari pengamatan sebaran pori, penggabungan pori, dan penyebaran parenkim
untuk semua kelompok kayu yang dijadikan sampel percobaan itu dapat diuraikan
sebagai berikut:
1.
Penyebaran pori
kayu
Penyebaran pori untuk kelompok
Kayu Daun Lebar (KDL)/jati memiliki
penyebaran pori yang tersebar dan termasuk kedalam kelompok radial. Sedangkan
pada Kayu Daun Jarum (KDJ)/pinus tidak terdapat penyebaran pori, karena Kayu
Daun Jarum, tidak memiliki pori. dan untuk kelompok Monokotil/bambu memiliki
sebaran pori yang tersebar.
2.
Penggabungan pori
Pada Kayu Daun Lebar
(KDL)/jati penggabungan pori terlihat sebagian besar gabungan, sedangkan pada
Kayu Daun Jarum (KDJ)/pinus tidak terdapat penggabungan pori karena pada
hakikatnya Kayu Daun Lebar tidak memiliki pori, dan untuk kelompok
Monokotil/bambu penyebaran porinya yaitu sebagian besar soliter.
3.
Penyebaran parenkim
Penyebaran parenkim Kayu
Daun Lebar (KDL)/jati terlihat terselubung, dan Kayu Daun Jarum (KDJ)/pinus
penyebaran parenkim terlihat tersebar. Begitu pula pada kelompok
Monokotil/bambu penyebaran parenkim juga terlihat tersebar.
C.
Preparat Sayatan.
Pengamatan yang dilakukan untuk preparat sayatan menggunakan
satu sampel kayu di mana sampel kayu yang diamati itu adalah kelompok Kayu Daun
Lebar (KDL)/jati. Hasil pengamatan yang diperoleh dapat kita uraikan sebagai
berikut:
1.
Penggabungan dan
isi pori
Pada pengamatan tentang
pengabungan pori itu kita peroleh data yang soliter itu berjumlah 99, yang
bergabung itu berjumlah 27, dan untuk isi pori itu berjumlah 126.
2.
Persentase penggabungan
pori
Persentase penggabungan
pori terdiri atas kuantitas dan kualitas kayu, dimana untuk kuantitas sampel
kayu yang diamati itu kita peroleh data sebanyak 21,42% ,dengan interval
kuantitas kayu berada pada {20% - 50%}, menurut Martawijaya kualitas persentase
penggabungan pori kayu tersebut termasuk ke dalam soliter dan gabungan
(Martawijaya, 1989).
3.
Perhitungan jumlah
pori
Perhitungan jumlah pori
pada sampel kayu yang diamati, dimana untuk kuantitasnya itu kita peroleh data
sebanyak 5,04 mm2,
menurut Martawijaya kualitas perhitungan jumlah pori yaitu jarang (Martawijaya,
1989).
4.
Diameter pori
Persentase penggabungan
pada sampel kayu yang diamati, untuk kuantitas sampel kayu itu kita peroleh
data sebanyak 150,4 mikron dengan interval berada pada {100-200}, menurut Martawijaya
kualitas kayu tersebut tergolong ke dalam kayu dengan diameter pori yang besar
(Martawijaya, 1989).
5.
Perhitungan jumlah
jari-jari
Perhitungan jumlah jari-jari
terdiri atas kuantitas dan kualitas kayu, dimana untuk kuantitasnya itu kita
peroleh data sebanyak 8,16 mm2 menurut Sulistyobudi kualitas jumlah jari-jari kayu
tersebut termasuk ke dalam kategori yang agak banyak (Sulistyobudi, 2008).
6.
Perhitungan lebar jari-jari
Perhitungan lebar
jari-jari pada sampel kayu yang diamati, untuk kuantitas sampel kayu diperoleh
data sebanyak 69,6 mikron dengan interval berada pada {50-100}, menurut
Sulistyobudi kualitas kayu dengan lebar jari-jari tersebut termasuk ke dalam
kategori jari-jari yang agak lebar (Sulistyobudi, 2008).
7.
Perhitungan tinggi
jari-jari.
Sedangkan untuk
perhitungan tinggi jari-jari untuk kuantitas sampel kayu itu kita peroleh data
sebesar 526,8 mikron dengan interval berada pada {500-1000}, menurut
Sulistyobudi kualitas kayu dengan tinggi jari-jari tersebut termasuk ke dalam
kategori tinggi jari-jari yang sangat pendek (Sulistyobudi, 2008).
BAB IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Kesimpulan
yang dapat ditarik dari praktikum ilmu kayu tentang sifat makroskopis kayu adalah
:
1. Pada
praktikum pengenalan sifat makroskopis kayu, praktikan telah mampu mengetahui
bagaimana tekstur kayu, warna kayu, tingkat kekerasan kayu, berat kayu,
pengamatan kilap kayu, pengamatan arah serat kayu, dan kesan raba pada kayu,
dengan membandingkan 3 sampel yaitu Kayu Daun Lebar (KDL)/jati, Kayu Daun Jarum
(KDJ)/pinus, dan monokoti/bambu.
2. Pada
praktikum preparat gosok, praktikan telah mampu mengetahui pori dan parenkim
yang dimiliki oleh kayu yang diamati baik kayu daun jarum maupun kayu daun
lebar serta pada kelompok monokotil.
3. Pada
praktikum preparat sayatan, praktikan telah mampu untuk mengetahui bagaimana
cara melakukan penyayatan yang benar untuk mengambil sampel sayatan yang telah
ditentukan, juga telah mengetahui penyebaran pori, besar kecil diameter pori,
perhitungan jari-jari dan ukuran jari-jari pada sampel kayu yang diteliti.
B.
Saran
Sumbernya dilampirkan. Terima kasih ini sangat mmbntu :)
ReplyDeleteLaporan diatas gak pake Tipus, jadi otomatis gak pake Dapus ya... (o)
Delete