Evaluasi Struktur Dan Komposisi Tegakan Jati (Tectona grandis) di Fakultas Sastra Universitas Hasanuddin





BAB I
PENDAHULUAN

A.        Latar Belakang
Tanaman memiliki berbagai macam dan ragamnya mulai dari rumput, tanaman air, sampai kepada pohon yang tinggi. Pertumbuhan dan perkembangan tanaman jati sangat unik, studi pola pertumbuhan dan diperlukan sebagai  bahan acuan evaluasi untuk evaluasi tegakan dan komposisi tegakan. Pertumbuhan (growth) didefinisikan sebagai suatu peningkatan ukuran yang prosesnya tidak dapat balik (Ireversible), serta dihasilkan dari pembelahan sel dan perbesaran sel. Pertumbuhan menyangkut aspek kuantitatif sehingga dapat dinyatakan dengan angka dan dapat diukur dengan alat ukur (Irwanto, 2006).
Tempat tumbuh yang baik akan menghasilkan pohon atau tegakan dengan pertumbuhan yang sangat cepat dan berdiameter besar dikarenakan pada tempat tumbuh tersebut subur banyak mengandung air dan unsur hara yang cukup dibandingkan pada daerah yang miskin hara. Kualitas suatu tempat tumbuh dapat ditentukan melalui pengukuran masing-masing jenis pohon dalam periode waktu tertentu (Irwanto, 2006).
Laju pertumbuhan pohon dan macam pohon apa yang tumbuh di suatu lokasi tentunya selalu terdapat hal tentang peran yang diberikannya, baik secara material maupun non-material. Peran ataupun manfaat yang diberikan ditunjang oleh beberapa faktor diantaranya faktor fisiologis. Faktor fisiologis untuk suatu tumbuhan dalam prospek pemanfaatannya secara fisik meliputi tinggi bebas cabang atau TBC,diameter, volume dan juga tinggi totalnya. Jati Tectona grandis merupakan salah satu tanaman yang mempunyai nilai guna yang tinggi dari beberapa tanaman yang dibahas dalam silvikultur. Hal ini bertujuan untuk mempelajari dan mengetahui manfaat dari suatu tanaman dalam hutan maupun tegakan melaui keadaan diameter, volume dan TBC dari suatu pohonkemudian selanjutnya akan pemanfaatan sesungguhnya diterapkan melalui bidang ilmu lainnya, seperti silvikultur. Berdasarkan hal inilah kegiatan praktek lapang mata kuliah silvika dilaksanakan agar para mahasiswa dapat mengetahui evaluasi tegakan,komposisi tegakan Jati Tectona grandis dan mempraktekkan secara langsung cara memperoleh diameter, TBC, volume dan tinggi total dari Tectona grandis sebagai dasar dan bahan untuk bekal selanjutnya dalam memepelajari ilmu kehutanan.

B.         Tujuan dan Kegunaan
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui struktur tegakan, sebaran kelas diameter, komposisi tegakan dan permudaan tegakan terhadap tegakan seumur jati Tectona grandis. Kegunaan dari praktikum ini diharapkan mampu memberi informasi mengenai evaluasi struktur dalam tegakan jati Tectona grandis.














BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.        Ilmu Silvika dan Penerapannya
Kehutanan ialah ilmu, seni dan praktek mengurus dan mengelolah sumberdaya hutan secara lestari bagi manfaat manusia. silvikultur menempati dan memainkan peranan sentral dalam setiap kegiatan kehutanan yang lestari. Jadi, silvikultur merupakan tiang utama dalam kehutanan (Irwanto, 2006).
Pengertian Silvika adalah ilmu yang mempelajari sejarah hidup dan ciri-ciri umum pohon beserta tegakan hutan dalam kaitannya dengan faktor-faktor lingkungannya. Silvika merupakan dasar bagi penerapan ilmu silvikultur. Silvika adalah ilmu yang mempelajari sejarah hidup dan karakter jenis-jenis pohon hutan dan tegakan, dan kaitannya dengan faktor-faktor lingkungan. Silvika adalah ilmu yang mempelajari sejarah hidup dan ciri-ciri umum pohon beserta tegakan hutan dalam katannya dengan faktor-faktor lingkungan (Pasaribu, 2012).
Silvikultur dapat disebut Ilmu pembinaan hutan, dengan ruang lingkup mulai dari pembibitan, persemaian, penanaman lapangan, penyulaman, pemeliharaan hutan, dan cara-cara permudaannya. Termasuk kedalam sivikultur ialah pengetian tentang persyaratan tapak atau tempat tumbuh pohon perilakunya terhadap berbagai intensitas cahaya matahari dan kemampuan pohon untuk tumbuh secara murni atau campuran, serta hal-hal lainnya yang dapat mempengaruhi pertumbuhan pohon (Onrizal, 2009).
Silvika secara garis besarnya mempelajari tentang (Pasaribu, 2012) :
a)      proses-proses hidup tumbuh-tumbuhan, khususnya pohon, yang memerlukan pengetahuan tentang proses-proses kimia yang berhubungan dengan aktivitas biologis yang terjadi,
b)      persyaratan tumbuh suatu tumbuhtumbuhan, khususnya pohon, yakni terkait dengan berbagai faktor, yaitu tanah, air, cahaya, atmosfir, biotik dan faktor-faktor kompleks untuk optimalisasi pertumbuhannya
c)      adaptasi tumbuh-tumbuhan pada kondisi lingkungan tertentu.

Silvikultur merupakan suatu ilmu dan seni menghasilkan serta memelihara hutan dengan menggunakan pengetahuan silvika untuk memperlakukan hutan serta mengendalikan susunan dan pertumbuhannya (Onrizal, 2009).
Jadi, silvika merupakan dasar bagi penerapan ilmu silvikultur. Banyak yang memberikan definisi tentang Silvikultur. Definisi-definisi tersebut sebagai berikut (Aqshan, 2013) :
a)      Seni untuk memproduksi dan memelihara hutan.
b)      Penerapan ilmu pengetahuan silvika dalam memperlalukan hutan.
c)      Teori dan praktek pengendalian, pembentukan komposisi dan pertumbuhan hutan.
d)      Ilmu dan seni membudidayakan hutan tanaman.
Silvikultur dibagi menjadi dua bagian, yakni silvika dan silvikultur, di mana silvika sebagai dasar teori dan silvikultur sebagai pelaksanaan di lapangan. Seperti suatu pohon akan mampu hidup dan berkembang apabila ditanam dalam tapak yang telah dipilih serta harus ditanam secara vegetatif ataupun generative (Irwanto, 2006).
            Komposisi umur, suatu tegakan disebut seumur, bila ditanam pada waktu bersamaan. Meskipun demikian, ukurannya dapat berlainan, karena laju pertumbuhan yang berbeda. Hutan segala umur terdiri dari pohon-pohon berukuran besar hingga tumbuhan tingkat semai. Jadi meliputi berbagai umur maupun ukuran. Sedangkan hutan tidak seumur ialah hutan yang mempunyai dua atau lebih kelompok umur atau ukuran. Misalnya hutan yang terdiri atas pohon-pohon yang sudah masak tebang, miskin riap dan ukuran pancang saja (Komara, 2008).
            Tujuan pengelolaan hutan seperti yang dimaksud dalam UU No. 41 tahun 1999 ini mengisyaratkan bahwa produk hutan sudah semestinya bukan didasarkan atas kayu saja, melainkan produk seluruh potensi ekosistem hutan sesuai kemampuan optimal ekosistem yang ber­sangkutan secara lestari. Sudah harus dimulai bahwa pe­nentuan AAC (Annual Available Cut) ditentukan bukan ber­dasarkan pada konsumsi kayu (baik legal maupun illegal cutting), akan tetapi lebih pada kemampuan ekosistem hu­tan dan atau kesejahteraan masyarakat sekitar (Handayani, 2012).

B.         Sistematika Tanaman
Jati Tectona grandis dapat diklasifikasikan sebagai berikut menurut Lawrence (1958) dalam hasil (Atiyyah, 2012) :
Regnum           : Plantae
Divisio             : Spermatophyta
Sub divisio      : Angiospermae
Classis             : Dicotyledonae
Ordo                : Lamiales
Sub ordo         : Verbenales
Familia            : Verbenaceae
Genus              Tectona
Species            Tectona grandis L.f.

Jati adalah sejenis pohon penghasil kayu bermutu tinggi. Pohon besar, berbatang lurus, dapat tumbuh mencapai tinggi 30-40 m. Berdaun besar, yang luruh di musim kemarau. Jati dikenal dunia dengan nama teak (bahasa Inggris). Nama ini berasal dari kata thekku (à´¤േà´•്à´•്) dalam bahasa Malayalam, bahasa di negara bagian Kerala di India selatan. Nama ilmiah jati adalah Tectona grandis L.f (Atiyyah, 2012).
            Jati yang terkenal dengan kayu mewah karena kekuatan dan keawetannya merupakan salah satu tanaman yang berkembang baik di Indonesia. Hal ini tercemin dari telah tumbuhnya tanaman jati sejak tahun 1842. Jati merupakan salah satu spesies daerah tropis yang bersifat desiduous yaitu menggugurkan daunnya pada musim kemarau (Handayani, 2012).
            Penyebarannya di Indonesia terjadi secara alami dengan daerah pertumbuhan terutama dijawa. Hutan jati di Jawa saat ini merupakan hutan buatan bukan hutan alam sebagai akibat dari sistem pengelolaan tebang habis yang disusul dengan penanaman kembali hutan tersebut (Handayani, 2012).
Jati menyebar luas mulai dari India, Myanmar, Laos, Kamboja, Thailand, Indochina, sampai ke Jawa. Jati tumbuh di hutan-hutan gugur, yang menggugurkan daun dimusim kemarau. Menurut sejumlah ahli botani, jati merupakan spesies asli di Burma, yang kemudian menyebar ke Semenanjung India, Thailand, Filipina, dan Jawa. Sebagian ahli botani lain menganggap jati adalah spesies asli di Burma, India, Muangthai, dan Laos. Sekitar 70% kebutuhan jati dunia pada saat ini dipasok oleh Burma. Sisa kebutuhan itu dipasok oleh India, Thailand, Jawa, Srilangka, dan Vietnam. Namun, pasokan dunia dari hutan jati alami satu-satunya berasal dari Burma. Di Afrika dan Karibia juga banyak dipelihara (Aqshan, 2013).
Jati paling banyak tersebar di Asia. Selain di keempat negara asal jati dan Indonesia, jati dikembangkan sebagai hutan tanaman di Srilangka (sejak 1680), Tiongkok (awal abad ke-19), Bangladesh (1871), Vietnam (awal abad ke-20), dan Malaysia (1909). Iklim yang cocok adalah yang memiliki musim kering yang nyata, namun tidak terlalu panjang, dengan curah hujan antara 1200–3000 mm pertahun dan dengan intensitas cahaya yang cukup tinggi sepanjang tahun. Ketinggian tempat yang optimal adalah antara 0 – 700 m dpl; meski jati bisa tumbuh hingga 1300 m dpl. Tegakan jati sering terlihat seperti hutan sejenis, yaitu hutan yang seakan-akan hanya terdiri dari satu jenis pohon (Komara, 2008).
            Ini dapat terjadi di daerah beriklim muson yang begitu kering, kebakaran lahan mudah terjadi dan sebagian besar jenis pohon akan mati pada saat itu. Tidak demikian dengan jati. Pohon jati termasuk spesies pionir yang tahan kebakaran karena kulit kayunya tebal. Lagipula, buah jati mempunyai kulit tebal dan tempurung yang keras. Sampai batas-batas tertentu, jika terbakar, lembaga biji jati tidak rusak. Kerusakan tempurung biji jati justru memudahkan tunas jati untuk keluar pada saat musim hujan tiba (Komara, 2008).
Jati dapat tumbuh di daerah dengan curah hujan 1 500 – 2 000 mm/tahun dan suhu 27 – 36 °C baik di dataran rendah maupun dataran tinggi. Tempat yang paling baik untuk pertumbuhan jati adalah tanah dengan pH 4.5 – 7 dan tidak dibanjiri dengan air. Jati memiliki daun berbentuk elips yang lebar dan dapat mencapai 30 – 60 cm saat dewasa (Atiyyah, 2012).           
            Tanah yang sesuai adalah yang agak basa, dengan pH antara 6-8, sarang (memiliki aerasi yang baik), mengandung cukup banyak kapur (Ca) dan fosfor (P). Jati tidak tahan tergenang air. Pada masa lalu, jati sempat dianggap sebagai jenis asing yang dimasukkan (diintroduksi) ke Jawa; ditanam oleh orang-orang Hindu ribuan tahun yang lalu. Namun pengujian variasi isozyme yang dilakukan oleh Kertadikara (1994) menunjukkan bahwa jati di Jawa telah berevolusi sejak puluhan hingga ratusan ribu tahun yang silam (Irwanto, 2010).
Jika hutan jati berbentuk hutan murni —sehingga lebih seperti ‘kebun’ jati-erosi tanah justru akan lebih besar terjadi. Tajuk jati rakus cahaya matahari sehingga cabang-cabangnya tidak semestinya bersentuhan. Perakaran jati juga tidak tahan bersaing dengan perakaran tanaman lain. Dengan demikian, serasah tanah cenderung tidak banyak. Tanpa banyak tutupan tumbuhan pada lantai hutan, lapisan tanah teratas lebih mudah terbawa oleh aliran air dan tiupan angin (Atiyyah, 2012).    
Sistem perakaran pada tanaman Jati Tectona grandis terdiri dari akar tunggang, akar cabang, dan akar permukaan. Pada saat akar tumbuh dengan cepat sehingga tanaman memiliki perakaran yang banyak dan panjang. Perakaran Jati Tectona grandis pada umumnya panjang dan kuat. Batang pohon Jati Tectona grandis dapat mencapai 45 m, sedangkan batas batang bebas cabang 15-20 meter, diameter mencapai 220 cm (umumnya 50 cm ). Tajuk Jati Tectona grandis berwarna hijau, tidak rapat, dan umumnya menggurkan daunnya pada musim kemarau untuk menyesuaikan dirinya. Daun Jati Tectona grandis berbentuk bulat lonjong, ujung daun tumpul dan ber warna agak kusam, berwarna cokelat setelah mati.Jati Tectona grandis umumnya berbunga pada bulan Oktober – Mei atau Juni dan sangat tergantung pada musim.
Bunga Jati Tectona grandis berbentuk mala yang sangat besar dengan bunga-bunga kecil yang letaknya sangat rapat dan berbau harum.Buah Jati Tectona grandis berbentuk bulat, memiliki kulit yang tipis, dan biasanya berada dekat bunga, buah masak pada bulan Juli – Desember. Pohon besar dengan batang yang bulat lurus, tinggi total mencapai 40 m. Batang bebas cabang (clear bole) dapat mencapai 18-20 m. Pada hutan-hutan alam yang tidak terkelola ada pula individu jati yang berbatang bengkok-bengkok. Sementara varian jati blimbing memiliki batang yang berlekuk atau beralur dalam; dan jati pring (Jw., bambu) nampak seolah berbuku-buku seperti bambu. Kulit batang coklat kuning keabu-abuan, terpecah-pecah dangkal dalam alur memanjang batang (Irwanto, 2010).
            Pohon jati Tectona grandis sp. dapat tumbuh meraksasa selama ratusan tahun dengan ketinggian 40-45 meter dan diameter 1,8-2,4 meter. Namun, pohon jati rata-rata mencapai ketinggian 9-11 meter, dengan diameter 0,9-1,5 meter. Pohon jati yang dianggap baik adalah pohon yang bergaris lingkar besar, berbatang lurus, dan sedikit cabangnya. Kayu jati terbaik biasanya berasal dari pohon yang berumur lebih daripada 80 tahun. Daun umumnya besar, bulat telur terbalik, berhadapan, dengan tangkai yang sangat pendek. Daun pada anakan pohon berukuran besar, sekitar 60-70 cm × 80-100 cm; sedangkan pada pohon tua menyusut menjadi sekitar 15 × 20 cm. Berbulu halus dan mempunyai rambut kelenjar di permukaan bawahnya. Daun yang muda berwarna kemerahan dan mengeluarkan getah berwarna merah darahapabila diremas. Ranting yang muda berpenampang segi empat, dan berbonggol di buku-bukunya (Andre, 2009).
            Iklim yang cocok adalah yang memiliki musim kering yang nyata, namun tidak terlalu panjang, dengan curah hujan antara 1200-3000 mm pertahun dan dengan intensitas cahaya yang cukup tinggi sepanjang tahun. Ketinggian tempat yang optimal adalah antara 0 – 700 m dpl; meski jati bisa tumbuh hingga 1300 m dpl Sekitar 70% kebutuhan jati dunia pada saat ini dipasok oleh Burma. Tegakan jati sering terlihat seperti hutan sejenis, yaitu hutan yang seakan-akan hanya terdiri dari satu jenis pohon. Ini dapat terjadi di daerah beriklim muson yang begitu kering, kebakaran lahan mudah terjadi dan sebagian besar jenis pohon akan mati pada saat itu. Tidak demikian dengan jati. Pohon jati termasuk spesies pionir yang tahan kebakaran karena kulit kayunya tebal. Lagipula, buah jati mempunyai kulit tebal dan tempurung yang keras. Sampai batas-batas tertentu, jika terbakar, lembaga biji jati tidak rusak. Kerusakan tempurung biji jati justru memudahkan tunas jati untuk keluar pada saat musim hujan tiba (Handayani, 2012).
            Guguran daun lebar dan rerantingan jati yang menutupi tanah melapuk secara lambat, sehingga menyulitkan tumbuhan lain berkembang. Guguran itu juga mendapat bahan bakar yang dapat memicu kebakaran yang dapat dilalui oleh jati tetapi tidak oleh banyak jenis pohon lain (Handayani, 2012).
Jati memiliki pertumbuhan yang lambat dengan germinasi rendah (biasanya kurang dari 50%) yang membuat proses propagasi secara alami menjadi sulit sehingga tidak cukup untuk menutupi permintaan atas kayu jati. Jati biasanya diproduksi secara konvensional dengan menggunakan biji. Akan tetapi produksi bibit dengan jumlah besar dalam waktu tertentu menjadi terbatas karena adanya lapisan luar biji yang keras. Beberapa alternatif telah dilakukan untuk mengatasi lapisan ini seperti merendam biji dalam air, memanaskan biji dengan api kecil atau pasir panas, serta menambahkan asam, basa, atau bakteri. Akan tetapi alternatif tersebut masih belum optimal untuk menghasilkan jati dalam waktu yang cepat dan jumlah yang banyak (Handayani, 2012).

C.        Struktur tegakan
Tajuk adalah keseluruhan bagian tumbuhan, terutama pohon, perdu, atau liana, yang berada di atas permukaan tanah yang menempel pada batang utama. Pengertian lainnya juga mencakup batang/sumbu, terutama apabila tumbuhan itu berupa semak atauterna. Kanopi terbentuk dari satu atau lebih tajuk tumbuhan yang melingkupi suatu area (Atiyyah, 2012).
Aspek yang paling penting dari bentuk pohon untuk rimbawan yang disebut dalam bagian yang sebelumnya, adalah perbedaan antara konstruksi tajuk monopodial dan sympodial. Kebanyakan jenis berubah ke bentuk tajuk sympodial ketika mereka dewasa tetapi beberapa mempertahankan bentuk tajuk monopodial sepanjang seluruh hidup,umumnya terjadi di antara jenis pohon kecil berkembang di dalam kanopi (Atiyyah, 2012).
Rimbawan tertarik dengan volume kayu yang meningkat per area, dan pohon-pohon monopodial dengan karakteristik tajuk yang sempit, merupakan subyek yang lebih baik dalam penanaman dibandingkan jenis sympodial. Ini merupakan salah satu alasan mengapa conifer yang akan ditanam pada tropika basah yang memiliki daya tarik lebih untuk diperhatikan, Tajuk pohon memiliki konstruksi yang tepat. Faktor utama yang menentukan bentuk tajuk adalah pertumbuhan apical versus lateral, meristem radial simetrik versus bilateral simetrik, berselang–seling dan berirama versus pertumbuhan berlanjut dari tunas dan daun atau bunga. Kombinasi faktor-faktor ini hanya memberikan pembatasan jumlah total dari model yang mungkin dari konstruksi tajuk (Suhendang, 2011).
            Berdasarkan kedudukan dalam tegakan, tegakan ini memiliki stratifikasi tajuk antara lain (Handayanin, 2012) :
a)      Pohon dominan, artinya adalah tajuknya menonjol paling atas sehingga mendapat cahaya penuh dari atas dan dari samping.
b)      Pohon Co – Dominan, adalah pohon yang tidak setinggi pohon dominan tajuknya masih mendapat cahaya dari atas, meski dari samping terhalang sebagian besar dari pohon dominan.
c)      Pohon pertengahan, adalah tajuknya dibawah pohon dominan dan Co – dominan, masih mendapat cahaya dari atas sedikit tetapi tidak lagi dari samping.
d)      Pohon tertekan, adalah pohon dimana tajuknya samam sekali tertutup oleh pohon a, b, dan c tersebut diatas, hanya mendapat cahaya matahari yang dapat menembus lapisan diatasnya.
e)      Pohon mati, ialah termasuk pohon yang mati atau sedang dalam proses kematian.
            Toleransi adalah kemampuan suatu jenis pohon untuk hidup dan tumbuh serta berproduksi pada suatu kondisi lingkungan tempat tumbuh tertentu. Toleransi mutlak adalah kemampuan suatu jenis pohon untuk hidup dan tumbuh pada suatu kondisi tempat tumbuh yang ekstrim (Handayani, 2012) :
a)      Panas (daerah gunung berapi)
b)      Dingin (daerah alpine, tundra)
c)      Kekeringan (musim kemarau kering) 
d)      Jenuh air (mangrove dan rawa).
            Toleransi relatif adalah kemampuan suatu jenis pohon untuk tumbuh dan berproduksi di bawah naungan dan di dalam kompetisi dengan pohon-pohon lain. Klasifikasi Toleransi Jenis Pohon (Irwanto, 2010) :
a)      Pohon Toleran : jenis pohon yang mampu tumbuh dan berproduksi di bawah naungan selama hidupnya (membutuhkan sedikit cahaya).
b)      Pohon semitoleran : jenis pohon yang membutuhkan naungan pada waktu masih muda tetapi membutuhkan cahaya penuh pada saat dewasa atau jenis yang membutuhkan cahaya sedang.
c)      Pohon intoleran (Pohon Cahaya) : jenis pohon yang membutuhkan cahaya dalam pertumbuhan nya mulai dari semai sampai dewasa.

D.        Komposisi tegakan
Mempelajari komposisi vegetasi dapat dilakukan dengan pembuatan petak-petak pengamatan ataupun metode tanpa petak. Petak-petak pengamatan sifatnya permanen atau sementara. Petak tersebut dapat berupa petak tunggal, petak ganda ataupun berbentuk jalur (Atiyyah, 2012).
Kerapatan populasi adalah jarak antar satu pohon dengan pohon yang lainnya. Kerapatan suatu tegakan berpengaru besar terhadap volume suatu tegakan karena mempengaruhi diameter dan tinggi pohon. Pada hutan tanaman kerapatan tegakan pohon sudah diatur terlebih dahulu sebelum dilakukan penanaman. Namun untuk hutan primer atau hutan alam kerapatan tegakan diatur sendiri secara alami oleh tumbuhan dengan cara melakukan pemangkasan secara alami (Wikipedia, 2015).   
Komposisi tegakan pada hutan jati (Irwanto, 2010) :
a)      Tanaman pokok, dalam hutan jati tanaman pokok yaitu tanaman jati itu sendiri.
b)      Tanaman pengisi, bertujuan untuk mengurangi segi negatif dari penanaman monokultur, persyaratan: perakaran dalam, hijau sepanjang tahun, tumbuh lambat, tahan naungan dan teduh, strata di bawah tanaman pokok. Fungsi: menguragi efek monokultur, mengatur siklus hara, tempa berlindung satwa. Jenis: cendana, eboni, kesambi, bungur, ploso, woni, dll.
c)      Tanaman Sela, Persyaratan: tidak merugikan tanaman pokok (tidak merambat, tidak memberikan saingan perakaran, tidak terlalu cepat tumbuh), dapat menutup tanah dengan cepat, akar dalam, tahan api, dan melindungi tanah. Fungsi: Mencegah erosi-longsor, sekat bakar, tempat berlindung satwa, mampu mengatur siklus hara, mengikat N. Jenis: lamtoro, kemlandingan, glerecidea.
d)      Tanaman Tepi dan pagar , Persyaratan: musim kemarau hijau sepanjang tahun. Fungsi: mencegah erosi-longsor, sekat bakar, tempat berlindung satwa. Jenis: Asam, Woni, E.alba, Salam, ploso, johar dll.
e)      Tumbuhan Bawah, berdasarkan penelitian di KPH Kendal pada KU III-VI, terdapat 55 jenis tumbuhan bawah.

Dari penelitian ditemukan juga bahwa ada 8 jenis tumbuhan bawah yang merupakan jenis-jenis yang mampu bertahan dan mempunyai kemampuan tumbuh dan daya survival yang lebih baik dibandingkan jenis-jenis tumbuhan bawah yang lain walaupun dipengaruhi oleh kerapatan tegakan yang berbeda-beda. Jenis tersebut adalah Eupatorium odoratum, Cyrtococcuma patents, Ficus montana, Hyptis capitata, Hemigrafis sp, Oplismenus compositus, Sida javensis dan Shutria sp. (Anisah, L.N et.al. 2002) Cromolaena odorata L (kerinyu) dan Lantana camara (tembelekan) juga banyak ditemukan sebagai tumbuhan bawah yang berada di bawah tegakan jati mempunyai tingkat kolonisasi dan kepadatan spora FMA ( Fungi Mikoriza Arbuskula) yang tinggi. Keberadaan FMA sebagai agen hayati membantu/menambah ketersediaan hara dan ketahanan tanaman terhadap serangan hama penyakit pada tanaman inangnyatermasuk jati yang juga bersimbiosa dengan FMA.
Klasifikasi tumbuhan bawah pada tegakan jati (Andre, 2009) :
1)      Kategori tanaman pangan 46 jenis,
2)      Tanaman obat-obatan 55 jenis,
3)      Tanaman rempah-rempah 8 jenis,
4)      Tanaman hijauan makanan ternak 26 jenis,
5)      Tanaman industri 20 jenis,
6)      Kayu bakar 38 jenis,
7)      Tanaman beracun 4 jenis dan
8)      Tanaman hias 15 jenis.
Keanekaragaman jenis tumbuhan bawah di bawah tegakan jati bervariasi.Variasi jenis tersebut tidak dipengaruhi oleh umur masing-masing kelas umur tegakan jati.Secara umum jenis-jenis tumbuhan bawah tumbuh dan berkembang sesuai dengan tuntutan lingkungan untuk berkembang dan tidak dipengaruhi oleh umur tegakan jati (Komara, 2008).
















BAB III
METODOLOGI

A.    Waktu dan Tempat
Praktek lapang ini dilaksanakan pada hari Sabtu, 2  Mei 2015, pukul 09.00  WITA – selesai di tegakan jati Tectona grandis Fakultas Sastra, Universitas Hasanuddin, Makassar.

B.     Alat dan Bahan
1.      Alat digunakan pada pengukuran tinggi, diameter dan struktur tajuk adalah sebagai berikut :
a)      Pita meter digunakan sebagai alat untuk menghitung keliling pohon
b)      Roll meter digunakan sebagai alat untuk mengukur jarak untuk plot yaitu 20m x 20 m
c)      Alat yang menyerupai Abney level, yang digunakan sebagai alat untuk mengukur Tinggi Total (TT) dan Tinggi Bebas Cabang (TBC).
d)      Kamera dijital digunakan sebagai alat untuk mengambil gambar praktikan pada praktek lapang silvika dan sebagai bukti hasil kegiatan
e)      Alat tulis menulis digunakan sebagai tempat untuk mencatat data hasil pengukuran.
f)       Tali rafia digunakan untuk member tanda batas wilayah praktikum.
2.      Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut :
a)      Tally sheet, sebagai tempat untuk mencatat data hasil pengukuran.
b)      Obyek yang digunakan dalam penelitian ini adalah pohon jenis jati Tectona  grandis L.f. Yang ingin diketahui adalah habitus pohon, Tinggi total dan tinggi bebas cabang, proyeksi tajuk, asosiasi dan kerapatan pohon.
C.        Prosedur Kerja
1)      Memilih keadaan lokasi tempat pengukuran pohon.
2)      Membuat plot dengan ukuran 20 meter x 20 meter dengan menggunakan roll meter dan memberi tanda dengan tali rafia.
3)      Mengukur jarak pengamat dari ujung kaki sampai pada mata
4)      Mengukur jarak datar dari pohon ke pengamat dengan menggunakan jarak 15 meter (1500 cm).
5)      Menembakkan sudut elevasi ke cabang pertama pohon dengan  menggunakan alat yang menyerupai abney level untuk memperoleh nilai Tinggi Bebas Cabang (TBC).
6)      Menembakkan sudut elevasi ke atas tajuk pohon dengan menggunakan alat yang menyerupai abney level untuk mendapatkan nilai TT.
7)      Untuk mengukur diameter batang pohon, terlebih dahulu dilakukan pengukuran keliling pohon menggunakan pita meter setinggi dada orang dewasa atau ± 1,3 m. kemudian mensubtitusikan keliling yang diperoleh kedalam rumus D= k/Ï€.
8)      Mencatat semua data yang didapatkan untuk menghitung TBC, Ttot, VTT, VTBC dan LBDS dengan menggunakan rumus.
9)      Memotret struktur tajuk yang di amati. 

D.        Analisis Data
Dalam pembuatan makalah ini menggunakan beberapa rumus dalam memperoleh berbagai olahan data yang dihasilkan, yaitu :
a)      Diameter   :
D               =
b)      LBDS        :
LBDS        =                     
c)      TBC          :
TBC          = tan
d)      TT              :
TT              = tan 
e)      VTBC       :
VTBC       = LBDS  Tbc  f

Diketahui        :
Jarak Pengamat           = 15 m (1500 cm)
Tinggi Pengamat         = 1,67 m (167 cm)
Faktor Koreksi (f)       = 0,8 (Hutan Tanaman)
                       













BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A.    Hasil
Tabel hasil pengukuran dimensi pohon dalam tegakan Tectona grandis
NO
Jenis Tanaman
K (m)
d (m)
LBDS (m2)
α 1
α 2
Tbc (m)
Tt (m)
VTbc (m3)
VTt (m3)
Ket
1
Tectona grandis
0,8
0,254
0,051
19
60
6,83
27,65
0,278
1,127
a,b
2
Tectona grandis
0,436
0,138
0,015
11
56
4,58
23,9
0,055
0,289
a,b
3
Tectona grandis
0,695
0,221
0,038
20
64
7,115
32,42
0,218
0,997
a,b
4
Tectona grandis
0,617
0,196
0,030
12
64
4,85
32,42
0,117
0,786
a,b
5
Tectona grandis
0,76
0,242
0,045
19
61
6,83
28,73
0,251
1,057
a,b
6
Tectona grandis
0,625
0,199
0,031
19
62
6,83
29,87
0,1699
0,743
a,b
7
Tectona grandis
0,518
0,165
0,021
21
53
7,415
21,575
0,126
0,368
a,b
8
Tectona grandis
0,698
0,222
0,038
22
51
7,73
20,18
0,239
0,626
a,b
9
Tectona grandis
0,67
0,213
0,035
43
58
15,65
25,67
0,447
0,734
a,b
10
Tectona grandis
0,56
0,178
0,025
22
55
7,73
23,09
0,154
0,461
a,b
11
Tectona grandis
0,46
0,146
0,016
23
41
8,03
14,705
0,108
0,198
a,b
12
Tectona grandis
0,436
0,138
0,015
19
48
6,83
18,32
0,0827
0,221
a,b
13
Tectona grandis
0,621
0,197
0,030
12
53
4,85
21,575
0,119
0,530
a,b
14
Tectona grandis
0,68
0,216
0,036
21
60
7,415
27,65
0,218
0,814
a,b
15
Tectona grandis
0,468
0,149
0,017
23
54
8,03
22,31
0,112
0,311
a,b
16
Tectona grandis
0,663
0,211
0,035
15
59
5,675
26,63
0,158
0,745
a,b
17
Tectona grandis
0,591
0,188
0,027
17
51
6,245
20,18
0,139
0,448
a,b
18
Tectona grandis
0,656
0,209
0,034
15
47
5,675
17,75
0,155
0,486
a,b
19
Tectona grandis
0,6
0,191
0,028
17
50
6,245
19,535
0,143
0,447
a,b
20
Tectona grandis
0,59
0,188
0,027
33
52
11,405
20,855
0,252
0,462
a,b
21
Tectona grandis
0,62
0,197
0,030
18
52
6,53
20,855
0,160
0,510
a,b
22
Tectona grandis
0,683
0,217
0,037
19
53
6,83
21,575
0,203
0,641
a,b
23
Tectona grandis
0,278
0,088
0,006
12
34
4,85
11,78
0,023
0,058
a,b
24
Tectona grandis
0,748
0,238
0,044
18
56
6,53
23,9
0,233
0,851
a,b
25
Tectona grandis
0,59
0,188
0,027
17
54
6,245
22,31
0,138
0,494
a,b
26
Tectona grandis
0,622
0,198
0,031
17
58
6,245
25,67
0,153
0,632
a,b
27
Tectona grandis
0,956
0,304
0,072
15
62
5,675
29,87
0,330
1,738
a,b
28
Tectona grandis
0,52
0,165
0,021
14
53
5,405
21,575
0,093
0,371
a,b
29
Tectona grandis
0,675
0,215
0,036
12
62
4,85
29,87
0,140
0,866
a,b
30
Tectona grandis
0,566
0,180
0,025
11
61
4,58
28,73
0,093
0,586
a,b
31
Tectona grandis
0,62
0,197
0,030
17
57
6,245
24,755
0,1523
0,606
a,b
32
Tectona grandis
0,66
0,210
0,034
16
55
5,96
23,09
0,165
0,640
a,b
33
Tectona grandis
0,62
0,197
0,030
16
52
5,96
20,855
0,145
0,510
a,b
34
Tectona grandis
0,612
0,195
0,0298
17
57
6,245
24,755
0,149
0,590
a,b
35
Tectona grandis
0,79
0,251
0,049
18
56
6,53
23,9
0,260
0,950
a,b
36
Tectona grandis
0,197
0,062
0,003
12
27
4,85
9,305
0,012
0,023
a,b
37
Tectona grandis
0,46
0,146
0,016
20
33
7,115
11,405
0,095
0,153
a,b
38
Tectona grandis
0,605
0,192
0,029
17
56
6,245
23,9
0,145
0,557
a,b
39
Tectona grandis
0,711
0,226
0,040
20
57
7,115
24,755
0,229
0,797
a,b

Keterangan      :
a.       Tajuk berupa payung
b.      Bentuk batang silindris

Diketahui        :
Jarak Pengamat           = 15 m
Tinggi Pengamat         = 1,67 m
Faktor Koreksi (f)       = 0,8 (Hutan Tanaman)












Gambar 1. Profil Vertikal Tegakan Jati di Kawasan Halaman Fakultas Sastra Universitas Hasanuddin
Keterangan:


1.      Tectona grandis
2.      Tectona grandis
3.      Tectona grandis
4.      Tectona grandis
5.      Tectona grandis
6.      Tectona grandis
7.      Tectona grandis
8.      Tectona grandis
9.      Tectona grandis
10.  Tectona grandis
11.  Tectona grandis
12.  Tectona grandis
13.  Tectona grandis
14.  Tectona grandis
15.  Tectona grandis
16.  Tectona grandis
17.  Tectona grandis
18.  Tectona grandis
19.  Tectona grandis
20.  Tectona grandis
21.  Tectona grandis
22.  Tectona grandis
23.  Tectona grandis
24.  Tectona grandis
25.  Tectona grandis
26.  Tectona grandis
27.  Tectona grandis
28.  Tectona grandis
29.  Tectona grandis
30.  Tectona grandis
31.  Tectona grandis
32.  Tectona grandis
33.  Tectona grandis
34.  Tectona grandis
35.  Tectona grandis
36.  Tectona grandis
37.  Tectona grandis
38.  Tectona grandis
39.  Tectona grandis










Gambar 2. Profil Horizontal Tegakan Jati di Kawasan Halaman Fakultas Sastra Universitas Hasanuddin
Keterangan:


1.      Tectona grandis
2.      Tectona grandis
3.      Tectona grandis
4.      Tectona grandis
5.      Tectona grandis
6.      Tectona grandis
7.      Tectona grandis
8.      Tectona grandis
9.      Tectona grandis
10.  Tectona grandis
11.  Tectona grandis
12.  Tectona grandis
13.  Tectona grandis
14.  Tectona grandis
15.  Tectona grandis
16.  Tectona grandis
17.  Tectona grandis
18.  Tectona grandis
19.  Tectona grandis
20.  Tectona grandis
21.  Tectona grandis
22.  Tectona grandis
23.  Tectona grandis
24.  Tectona grandis
25.  Tectona grandis
26.  Tectona grandis
27.  Tectona grandis
28.  Tectona grandis
29.  Tectona grandis
30.  Tectona grandis
31.  Tectona grandis
32.  Tectona grandis
33.  Tectona grandis
34.  Tectona grandis
35.  Tectona grandis
36.  Tectona grandis
37.  Tectona grandis
38.  Tectona grandis
39.  Tectona grandis


B.     Pembahasan
1.      Sebaran kelas diameter
            Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil praktek lapang yang berlokasi pada tegakan jati fakultas sastra universitas hasanuddin dengan ukuran plot 20mx20m dan jumlah pohon  39. Pada tegakan jati tersebut masing – masing pohon memiliki diameter dan tinggi yang berbeda. Hal ini disebabkan adanya kompetisi antara pohon yang satu dengan pohon yang lain, baik dalam persaingan dalam  memperoleh unsur – unsur hara, air, garam mineral, maupun dalam memperoleh cahaya matahari yang sangat berguna dalam proses fotosintesis dalam pertumbuhan pohon. Pohon yang satu dengan yang lain memiliki perbedaan diameter dan tinggi, walaupun berada dalam tegakan seumur. Hal ini disebabkan oleh  faktor tempat tumbuh merupakan faktor yang mempengaruhi diameter dan tinggi pohon. Kerena  tempat tumbuh mampu memberikan produktivitas tanah untuk pertumbuhan.
            Dapat diketahui pula berdasarkan tabel data hasil pengukuran bahwa sebaran kelas diameter tegakan jati Tectona grandis,  yaitu antara 0,062 m yang merupakan diameter terkecil sampai dengan 0,304 m yang merupakan diameter terbesar.
2. Permudaan tegakan
            Pada tegakan jati Tectona grandis yang berlokasi di Fakultas Sastra Universitas Hasanuddin Makassar ini, tidak ditemukan anakan. Hal tersebut disebabkan karena lokasi yang menjadi tempat praktikum mata kuliah silvika ini merupakan tanaman yang seumur atau tegakan yang seumur. Sehingga, tidak memungkinkan terdapatnya anakan diantara tegakan Tectona grandis tersebut.
3. Struktur Tegakan
            Berdasarkan hasil pengamatan, dapat diketahui bahwa dalam satu plot berukuran 20m x 20m yang berjumlah 39 pohon. Pohon jati dalam plot ini umumnya memiliki sedikit cabang sehingga dapat dikatakan bahwa kualitas pohon jati cukup baik. Berdasarkan hasil pengamatan daun umumnya besar dan bulat serta bertangkai yang sangat pendek.
            Berdasarkan kedudukan dalam tegakan, sesuai dengan data yang diperoleh tegakan Tectona grandis ini memiliki 3 stratifikasi tajuk, yaitu ; ada yang termasuk sebagai Pohon dominan, artinya adalah tajuknya menonjol paling atas sehingga mendapat cahaya penuh dari atas dan dari samping. Adapula yang termasuk Pohon Co – Dominan, yaitu pohon yang tajuknya tidak setinggi pohon dominan dan masih mendapat cahaya dari atas, meski dari samping terhalang sebagian besar dari pohon dominan. Serta Pohon pertengahan, yaitu tajuknya berada dibawah pohon dominan dan Co – dominan dan masih mendapat cahaya matahari dari atas melalui celah-celah pohon dominan dan co-dominan, tetapi tidak mendapat cahaya dari samping. Secara keseluruhan tinggi total berdasarkan kedudukan dalam tegakan ini mempunyai tinggi total yang berkisar 9,305 m sampai 32,42 m.
            Tegakan jati Tectona grandis tersebut merupakan salah satu tanaman yang digolongkan kedalam jenis pohon intoleran karena tanaman jati membutuhkan cahaya penuh sepanjang daur hidupnya, walaupun demikian terdapat beberapa pohon jati yang tumbuh kerdil. Hal ini kemungkinan besardisebabkan oleh persaingan penyerapan unsur hara dan penyerapan sinar matahari karena berdasarkan keadaan dilokasi tanaman jati yang tumbuh kerdil tersebut berada dibawah naungan tajuk tanaman jati yang lainnya sehingga penyerapan sinar matahari dari atas kurang. Tegakan jati pada lokasi praktikum mempunyai bentuk tajuk yang seragam, yaitu berbentuk kerucut. Hal ini dipengaruhi oleh bentuk percabangan yang dimilikinya, yaitu cabang bawahnya mempunyai panjang yang sedang, cabang pada bagian tengahnya lebih panjang dari cabang pada bagian bawahnya dan cabang yang paling atas semakin mengecil. Sehingga tajuk yang terbentuk pun menyerupai kerucut.
            Tegakan jati, Tectona grandis tersebut jarak tanamnya agak rapat sehingga menyebabkan bentuk batang yang lurus, silindris dan tekstur pohon kasar serta berwarna coklat. Namun berdasarkan pengamatan, beberapa tanaman jati tidak mendapatkan cahaya penuh yang berperan dalam proses fotosintesis karena terhalang oleh tajuk yang rapat sehingga proses fotosintesis terganggu dan berakibat hasil fotosintesis yang dihasilkan relatif sedikit sehingga yang mendapatkan sari – sari makanan hanya bagian atas saja.
4. Komposisi tegakan
            Pada lokasi praktikum komposisi pembentuknya selain terdapat jati Tectona grandis terdapat pula tanaman lain, yaitu rumput.
            Berdasarkan jenis asosiasi yang dapat diamati pada tegakan jati Fakultas Sastra dapat dikatakan,  asosiasi yang terjadi pada tegakan jati adalah persaingan antar pohon untuk mendapatkan cahaya, air, dan nutrisi. Tectona grandis dapat pula dikatakan termasuk jenis yang mampu membentuk hubungan yang baik dengan tanaman lainnya yang ada diantara tegakan tersebut, yaitu karena dapat saling berdampingan hidup dalam satu tegakan baik dengan sejenisnya sendiri maupun dengan jenis lain yang ada disekitarnya. Asosiasi itu sendiri adalah gabungan, pertautan atau dapat pula dikatakan suatu perhubungan.







BAB V
PENUTUP

A.    Kesimpulan
            Kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan praktikum ini adalah :
1.      Tectona grandis yang tumbuh rapat dengan jarak tanam yang dekat  memiliki pertumbuhan tinggi yang cepat karena bersaing untuk memperoleh cahaya matahari, memiliki tajuk yang kecil dan tidak lebat dan memliki batang silinder, serta bentuk batang yang kecil.
2.      Habitus ( bentuk tajuk ) dari pohon Jati Tectona grandis adalah berbentuk kerucut atau payung.
3.      Tegakan jati Tectona grandis  pada Fakultas Sastra Universitas Hasanuddin ialah salah satu tanaman yang digolongkan kedalam jenis pohon intoleran, yaitu jenis tanaman yang membutuhkan cahaya matahari mulai dari fase semai hingga dewasa.
4.      Komposisi pembentuk tegakannya dominan jati sehingga disebut tegakan jati, meskipun terdapat tanaman lain seperti rumput. Serta tidak terdapat anakan dibawah tegakan karena merupakan tegakan yang seumur.

B.     Saran
            Diharapkan dalam pengambilan data dapat lebih teliti agar memperoleh hasil yang baik. Kemudian untuk saran kepada asisten agar lebih memberikan bimbingan dan arahan yang baik terhadap para praktikannya, baik saat dilokasi praktikum dan juga saat proses pembuatan laporan serta pada saat asistensi laporan. Tetap ramah dan bijaksana dalam menghadapi praktikan.




DAFTAR PUSTAKA

Andre. 2009. Perubahan Komposisi Dan Struktur Tegakan Hutan Produksi Alam Dengan Sistem Silvikultur Tebang Pilih Tanam Indonesia Intensif (TPTII). http://boymarpaung.wordpress.com/tag/komposisi/. Diakses pada tanggal [5 Mei 2015].

Atiyyah, H. 2012. Evaluasi Tegakan dan Komposisi Tegakan Tectona grandis. http:// atiyyahhandayani.blogspot.com/2012/05/evaluasi-tegakan-dan-komposisi-tegakan.html. Diakses pada tanggal [5 Mei 2015].

Aqshan. 2013. Gambaran Umum Silvika dan Silvikultur. http://aqshankonservasi. blogspot.com/2013/04/gambaran-umum-silvika-dan-silvikultur_17.html. Diakses pada tanggal [5 Mei 2015].

Irwanto. 2006. Prespektif Silvika Dalam Keanekaragaman Hayati dan Silvikultur. http://www.indonesiaforest.net/silvika.html. Diakses pada tanggal [5 Mei 2015].

______. 2010. Kajian Jati Plus. http://hutanalam.blogspot.com/2010/02/kajian-jati-plus.html. Diakses pada tanggal [5 Mei 2015].

Komara, A. 2008. Komposisi Jenis dan Struktur Tegakan. http://repository.ipb.ac.id /bitstream/handle/123456789/11612/E08ako.pdf?sequence=2. Diakses pada tanggal [5 Mei 2015].

Onrizal. 2009. Silvika. https://onrizal.files.wordpress.com/2009/02/diktat-silvika.pdf. Diakses pada taggal [6 Mei 2015].

Pasaribu, D. 2012. Silvika. http://davidpas.blogspot.com/2010/02/silvika.html. Diakses pada tanggal [5 Mei 2015].

Suhendang, E. ‎2011. Struktur Tegakan. idci.dikti.go.id/pdf/JURNAL/.../VOL %2017% 20No.../2194.pdf. Diakses pada tanggal [5 Mei 2015].

Wikipedia. 2015. Jati. http://id.wikipedia.org/wiki/Jati. Diakses pada tanggal [5 Mei 2015].
 

Label:

Post a Comment

[blogger][disqus]

Author Name

{picture#http://img09.deviantart.net/8f2d/i/2016/120/e/1/koutetsujou_no_kabaneri__ikoma_by_reijr-da0twud.jpg} I was a blogger who likes to divide the resources that I know to the visitors, and particularly liked the field of technology, design, health and forestry science. {facebook#https://web.facebook.com/icuk.sugiarto.507} {twitter#https://twitter.com/icuksugiarto_sa} {google#https://plus.google.com/u/0/+IcukSugiarto18} {pinterest#https://pinterest.com} {youtube#https://youtube.com}

Contact Form

Name

Email *

Message *

Powered by Blogger.