BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Jenis pohon apa yang
tumbuh pada suatu tempat tergantung pada tingkat kesesuaian jenis tersebut
terhadap faktor tapak atau tempat tumbuh. Dimana faktor lingkungan sebagai
syarat dari suatu kondisi ekosistem bagi kehidupan berperan sangat penting
dalam keberhasilan tumbuh suatu jenis tumbuhan atau pohon sehingga lazim
dikatakan bahwa perkembangan suatu jenis tumbuhan atau pohon sangat dipengaruhi
oleh lingkungan tempat tumbuhnya. Pearcy (1966) menganalisa dan menerangkan bahwa
hidup dan tumbuhnya satu jenis atau lebih pohon dipengaruhi oleh faktor
lingkungan. Faktor-faktor lingkungan akan memepengaruhi fungsi fisiologis suatu
jenis tumbuhan dan respon tersebut akan nampak pada penampilan pertumbuhannya.
Suseno (1974) mengemukakan
bahwa keanekaragaman antara pohon pada jenis yang sama dalam satu kawasan hutan
juga dapat sampai ke perbedaan sifat. Keragaman ini dapat terjadi karena
perbedaan genotipe, lingkungan dan interaksi antara genotipe dan lingkungannya.
Tindakan silvikultur
didasarkan pada lingkungan setempat karena lingkungan ini terintegrasi satu
dengan lainnya dalam memengaruhi pertumbuhan pohon dan ditentukan oleh faktor
pembatas yang ada.
Adapun komponen
lingkungan tempat tumbuh yang menjadi pertimbangan utama dalam pengolahan
hutan, khususnya untuk merencanakan tindakan silvikultur yang sesuai terdiri
atas empat komponen utama, yaitu iklim, tanah, fisiografis, dan biotis.
Dalam makalah ini akan
membahas tentang komponen biotis yang didalamnya terdapat hubungan saling
mempengaruhi antara satu individu spesies dengan spesies lain atau antar
sesamanya dalam masyarakat tumbuh-tumbuhan melalui beberapa cara yaitu
persaiangan, allelopathy, parasitisme, dan simbiosis yang akan dibahasa lebih
jelas dalam pembahasan.
1.2
Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar
belakang yang ada, maka terdapat beberapa rumusan masalah:
1.
Apa yang menjadi peran faktor
biotis dalam pertumbuhan pohon?
2.
Bagaimana cara hubungan
saling mempengaruhi dalam pertumbuhan pohon?
1.3
Tujuan
Penulisan
Ada tujuan penulisan makalah ini adalah:
1.
Untuk mengetahui peran faktor
biotis dalam pertumbuhan pohon
2.
Untuk mengetahui cara
hubungan saling mempengaruhi dalam pertumbuhan pohon
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Peran
Faktor Biotis Dalam Pertumbuhan Pohon
Pertumbuhan
pohon adalah pertambahan dimensi tinggi, diameter, dan volume pohon sejalan
dengan perubahan waktu. Hal ini pengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya Komponen biotik yang merupakan komponen
hidup. Komponen biotik terdiri dari berbagai tumbuhan atau pohon, hewan, dan
mikroorganisme. Dari semua itu sangat berperan dalam pertumbuhan pohon itu
sendiri. Adapaun peran masing-masing, diantaranya:
1. Tumbuhan ( pohon ) memiliki peranan yang sangat
penting bagi kelangsungan kehidupan manusia dan hewan dengan menghasilkan
oksigen, dan juga pohon dapat menjadi pelindung bagi tanaman yang butuh
perlidungan dalam proses pertumbuhannya.
2. Adapun peranan hewan dalam pertumbuhan pohon
diantaranya sebagai sumber makanan seperti hewan yang sudah mati, dan sebagai
pengurai bahan organik seperti yang dilakukan oleh hewan Rayap.
3. Selain
itu, mikroorganisme juga berperan dalam proses pertumbuhan pohon melalui proses
pembusukan bangkai hewan atau penguraian daun tumbuhan itu sendiri untuk dapat menjadi bahan persedian makanan bagi
pertumbuhan pohon.
2.2
Cara
Hubungan saling Mempengaruhi Dalam Pertumbuhan Pohon
Ada
beberapa cara yang dilakukan oleh tumbuhan ( pohon ) dalam bertahan diri atau
berhubungan dengan tumbuhan (pohon ) lain, yaitu:
1.
Persaingan
( kompetisi )
Kompetisi berasal dari kata competere yang berarti mencari
atau mengejar sesuatu yang secara bersamaan dibutuhkan oleh lebih dari satu
pencari. Persaingan (kompetisi) pada tanaman menerangkan kejadian yang menjurus
pada hambatan pertumbuhan tanaman yang timbul dari asosiasi lebih dari satu
tanaman dan tumbuhan lain. Persaingan terjadi bila kedua individu mempunyai
kebutuhan sarana pertumbuhan yang sama sedangkan lingkungan tidak menyediakan
kebutuhan tersebut dalam jumlah yang cukup. Persaingan ini akan berakibat negatif
atau menghambat pertumbuhan individu-individu yang terlibat.
Persaingan dapat terjadi diantara sesama jenis atau antar spesies yang sama
(intraspesific competition), dan dapat pula terjadi diantara jenis-jenis yang
berbeda (interspesific competition). Persaingan sesama jenis pada umumnya
terjadi lebih awal dan menimbulkan pengaruh yang lebih buruk dibandingkan
persaingan yang terjadi antar jenis yang berbeda.
Sarana pertumbuhan yang sering menjadi pembatas dan menyebabkan terjadinya
persaingan diantaranya air, nutrisi, cahaya, karbon dioksida, dan ruang.
Persaingan terhadap air dan nutrisi umumnya lebih berat karena terjadi pada
waktu yang lebih awal. Faktor utama yang mempengaruh persaingan antar jenis
tanaman yang sama diantaranya kerapatan. Pengaruh persaingan dapat terlihat
pada laju pertumbuhan (misalnya tinggi tanaman dan diameter batang), warna daun
atau kandungan klorofil, serta komponen dan daya hasil.
Adapun upaya memaksimalkan hasil tanaman budidaya telah banyak dilakaukan.
Upaya-upaya tersebut dapat berupa penggunaan bibit unggul, mengatur jarak
tanam, pemangkasan, dan penjarangan.
2.
Allelopathy
Alelopati berasal
dari bahasa Yunani, allelon yang berarti "satu sama
lain" dan pathos yang berarti "menderita". Alelopati didefinisikan sebagai suatu
fenomena alam dimana suatu organisme memproduksi dan mengeluarkan suatu senyawa biomolekul (disebut alelokimia)
ke lingkungan dan senyawa tersebut memengaruhi perkembangan dan pertumbuhan organisme lain
di sekitarnya. Sebagian alelopati
terjadi pada tumbuhan dan dapat mengakibatkan tumbuhan di sekitar penghasil
alelopati tidak dapat tumbuh atau mati.
Hal
ini dilakukan untuk memenangkan kompetisi nutrisi dengan
tanaman lain yang berbeda jenis/spesies. Oleh karen itu, alelopati dapat
diaplikasikan sebagai pembasmi gulma sehingga
mengurangi
penggunaan herbisida sintetik
yang berbahaya bagi lingkungan.
Contoh
tanaman alelopati adalah :
Ø Pinus
merkussi
Guguran-guguran daunnya dapat menghambat
pertumbuhan jenis-jenis lain, hanya jenis tertentu yang dapat bertahan,
misalnya : kerinyuh (Eupatorium odoratum).
Ø Alang-alang
kalau suatu daerah
diinvasi alang-alang. Kecendrungan alang-alang untuk berkuasa sangat besar,
sehingga daerah tersebut kemungkinan ditumbuhi oleh alang-alang seluruhnya. Di
padang alang-alang Pleihari, Kalimantan Selatan yang dapat tumbuh hanya jenis
laban (Vitex pubescens). Jenis Vitex ini selain tahan bersaing dengan
alang-alang juga tahan terhadap api.
Ø Pohon
pisang (Musa spp.)
rumpun pisang akan melebar ke tepi karena
pangkal pisang yang membusuk mengeluarkan zat yang meracun bagi jenisnya
sendiri.
Sumber
Senyawa Alelopati
Senyawa-senyawa kimia yang mempunyai potensi alelopati
dapat ditemukan di semua jaringan tumbuhan termasuk daun, batang, akar, rizoma,
umbi, bunga, buah, dan biji. Senyawa-senyawa alelopati dapat dilepaskan dari
jaringan-jaringan tumbuhan dalam berbagai cara termasuk melalui :
a) Penguapan
Senyawa
alelopati ada yang dilepaskan melalui penguapan. Beberapa genus tumbuhan yang
melepaskan senyawa alelopati melalui penguapan adalahArtemisia, Eucalyptus, dan Salvia. Senyawa
kimianya termasuk ke dalam golongan terpenoid. Senyawa ini dapat diserap oleh
tumbuhan di sekitarnya dalam bentuk uap, bentuk embun, dan dapat pula masuk ke
dalam tanah yang akan diserap akar.
b) Eksudat akar
Banyak terdapat senyawa kimia yang dapat dilepaskan
oleh akar tumbuhan (eksudat akar), yang kebanyakan berasal dari asam-asam
benzoat, sinamat, dan fenolat.
c) Pencucian
Sejumlah
senyawa kimia dapat tercuci dari bagian-bagian tumbuhan yang berada di atas
permukaan tanah oleh air hujan atau tetesan embun. Hasil cucian daun
tumbuhan Crysanthemum sangat beracun, sehingga tidak ada jenis
tumbuhan lain yang dapat hidup di bawah naungan tumbuhan ini.
d) Pembusukan
organ tumbuhan
Setelah tumbuhan atau bagian-bagian organnya mati,
senyawa-senyawa kimia yang mudah larut dapat tercuci dengan cepat. Sel-sel pada
bagian-bagian organ yang mati akan kehilangan permeabilitas
membrannya dan dengan mudah senyawa-senyawa kimia yang ada
didalamnya dilepaskan. Beberapa jenis mulsa dapat meracuni tanaman budidaya
atau jenis-jenis tanaman yang ditanam pada musim berikutnya.
Adapun
metode agar tidak terjadi persaingan allelopathy adalah melalui pengaturan
jarak tanam, pengelompokan tanaman, dan pemilihan jenis.
3.
Simbiosis
Simbiosis berasal dari bahasa Yunani sym yang
berarti dengan dan biosis yang berarti kehidupan. Simbiosis
merupakan interaksi antara dua organisme yang
hidup berdampingan dalam hal ini tumbuhan yang saling ketergantungan (pohon ). Makhluk
hidup yang melakukan simbiosis disebut simbion.
Adapun
bentuk-bentuk simbiosis antar tumbuhan ( pohon ) beserta contohnya, yaitu:
a. Simbiosis Parasitisme
adalah di mana pihak yang satu mendapat keuntungan dan merugikan
pihak lainnya, Contoh :
Ø Tanaman benalu dengan inangnya
Benalu termasuk tumbuhann biji dan berdaun hijau. Akar benalu itu
tidak sempurna sehingga tidak mampu menyerap air dan hara langsung dari tanah.
Untuki memenuhi kebutuhan akan air dan hara, benalu menumpang pada ranting tumbuhan jenis
lain. Lalu akarnya yang berupa alat isap akan menembus masuk ke dalam jaringan
pengangkut tumbuhan yang ditumpanginya. Kemudian benalu akan menyerap air dan
hara yang terlarut di dalamnya. Sehingga tumbuhan inang mengalami kerugian
karena air dan hara yang akan digunakan untuk hidupnya diserap oleh benalu.
Akibatnya dari kegiatan benalu tersebut, biasanya ujung ranting tanaman yang
ditumpanginya mengecil, kurus, dan akhirnya mati. Sehingga menghambat proses
pertumbuhan pohon tersebut.
Ø Tali putri dengan inangnya
Tali Putri yang langsung mengambil sari-sari makanan yg sudah di
kelolah atau di fotosintesi sang inang. Jaid Tali Putri hidup dengan seratus
persen parasit dengan mengambil sari makanan yg sudah jadi. Maka tumbuhan yang
di tempeli Tali Putri akan lebih cepat mati.
Ø
Rafflesia arnoldi dan Tumbuhan Inang
Tumbuhan ini tidak mempunyai akar, batang, dan daun, tetapi mempunyai
tabung-tabung yang dapat menembus jaringan pada tumbuhan inangnya. Dengan
perantaraan tabung-tabung itu, Rafflesia sp. menyerap zat-zat makanan yang
dibutuhkan dari tumbuhan inangnya. Rafflesia sp. merupakan tumbuhan langka yang
memiliki bunga terbesar, berdiameter 1-1,5 meter.
b. Simbiosis Mutualisme
adalah hubungan sesama mahkluk hidup yang saling menguntungkan
kedua pihak. Contohnya:
Ø Pohon rotan dan semut
Di daratan, terdapat simbiosis
mutualisme yang berkaitan dengan saling melindungi, dalam hutan terdapat pohon
Rotan yang berduri dimana di pohon itu terdapat semut yang tinggal disana, bila
ada gangguan maka semut akan melindungi pohon Rotan tersebut dengan menyerang
si pengganggu tersebut, agar rotan tetap tumbuh dengan baik.
Ø Pohon akasia
dan semut
Interaksi yang sama terdapat pada pohon
Akasia di dataran Afrika, daun dari Akarsia tersebut merupakan makanan dari
jerapah yang tinggal disitu, tetapi pasukan semut itu tidak tinggal diam,
semut akan menyerang jerapah agar jerapah pergi, itu berhasil, karena telah
melindungi Akasia tersebut maka sebagai imbalannya Akasia memberikan kelenjar madu untuk semut,
kerja semut disitu tidak itu saja, selain mengusir hewan yang memengganggu,
semut juga membasmi tumbuhan yang baru hidup disekitar Akasia.
c. Simbiosis Komensalisme
adalah di mana pihak yang satu mendapat keuntungan tapi pihak
lainnya tidak dirugikan dan tidak diuntungkan. Contoh:
Ø Tumbuhan pakis tumbuhan inangnya
Tanaman Pakis mendapatkan keuntungan berupa rumah tinggal,
sedangkan inangnya tidak mendapatkan keuntungan apapun dan tidak dirugikan.
Ø Anggrek dengan Inangnya
Tanaman Anggrek mendapatkan keuntungan berupa rumah tinggal, sedangkan
inangnya tidak mendapatkan keuntungan apapun dan tidak dirugikan.
Ø Sirih dengan pohon inangnya
Pohon sirih sama dengan pohon anggrek dan pakis pohon sirih ahnya
menumpang tempat tinggal di pohon / Inangnya . sementara pohon yang di tumpangi
tidak berpengaruh apa-apa.
d.
Simbiosis Amensalisme
yaitu saat satu pihak
dirugikan dan pihak lainnya tidak diuntungkan maupun dirugikan, sehingga
terjadi penghambatan terhadap pertumbuhan tanaman ( pohon ) yang dirugikan.
Contoh: yaitu pada tumbuhan yang tergolong allelopathy.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Dari
pembahasan diatas, dapat disimpulkan bahwa Pertumbuhan
pohon adalah pertambahan dimensi tinggi, diameter, dan volume pohon sejalan
dengan perubahan waktu yang dipengaruhi oleh faktor biotis berupa tumbuhan (
pohon ) itu sendiri, hewan, dan mikroorganisme yang menjadi saling berhubungan
dalam mempengaruhi pertumbuhan pohon yang ada.
Adapun
cara-cara tumbuhan ( pohon ) mempertahankan hidupnya dan tetap bertumbuh,
melalui berbagai bentuk seperti kompetisi, allelopathy, dan bersimbiosis yang
dapat berupa simbiosis mutualisme, parasitisme, komensalisme, dan amensalisme.
3.2
Saran
Dengan
selesainya makalah ini, disarankan agar kita sebagai mahasiswa kehutanan terus
berperan aktif menjaga dan melestarikan pertumbuhan pohon sebagai penyokong
kelestarian hutan yang merupakan sumber kehidupan bagi kita semua.
DAFTAR PUSTAKA
_______.
2015. Materi Faktor Biotis dan
Prertumbuhan Pohon dalam www. Blogspot.com. diakses tanggal 21 Februari
2015 pada pukul 18:30 WITA.
Argiyanti,
Anna. 2013. Laporan Praktikum Ekologi
Tumbuhan Latihan II Persaingan Intraspesifik Tanaman Dan Interspesifik Tanaman.
Green House Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Paembonan,
Samuel A. 2012. Hutan Tanaman dan Serapan
Karbon. Makassar: Masagena Press.
Post a Comment