Pembahasan Lengkap Mengenai Makalah Potensi Pengembangan Dan Pemanfaatan Getah Karet



BAB I
PENDAHULUAN

1.1.   Latar Belakang
Tanaman karet (Hevea brasiliensis) termasuk dalam family Euphorbiacea, disebut dengan nama lain rambung, getah, gota, kejai ataupun hapea. Dinamakan demikian karena golongan ini mempunyai jaringan tanaman yang banyak mengandung getah (lateks) dan getah tersebut mengalir keluar apabila jaringan tanman terlukai. Karet merupakan salah satu komoditi tanaman perkebunan tahunan berupa pohon batang lurus yang penting sebagai sumber devisa non migas bagi Indonesia, sehingga memiliki prospek yang cerah. Upaya peningkatan produktivitas tanaman tersebut terus dilakukan terutama dalam bidang budidaya dan pasca penen.
Kayu karet yang dapat berasal dari kegiatan rehabilitasi kebun ataupun peremajaan kebun karet tua/tidak menghasilkan lateks lagi. Umumnya kayu karet yang diperjual belikan adalah dari peremajaan kebun karet yang tua yang dikaitkan dengan penanaman karet baru lagi. Kayu karet dapat dipergunakan sebagai bahan bangunan rumah, kayu api, arang, ataupun kayu gergajian untuk alat rumah tangga (furniture). Kayu karet sebenarnya juga banyak diminati oleh konsumen baik dari dalam negeri maupun luar negeri, karena warnanya yang cerah dan coraknya seperti kayu ramin. Di samping itu, kayu karet juga merupakan salah satu kayu tropis yang memenuhi persyaratan ekolabeling karena komoditi ini dibudidayakan (renewable) dengan kegunaan yang cukup luas, yaitu sebagai bahan baku perabotan rumah tangga, particle board, parquet, MDF (Medium Density Fibreboard) dan lain sebagainya.
Hasil utama dari pohon karet adalah lateks yang dapat dijual/diperdagangkan oleh masyarakat berupa latek segar, slab/koagulasi ataupun sit asap/sit angin. Selajutnya produk tersebut sebagai bahan baku pabrik Crumb Rubber/Karet Remah yang menghasilkan bahan baku untuk berbagai industri hilir. Karet digunakan untuk mobilitas manusia dan barang yang memerlukan komponen yang terbuat dari karet seperti aneka ban kendaraan, conveyor belt, penggerak mesin, sepatu karet, sabuk, penggerak mesin, pipa karet dan sebagai isolator kabel. Bahan baku karet juga banyak digunakan untuk membuat perlengkapan seperti sekat atau tahanan alat-alat penghubung dan penahan getaran misalnya shock absorbers. Karet juga bisa digunakan untuk tahanan dudukan mesin, dipakai sebagai lapisan karet pada pintu, kaca, dan pada alat-alat lain sehingga terpasang kuat dan tahan getar serta tidak tembus air.
Sebagai salah satu komoditi industri, produksi karet sangat tergantung pada teknologi dan manajemen yang diterapkan dalam sistem dan proses produksinya. Produk industri karet perlu disesuaikan dengan kebutuhan pasar yang senantiasa berubah. Status industri karet Indonesia akan berubah dari pemasok bahan mentah menjadi pemasok barang jadi atau setengah jadi yang bernilai tambah lebih tinggi dengan melakukan pengeolahan lebih lanjut dari hasil karet.

1.2.   Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan getah karet dan bagaimana tanaman getah karet ?
2.      Bagaimana budidaya tanaman karet ?
3.      Bagaimana cara Penyadapan / Pemanenan ?
4.      Apa saja bahan pengolahan getah karet dan proses pembuatan karet ?
5.      Apa saja manfaat getah karet ?

1.3.   Tujuan
1.      Untuk mengetahui yang dimaksud dengan getah karet dan bagaimana tanaman getah karet.
2.      Untuk mengetahui budidaya tanaman karet.
3.      Untuk mengetahui cara Penyadapan / Pemanenan.
4.      Untuk mengetahui bahan pengolahan getah karet dan proses pembuatan karet.
5.      Untuk mengetahui manfaat getah karet.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1.   Pengertian Getah Karet
Getah karet merupakan polimer hidrokarbon yang terkandung pada lateks beberapa jenis tumbuhan. Sumber utama produksi karet dalam perdagangan internasional adalah para atau Hevea brasiliensis (suku Euphorbiaceae). Beberapa tumbuhan lain juga menghasilkan getah lateks dengan sifat yang sedikit berbeda dari karet, seperti anggota suku ara-araan (misalnya beringin), sawo-sawoan (misalnya getah perca dan sawo manila), Euphorbiaceae lainnya, serta dandelion. Pada masa Perang Dunia II, sumber-sumber ini dipakai untuk mengisi kekosongan pasokan karet dari para. Sekarang, getah perca dipakai dalam kedokteran (guttapercha), sedangkan lateks sawo manila biasa dipakai untuk permen karet (chicle). Karet industri sekarang dapat diproduksi secara sintetis dan menjadi saingan dalam industri perkaretan.
Seperti yang telah dijelaskan lateks berasal dari partikel karet yang dilapisi protein dan fosfolipid. Protein ini akan memberikan muatan negatif yang mengelilingi partikel karet sehingga mencegah terjadinya interaksi antara sesama partikel karet, dengan demikian sistem koloid lateks akan tetap stabil. Namun dengan adanya mikroorganisme maka protein yang terdapat dalam partikel karet akan rusak dan terjadilah interaksi antara partikel karet membentuk flokulasi atau gumpalan. Pembekuan atau koagulasi bertujuan untuk mempersatukan (merapatkan) butir-butir karet yang terdapat dalam cairan lateks, supaya menjadi suatu gumpalan atau koagulum. Untuk membuat koagulum ini, lateks perlu dibubuhi bahan pembeku (koagulan) seperti asam semut atau asam cuka. Lateks segar yang diperoleh dari hasil sadapan mempunyai pH 6,5. Agar dapat terjadi penggumpalan atau koagulasi, pH yang mendekati netral tersebut harus diturunkan sampai pH 4,7.
Di dalam proses penggumpalan lateks, terjadi perubahan sol ke gel dengan pertolongan zat penggumpal. Pada sol karet terdispersi di dalam serum, tetapi pada gel karet di dalam lateks. Penggumpalan dapat terjadi dengan penambahan asam (menurunkan pH), sehingga koloid karet mencapai titik isoelektrik dan terjadilah penggumpalan.
Peranan pH sangat menentukan mutu karet. Penggumpalan pada pH yang sangat rendah mengakibatkan warna karet semakin gelap dan nilai modulus karet semakin rendah. Sebaliknya keuntungannya, masa pemeraman singkat dan PRI dapat dipertahankan setinggi mungkin. Penambahan elektrolit yang bermuatan positif juga dapat menetralkan muatan negatif dari partikel karet dan menggumpalkan karet.

2.2.   Tanaman Karet
Karet (Hevea bransilienis Muell. Arg.) termasuk dalam famili Euphorbiaceae, disebut dengan nama lain, rambung, getah, gota, kejai ataupun hapea. Karet pertama kali diperkenalkan orang Indian dari Peru dan dibawa ke Perancis. Karet yang diambil de la Condamine berasal dari jenis Casilloa elastica Cerv. Aublet (1775), termasuk dari 11 spesies yang tergolong karet (Siregar, 2007).
Menurut Syamsuri (2004), klasifikasi balam adalah sebagai berikut :
Regnum           : Plantae
Divisio            : Spermatophyta
Class               : Dikotiledonae
Ordo                : Euphorbiales
Famili              : Euphorbiaceae
Genus              : Hevea
Species            : Hevea bransiliensis
Tanaman karet berasal dari bahasa latin yang bernama Havea brasiliensis yang berasal dari Negara Brazil. Tanaman ini merupakan sumber utama bahan tanaman karet alam dunia. Padahal jauh sebelum tanaman karet ini dibudidayakan, penduduk asli diberbagai tempat seperti: Amerika Serikat, Asia dan Afrika Selatan menggunakan pohon lain yang juga menghasilkan getah. Getah yang mirip lateks juga dapat diperoleh dari tanaman Castillaelastica (family moraceae). Sekarang tanaman tersebut kurang dimanfaatkan lagi getahnya karena tanaman karet telah dikenal secara luas dan banyak dibudidayakan. Sebagai penghasil lateks tanaman karet dapat dikatakan satu-satunya tanaman yang dikebunkan secara besar-besaran.
Tanaman karet merupakan pohon yang tumbuh tinggi dan berbatang cukup besar Tinggi pohon dewasa mencapai 15-25 meter. Batang tanaman biasanya tumbuh lurus dan memiliki percabangan yang tinggi diatas. Dibeberapa kebun karet ada beberapa kecondongan arah tumbuh tanamanya agak miring kearah utara. Batang tanaman ini mengandung getah yang dikenal dengan nama lateks. Daun karet terdiri dari tangkai daun utama dan tangkai anak daun. Panjang tangkai daun utama 3-20cm. Panjang tangkai anak daun sekitar 3-10cm dan pada ujungnya terdapat kelenjar. Biasanya ada tiga anak daun yang terdapat pada sehelai daun karet. Anak daun berbentuk eliptis, memanjang dengan ujung meruncing.Tepinya rata dan gundul Biji karet terdapat dalam setiap ruang buah. Jadi jumlah biji biasanya ada tiga kadang enam sesuai dengan jumlah ruang. Ukuran biji besar dengan kulit keras. Warnaya coklat kehitaman dengan bercak-bercak berpola yang khas. Sesuai dengan sifat dikotilnya, akar tanagaman karet merupakan akar tunggang. Akar ini mampu menopang batang tanaman yang tumbuh tinggi dan besar.

2.3.   Budidaya Tanaman Karet
2.3.1.   Syarat Tumbuh Tanaman Karet
Membangun kebun karet diperlukan teknologi budidaya karet yang mencakup beberapa kegiatan yaitu: syarat tumbuh tanaman karet, klon-klon rekomendasi, bahan tanaman/ bibit, pemeliharaan tanaman, pemupukan, pengendalian hama/ penyakit dan penyadapan/ panen. Syarat tumbuh tanaman karet memerlukan kondisi-kondisi tertentu yang merupakan syarat hidupnya. Lebih rinci syarat tumbuh tanaman karet diuraikan sebagai berikut :
1)      Iklim
Daerah yang cocok adalah pada zone antara 150 LS dan 150 LU, dengan suhu harian 25 – 30oC.
2)      Curah Hujan
Tanaman karet memrlukan curah hujan optimal antara 2000 -2500 mm/tahun dengan hari hujan berkisar 100-150 HH/tahun. Lebih baik lagi jika curah hujan merata sepanjang tahun. Sebagai tanaman tropis karet membutuhkan sinar matahari sepanjang hari, minimum 5-7 jam/hari.
3)      Tinggi Tempat
Tanamn karet tumnbuh optimal pada dataran rendah dengan ketinggian 200-400 meter di atas permukaan laut (dpl). Pada ketinggian >40 m dpl dan suhu harian lebih dari 30oC akan mengakibatkan tanaman karet tidak bisa tumbuh dengan baik.
4)      Angin
Kecepatan angin yang terlalu kencang pada umumnya kurang baik untuk penanaman karet. Tanaman karet merupakan pohon yang tumbuh tinggi dan berbatang besar. Tinggi pohon dewasa mencapai 15-25 meter. Batang tanaman biasanya tumbuh lurus dan memiliki percabangan yang tinggi di atas.
5)      Tanah
Berbagai jenis tanah dapat sesuai dengan syarat tumbuh tanaman karet baik tanah vulkanis maupun alluvial. Pada tanah vulkanis mempunyai sifat yang cukup baik terutama struktur, tekstur, solum, kedalaman air tanah, aerasi dan drainase, tetapi sifat kimianya secara umum kurang baik karena kandungan haranya rendah.
Sedangkan tanah alluvial biasanya cukup subur, tetapi sifat fisiknya kurang baik sehingga drainase dan aerasinya kurang baik. Tanah-tanah kurang subur seperti podsolik merah kuning yang ada di negri ini dengan abntuan pemupukan dan pengelolaan yang baik bisa dikembangkan menjadi perkebunan karet dengan hasil yang cukup tinggi. Pada tanah lapisan olah tanah tidak disukai tanaman karet karena menggangu pertumbuhan dan perkembangan akar, sehingga proses pengambilan hara dari dalam proses pengambilan hara dari dalam terganggu. Derajat keasaman mendekati normal cocok untuk tanaman karet, yang paling cocok adalah pH 5-6. Batas pH tanah adalah 4-8. Sifat-sifat tanah yang cocok pada umumnya antara lain; aerasi dan drainase cukup, tekstur tanah remah, struktur terdiri dari 35% tanah liat dan 30% tanah pasir, kemiringan lahan < 16% serta pemukaan air tanah < 100 cm.

2.3.2.      Bahan Tanaman
Produktivitas tanaman karet ditentukan oleh mutu bahan tanaman/bibit yang di tanam, mutu bibit/benih dipengaruhi oleh mutu genetic, fisiologi, fisik. Persiapan bahan tanam dilakukan sebelum penanaman dengan tenggang waktu kira-kira 1,0-1,5 tahun.
Khusus bahan tanaman ada tiga komponen yang perlu disiapkan yaitu batangbawah (root stoct), entres/batang atas (budwood) dan okulasi (grafting) pada penyiapan tanam.
Persiapan batang bawah adalah suatu kegiatab untuk memperoleh bibit yang perakarannya kuat dan daya serap hara yang baik. Oleh karena iytu, diperlukan pembibitan batang bawah yang mememnuhi syarat teknis mencakup persiapan tanah pembibitan, penanganan benih, perkecambahan, penanaman kecamabah serta pemeliharaan tanaman di pembibitan.
Untuk mendapatkan bahan tanam hasil okulasi yang baik diperlukan entres yang baik. Pada dasarnya mata okulasi dapat di ambil dari dua sumberyaitu berupa entres cabang dari kebun produksi atau entres dari kebun entres. Dari dua sumber mata okulasi ini sebaiknya dipilih enters dari kebun entres murni, karena entres cabang akan menghasilkan tanman yang pertumbuhannyatidak seragam dan keberhasilannya okulasinya rendah.
Okulasi merupakan salah satu cara perbanyakan tanaman yang dilakukan dengan menempelkan mata enres dari satu tanaman ke tanaman sejenis dengan tujuan mendapatkan sifat yang unggul. Dari hasil okulasi akan diperoleh bahan tanaman karet unggul berupa stum mta tidur, stum mini, bibit dalam polybag atau stum tinggi. Untuk tanaman karet, mata entres ini merupakan bagian atas dari tanaman dan dicirikan oleh klon yang digunakan sebagai batang atasnya.
Produktifitas tinggi hanya bisa diperoeh dari bibit klon unggul yang telah melewati uji coba di lapangan, dianjurkan memilih klon yang direkomendasi. Penanaman bibit tanman karet harus tepat waktu untuk menghindari tingginya angka kematian di lapangan. Waktu tanam yang sesuai adalah pada musim hujan. Selain itu perlu dipersiapkan tenaga kerja untuk kegiatan-kegiatan untuk pembuatan lubang tanam, pembongkaran, pengangkutan, dan penanaman bibit. Bibit yang sudah di bongkar sebaiknya segera di tanam dan tenggang waktu yang diperbolehkan paling lambat satu malam setelah pembongkaran.

2.3.3.      Pengolahan Lahan dan Penanaman
a.      Pengolahan Lahan
Ada dua jenis penanaman karet, yaitu penanaman baru (newplanting) dan peremajaan (replanting).Newplanting adalah usaha penanaman karet di areal yang belum pernah dipakai untuk budi daya karet. Sementara itu, replanting adalah usaha penanaman ulang di areal karet karena tanaman lama sudah tidak produktif lagi.
Penanaman baru harus dimulai dengan langkah awal, apakah lahan tersebut cukup sesuai untuk budi daya karet. Memastikan lahan tersebut sesuai atau tidak merupakan hal penting karena setiap tanaman memerlukan syarat-syarat khusus untuk pertumbuhannya. Terlebih lagi, karet merupakan tanaman tahunan, sehingga jika diketahui produktivitasnya rendah diperlukan waktu bertahun-tahun untuk peremajaannya. Langkah seperti ini tentunya merupakan pemborosan yang sebenarnya tidak perlu. Kegiatan pengolahan lahan, baik untuk newplanting maupun replanting sebenarnya sama saja.
Langkah pertama pengolahan lahan adalah membabat pepohonan yang tumbuh. Tentunya, pada newplanting jenis pohon yang tumbuh di areal relatif banyak dengan ketinggian dan diameter batang beragam. Sementara itu, pada replanting pohon yang tumbuh hanya karet dengan ketinggian dan diameter yang sama. Untuk areal yang tidak terlalu luas, pembabatan bisa dilakukan secara manual menggunakan kapak dan gergaji yang memadai. Setelah pepohonan dibabat, tahap berikutnya membongkar tanah dengan cangkul atau traktor. Dalam pembongkaran tanah ini sekaligus dilakukan pembersihan sisa-sisa akar, rhizoma, alang-alang, dan bebatuan karena akan mengganggu perakaran tanaman karet. Kebun karet memerlukan sarana berupa jalan, baik untuk pemeliharaan tanaman maupun kegiatan produksi. Jalan tersebut di antaranya jalan utama, jalan antar blok, jalan kontrol, dan jalan pengangkutan lateks.

b.      Penanaman
Selain dapat di tanam secara monokultur, karet juga dapat ditumpangsarikan dengan berbagai tanaman lain. Tanaman yang dapat ditumpangsarikan dengan karet antara lain tanaman semusim, seperti pisang dan jahe atau palawija (kedelai, kacang hijau, atau kacang tanah). Bahkan, tanaman tahunan, seperti cengkih, kakao, dan kopi pun bisa ditumpangsarikan dengan karet.
1.      Penentuan jarak tanam
Jarak tanam dalam budi daya tanaman apa pun harus mendapatkan perhatian memadai agar produktivitasnya optimal. Jarak tanam sangat ditentukan sosok tanaman. Semakin tinggi dan lebar tajuk tanaman, harus semakin jauh jarak antar tanamannya, dengan harapan tajuk tanaman dan perakarannya tidak saling bertaut. Idealnya, semakin jauh jarak antar tanaman akan semakin baik hasilnya.
a)      Sistem tumpangsari, Hal pertama yang harus diperhatikan dalam penanaman karet dengan sistem tumpangsari adalah jarak tanam jangan terlalu rapat agar tidak terjadi persaingan dalam memperebutkan usur hara.
b)      Sistem monokultur, Penanaman karet secara monokultur bisa menggunakan jarak tanam berbentuk segitiga atau tidak teratur.

2.      Pembuatan Lubang Tanam.
Setelah ditentukan dan ditandai dengan sebatang ajir, lubang tanam segera dibuat. Ukuran lubang tanam dalam budidaya karet harus disesuaikan dengan jenis atau stadium bibit yang akan ditanam. Jika yang ditanam adalah bibit okulasi stum mini atau bibit dalam kantong plastik, ukuran lubang tanam cukup 60 x 60 x 60 cm. Jika yang dipakai adalah bibit stum tinggi berumur 2 - 3 tahun, lubang tanam berukuran 80 x 80 x 80 cm. Sementara itu, jika panjang akar tunggang lebih dari 80 cm, di bagian tengah dasar lubang tanam perlu digali sedalam 20 - 30 cm. Bentuk lubang tanam sebenarnya tidak harus kubus tetapi bisa juga berbentuk silinder atau kerucut yang semakin menyempit ke dalam.

3.      Pembongkaran bibit.
Jika bibit karet yang akan ditanam berupa stum mini atau stum tinggi dari lahan pesemaian, bibit tersebut harus dibongkar dahulu. Caranya, dibuat park sedalam 50 cm di sisi kiri barisan bibit. Setelah itu, bibit dipegang di bagian atas okulasi dan dicabut dengan hati-hati. Jika terdapat lebih dari satu akar tunggang, akar tunggang yang lebih kecil dipotong, sehingga menyisakan satu akar tunggang yang besar. Ada kalanya bibit yang dibongkar dari areal pembibitan harus ditanam di perkebunan yang jaraknya relatif jauh, sehingga harus mengalami pengangkutan.
Agar mata tunas atau batang okulasi tidak rusak selama pengangkutan, bibit harus disusun selapis demi selapis. Lapisan paling bawah adalah batang pisang, di atasnya bibit, di atasnya batang pisang lagi, demikian seterusnya. Lapisan-lapisan tersebut harus rapat, sehingga tidak terjadi guncangan saat pengangkutan.

4.      Pelaksanaan penanaman.
Setelah bibit dan lubang tanam siap maka penanaman bisa segera dilaksanakan. Jika bibit yang ditanam merupakan bibit yang diambil dari lahan, akar tunggang harus masuk lurus ke dalam tanah. Akar tunggang yang arahnya miring bisa mengakibatkan pertumbuhan tanaman terhambat. Jika yang akan ditanam berupa bibit okulasi dalam kantong plastik atau dalam tapih, media di sekitar bibit harus padat dan tidak pecah. Cara penanamannya adalah plastik pembungkusnya dibuka, kemudian bibit dimasukkan ke dalam lubang tanam dan diurug dengan tanah yang ada di sekitarnya.

c.       Penanaman Tanaman Penutup Tanah
Penanaman tanaman penutup tanah di lahan karet dilakukan untuk mencegah erosi dan mempercepat matang sadap. Ada tiga kelompok tanaman yang dapat digunakan, yaitu tanaman merayap, semak-semak, dan pohon.
Tanaman merayap yang baik digunakan adalah jenis kacang-kacangan. Kelompok semak-semak yang bisa digunakan antara lain Crotalaria usaramoensis, Crotalaria juncea, dan Tephrosia candida. Sementara itu, dari jenis pepohonan yang sering dimanfaatkan adalah petai cina (Leucaena glaucd).

2.3.4.      Pemeliharaan Tanaman
1.      Pemeliharaan tanaman sebelum produksi
Dikalanga petani karet, tanman yang belum bisa di sadap atau belum berproduksi sering di sebut dengan komposisi I, yaitu tanaman berumur 1-4 tahun. Pemelihraan tanaman karet berproduksi hamper sama dengan pemeliharaan tanaman perkebunan pada umumnya, yakni meliputi penyulaman, penyiangan, pemupukan, seleksi dan penjarangan serta peeliharaan tanaman penutup tanah.
a.       Penyulaman
Tidak semua bibit karet yang ditanam di lahan bisa hidup. Persentase kematian bibit yang bisa ditolerir dalam budi daya karet adalah sebesar 5%. Karenanya, diperlukan penyulaman untuk mengganti bibit yang mati tersebut. Kegiatan penyulaman dilakukan saat tanaman berumur 1 – 2 tahun karena saat itu sudah ada kepastian tanaman yang hidup dan yang mati. Karena penyulaman dilakukan saat tanaman berumur 1 - 2 tahun, bibit yang digunakan berupa bibit stum tinggi berumur 1- 2 tahun agar tanaman bisa seragam.
Sebelum penyulaman dilakukan perlu diketahui penyebab kematian bibit. Jika kematian disebabkan oleh bakteri atau jamur, tanah bekas tanaman harus diberi fungisida. Pelaksanaan penyulaman dilakukan pada pagi hari pukul  06.00 - 09.00 atau sore hari pukul 15 - 17.00, saat cuaca tidak terlalu panas untuk mengurangi risiko kematian.
b.      Penyiangan
Penyiangan dalam budidaya daya karet bertujuan membebaskan tanaman karet dari gangguan gulma yang tumbuh di lahan. Karenanya, kegiatan penyiangan sebenarnya bisa dilakukan setiap saat, yaitu ketika pertumbuhan gulma sudah mulai mengganggu perkembangan tanaman karet. Meskipun demikian, umumnya penyiangan dilakukan tiga kali dalam setahun untuk menghemat tenaga dan biaya.
Ada dua cara penyiangan, yaitu secara manual dan secara kimiawi. Secara manual adalah menggunakan peralatan penyiangan, seperti cangkul atau parang. Sementara itu, secara kimiawi dengan menyemprotkan herbisida atau bahan kimia pemberantas gulma. Banyak merek herbisida yang sudah beredar di pasaran. Dianjurkan memilih merek yang sesuai dengan jenis gulma yang akan diberantas agar hasilnya efektif. Di samping itu, juga harus diperhatikan dosis dan frekuensi penyemprotan agar tidak terjadi pemborosan.
c.       Pemupukan
Pemupukan tanaman pada budidaya karet adalah untuk memacu pertumbuhan tanaman muda dan mempercepat matang sadap, sehingga panen lateks dapat dilakukan secepatnya. Kegiatan pemupukan dilakukan dengan dua cara, yaitu manual circle dan chemical strip weeding.
Pada cara pertama atau manual circle, lubang dibuat melingkari tanaman dengan jarak disesuaikan dengan umur tanaman. Hal ini disebabkan perakaran tanaman semakin bertambah luas seiring dengan pertambahan umurnya,
Pada cara kedua atau chemical strip weeding, pupuk diletakkan pada jarak 1 - 1,5 m dari barisan tanaman. Caranya sama, yaitu tanah digali sedalam 5 - 10 cm, kemudian pupuk dimasukkan ke dalamnya dan ditutup dengan tanah. Pemupukan tanaman karet sebaiknya tidak dilakukan pada pertengahan musim hujan karena pupuk mudah tercuci air hujan. Idealnya, pemupukan dilakukan pada pergantian musim hujan ke musim kemarau. Sementara itu, jenis pupuk yang diberikan di antaranya urea, DS, dan KCl yang mudah diperoleh di pasaran.
d.      Seleksi dan penjarangan
Idealnya dalam suatu areal perkebunan karet terdiri dari tanaman yang seluruhnya dalam keadaan sehat dan baik, terutama menjelang penyadapan. Karenanya, tanaman yang sakit harus ditebang dan dibongkar sampai akarakarnya agar penyakit tersebut tidak menyebar ke tanaman yang sehat.
Dengan asumsi yang hidup 95%, maka dari 476 bibit yang ditanam dalam satu hektar akan terdapat 452 pohon menjelang penyadapan. Jika dari 452 pohon tersebut 5% di antaranya sakit, akan tersisa 425 tanaman sehat. Dari 425 tanaman sehat akan dapat disadap 400 pohon.
e.       Pemeliharaan tanaman penutup tanah
Disebabkan fungsinya untuk mencegah erosi dan mempercepat matang sadap, tanaman penutup tanah harus dipelihara dengan pemupukan dan pemangkasan. Pupuk yang digunakan sebaiknya kompos yang telah matang dengan dosis 4 - 5 ton/hektar. Cara pemberiannya adalah dengan ditaburkan di sela-sela tanaman.
Jika pertumbuhan tanaman penutup tanah terlalu pesat perlu dikendalikan dengan cara pemangkasan. Alat yang dipakai untuk pemangkasan cukup berupa parang atau sabit.

2.      Pemeliharaan masa produksi
Setelah menginjak umur lima tahun atau mulai disadap, tanaman karet sering disebut dengan komposisi II. Pada kenyataannya, selalu saja ada beberapa tanaman karet yang terpaksa belum bisa disadap meskipun sudah berumur lima tahun. Dari 425 tanaman sehat menjelang sadap, yang bisa disadap hanya sekitar 400 batang.
Pemeliharaan tanaman selama masa produksi dimaksud-kan agar kondisi tanaman dalam keadaan baik; produksinya tetap, bahkan meningkat sesuai dengan umur tanaman; dan masa produktifnya makin panjang. Tanpa perawatan yang baik, kondisi tanaman mungkin akan semakin memburuk, produktivitasnya menurun, dan masa produktifnya singkat.
a.       Penyiangan
Penyiangan lahan karet pada masa produksi bertujuan sama dengan penyiangan pada masa sebelum produksi, yaitu mengendalikan pertumbuhan gulma agar tidak mengganggu tanaman utama. Penyiangan bisa dilakukan secara manual, kimiawi, atau gabungan dari keduanya. Cara manual atau mekanis adalah pemberantasan gulma menggunakan peralatan, seperti cangkul, parang, atau sabit. Jika gulmanya berupa rumput-rumputan, penyiangan bisa menggunakan cangkul, sehingga perakarannya ikut tercabut. Jika gulma berupa semak atau perdu, penyiangannya harus dengan cara didongkel dengan bantuan cangkul dan parang. Pemberantasan gulma secara manual hanya memungkinkan jika areal perkebunan karet tidak terlalu luas.
Jika areal karet sangat luas, pemberantasan gulma yang paling efektif adalah secara kimiawi menggunakan herbisida atau bahan kimia pemberantas gulma, baik kontak maupun sistemik. Herbisida kontak memberantas gulma dengan cara kontak langsung dengan gulmanya, misalnya Gramaxone dan Paracol. Sementara itu, herbisida sistemik memberantas gulma dengan cara zat aktifnya meresap ke dalam gulma, misalnya Basfapon, Dowpon, Gramavine, dan Palitapon.
b.      Pemupukan
Dalam budidaya karet, pemupukan dilakukan sejak tanam sampai tanaman tidak berproduksi lagi. Tanpa pemupukan produksi karet tidak akan maksimal. Jika pada masa komposisi I atau sebelum disadap semua tanaman karet harus dipupuk, pada masa komposisi II atau setelah sadap kegiatan pemupukan harus dilakukan secara efektif. Artinya, hanya tanaman yang produksi lateksnya bagus saja yang dipupuk. Langkah ini untuk menghindari pemborosan.
Cara pemupukan tanaman karet pada masa produksi sama dengan masa sebelum produksi, yaitu pupuk dimasukkan ke dalam lubang yang digali melingkar dengan jarak 1 – 1,5 meter dari pohon. Bisa juga pupuk dimasukkan ke dalam alur berbentuk garis di antara tanaman dengan jarak 1,5 meter dari pohon. Sebelum pemupukan dilakukan, harus dipastikan tanah sudah bebas dari gulma.

2.4.   Penyadapan/Pemanenan
Penyadapan merupakan salah satu kegiatan pokok dari pengusahaan tanaman karet. Tujuannya adalah membuka pembuluh lateks pada kulit pohon agar lateks cepat mengalir. Kecepatan aliran lateks akan berkurang bila takaran cairan lateks pada kulit berkurang. Kulit karet dengan tinggi 260 cm dari permukaan tanah merupakan modal petani karet untuk memperoleh pendapatan selama kurun waktu sekitar 30 tahun. Oleh sebab itu, penyadapan harus dilakukan dengan hati-hati agar tidak merusak kulit tersebut. Jika terjadi kesalahan dalam penyadapan maka produksi lateks akan berkurang.
Untuk memperoleh hasil sadap yang baik, penyadapan  harus mengikuti aturan tertentu agar diperoleh produksi yang tinggi, menguntungkan, serta berkesinam-bungan dengan tetap memperhati-kan faktor kesehatan tanaman. Beberapa aturan yang perlu diper-hatikan dalam penyadapan adalah sebagai berikut:
2.4.1.      Penentuan matang sadap
Sebelum Sebelum dilakukan penyadapan harus diketahui kesiapan atau kematangan pohon karet yang akan disadap. Cara menentukan kesiapan atau kematangannya adalah dengan melihat umur dan mengukur lilit batangnya. Kebun karet yang memiliki tingkat pertumbuhan normal siap disadap pada umur lima tahun dengan masa produksi selama 25 - 35 tahun. Namun, hal ini dianggap tidak tepat karena adanya faktor-faktor lain yang juga mempengaruhi pertumbuhan tanaman, tetapi tidak tampak dan tidak bisa dikontrol oleh manusia. Seandainya memungkinkan, pohon karet yang masih berumur di bawah lima tahun pun sudah bisa disadap. Akan tetapi, hamper semua tanaman rata-rata bisa disadap di atas umur lima tahun.
Melihat kekurangan seperti yang diuraikan di atas maka penentuan matang sadap dengan memperhatikan umur tanaman hanya dijadikan sebagai dasar, bukan sebagai patokan mutlak. Artinya, umur menjadi dasar untuk melihat kematangan pohon dengan cara lainnya, yaitu mengukur lilit batang.

2.4.2.      Perlatan Sadap
Peralatan sadap menentukan keberhasilan penyadapan. Semakin baik alat yang digunakan, semakin baik hasilnya. Berbagai peralatan sadap yang digunakan adalah sebagai berikut.
a.       Mal sadap/ Patron
Mal sadap dibuat dari sepotong kayu dengan panjang 130 cm yang dilengkapi pelat seng selebar ± 4 cm dan panjangnya antara 50 - 60 cm. Pelat seng dengan kayu membentuk sudut 120°. Kegunaan mal sadap atau patron ini adalah untuk membuat gambar sadapan yang menyangkut kemiringan sadapannya.
b.      Pisau Sadap
Pisau sadap ada dua macam, yaitu pisau untuk sadap atas dan pisau untuk sadap bawah. Pisau ini harus mempunyai ketajaman yang tinggi. Ketajaman pisau berpengaruh pada kecepatan menyadap dan kerapihan sadapan. Pisau sadap atas digunakan untuk menyadap kulit karet pada bidang sadap atas, ketinggian di atas 130 cm. Sedangkan pisau sadap bawah digunakan untuk menyadap kulit karet pada bidang sadap bawah, ketinggian mulai 130 cm ke arah bawah. Pisau sadap mempunyai tangkai yang panjang untuk mempermudah penyadapan dari permukaan tanah.
c.       Talang Lateks
Talang lateks terbuat dari seng dengan lebar 2,5 cm dan panjangnya antara 8 - 10 cm. Pemasangan talang lateks pada pohon karet dilakukan dengan cara ditancapkan 5 cm dari titik atau ujung terendah irisan sadapan. Penancapannya hendaknya tidak terlalu dalam agar tidak merusak lapisan kambium atau pembuluh empulur karet. Talang lateks digunakan untuk mengalirkan cairan lateks atau getah karet dari irisan sadap ke dalam mangkuk.
d.      Mangkuk
Mangkuk atau cawan digunakan untuk menampung lateks yang mengalir dari bidang irisan melalui talang. Mangkuk ini biasanya dibuat dari tanah liat, plastik, atau aluminium. Setiap jenis mempunyai kelebihan dan kelemahan sendiri-sendiri. Mangkuk dari tanah liat harganya murah dan mudah didapat, tetapi mudah pecah. Mangkuk dari plastik tahan lama, tetapi harganya agak mahal dan agak sulit dicari. Sedangkan mangkuk dari aluminium sulit dicari dan harganya mahal, tetapi tahan lama dan bisa menjamin kualitas lateks. Mangkuk dipasang 10 cm di bawah talang lateks.
e.       Cincin Mangkuk
Cincin mangkuk merupakan alat yang harus disediakan dalam penyadapan karet. Cincin ini digunakan sebagai tempat meletakkan mangkuk sadap atau cawan. Bahan yang digunakan adalah kawat. Untuk menggantungnya pada pohon karet tidak boleh memakai paku atau bahan lain yang runcing karena akan merusak kambium dan bidang sadap. Biasanya cincin ini digantungkan atau dicantolkan pada tali cincin. Diameter cincin dibuat sedikit lebih besar dari ukuran mangkuk sadap agar mangkuk bisa masuk pada cincin.
f.        Tali Cincin
g.      Meteran

2.4.3.      Pelaksanaan Penyadapan
Kulit karet yang akan disadap harus dibersihkan terlebih dahulu agar pengotoran pada lateks dapat dicegah sedini mungkin. Dalam pelaksanaan penyadapan ada halhal yang harus diperhatikan, yaitu ketebalan irisan, kedalaman irisan, waktu pelaksanaan, dan pemulihan kulit bidang sadap.
a.       Membersihkan bidang sadap
Jika dipandang perlu, sebelum sadap dimulai, bagian kulit pohon yang akan dibersihkan terlebih dahulu. Jika penyadapan dilakukan tiap dua hari sekali pekerjaan membersihkan ini dapat dilakukan seperlunya saja.
b.      Spout
Biasanya spout dipasang dengan sudut 45º pada jarak 10 cm di bawah titik terendah sadap. Sebelum pohon-pohon disadap, scrap yang melekat pad spout harus disingkirkan terlebih dahulu. Jika suatu masa sadap berakhir, spout dicabut untuk dibersihkan sebaik-baiknya dan dipasang kembali sebelum masa sadap yang baru dimulai. Pada penyadapan dua hari sekali, jika dianggap perlu spout dapat dibersihkan pada waktu-waktu tertentu.
c.       Saluran sadap
Dengan dipergunakannya gantungan mangkuk maka saluran sadap yang tegak lurus dapat diperpendek, karena spout dapat dipasang tepat di bawah torehan sadap. Dengan demikian jumlah scrap dapat diperkecil. Saluran sadap ini harus pula dibersihkan secara teratur lebih-lebih pada penyadapan dekat permukaan tanah.
d.      Ketebalan Irisan Sadap
Lateks akan mengalir keluar jika kulit batang diiris. Aliran lateks ini semula cepat, tetapi lambat laun akan menjadi lambat dan akhirnya berhenti sama sekali. Lateks berhenti mengalir karena pembuluhnya tersumbat oleh lateks yang mengering. Jenis klon berpengaruh pada cepat lambatnya penyumbatan pada pembuluh lateks. Untuk mengalirkan lateks kembali, pembuluh lateks harus dibuka dengan cara mengiris kulit pohon karet.
Pengirisan kulit tidak perlu tebal. Pemborosan dalam pengirisan kulit berarti akan mempercepat habisnya kulit batang karet yang produktif sehingga masa produksinya menjadi singkat.
e.       Kedalaman Irisan Sadap
Jika tebal irisan berpengaruh pada banyaknya kulit yang dikonsumsi pada saat penyadapan maka tebalnya irisan sangat berpengaruh pada jumlah berkas pembuluh lateks yang terpotong. Semakin dalam irisannya, semakin banyak berkas pembuluh lateks yang terpotong. Ketebalan kulit hingga 7 mm dari lapisan kambium memiliki pembuluh lateks terbanyak. Oleh sebab itu, sebaiknya penyadapan dilakukan sedalam mungkin, tetapi jangan sampai menyentuh lapisan kambiumnya.
Kedalaman irisan yang dianjurkan adalah 1 - 1,5 mm dari lapisan kambium. Bagian ini harus disisakan untuk menutupi lapisan kambium. Jika dalam penyadapan lapisan kambium tersentuh maka kulit pulihan akan rusak dan nantinya berpengaruh pada produksi lateks.
f.        Waktu Penyadapan
Lateks bisa mengalir keluar dari pembuluh lateks akibat adanya turgor. Turgor adalah tekanan pada dinding sel oleh isi sel. Banyak sedikitnya isi sel berpengaruh pada besar kecilnya tekanan pada dinding sel. Semakin banyak isi sel, semakin besar pula tekanan pada dinding sel. Tekanan yang besar akan memperbanyak lateks yang keluar dari pembuluh lateks. Oleh sebab itu, penyadapan dianjurkan dimulai saat turgor masih tinggi, yaitu saat belum terjadi pengurangan isi sel melalui penguapan oleh daun atau pada saat matahari belum tinggi. Penyadapan hendaknya dilakukan pada pagi hari antara pukul 5.00 - 6.00 pagi. Sedangkan pengumpulan lateksnya dilakukan antara pukul 8.00 - 10.00.
g.      Pemulihan Kulit Bidang Sadap
Pemulihan kulit pada bidang sadap perlu diperhatikan. Salah dalam penentuan rumus sadap dan penyadapan yang terlalu tebal atau dalam akan menyebabkan pemulihan kulit bidang sadap tidak normal. Hal ini akan berpengaruh pada produksi ataupun kesehatan tanaman. Bila semua kegiatan pendahuluan dilakukan dengan baik dan memenuhi syarat maka kulit akan pulih setelah enam tahun. Dalam praktik, kulit pulihan bisa disadap kembali setelah sembilan tahun untuk kulit pulihan pertama dan setelah delapan tahun untuk kulit pulihan kedua. Penentuan layak tidaknya kulit pulihan untuk disadap kembali ditentukan oleh tebal kulit pulihan, minimum sudah mencapai 7 mm.

2.4.4.      Sistem Eksploitasi
Sistem eksploitasi tanaman karet adalah sistem pengambilan lateks yang mengikuti aturan-aturan tertentu dengan tujuan memperoleh produksi tinggi, secara ekonomis menguntungkan, dan berkesinambungan dengan memperhati-kan kesehatan tanaman. Saat ini dikenal dua sistem eksploitasi, yaitu konvensional dan stimulasi. Sistem eksploitasi konvensional merupa-kan sistem sadap biasa tanpa perangsang (stimulan), sedangkan sistem eksploitasi stimulasi merupakan sistem sadap kombinasi dengan menggunakan perangsang. Selain kedua sistem sadap tersebut, ada pula sistem sadap lain yang disebut sistem sadap tusuk atau sistem sadap mikro. Sistem ini merupakan sistem tusukan pada jalur kulit yang telah diberi perangsang.

2.4.5.      Pengumpulan lateks dan ember-ember lateks
Terjadinya pra-koagulasi selain disebabkan oleh kurang bersihnya pekerja, juga dipercepat oleh pengaruh suhu yang tinggi dan jangka waktu yang terlalu lama antara waktu menyadap dan koagulasi di dalam pabrik. Oleh karena itu harus senantiasa diusahakan agar sesegera mungkin, yakni 3 atau 4 jam sesudah dimulai menyadap, dimulai dengan pengumpulan lateks.
Lateks dalam mangkuk dituangkan ke dalam ember-ember dan sisa lateks dibersihkan dengan menggunakan sudip (spatel). Biar bagaimanapun hendaknya jangan diperkenankan digunakannya bahan-bahan kain, scrap, atau rumput-rumput dan daun-daun untuk keperluan membersihkan sisa lateks ini. Biasanya dipergunakan sebuah sudip terbuat dari kayu, yang dibungkus dengan sehelai karet ban dalam, dan bentuk sudip dibuat sedemikian rupa hinga dengan sekali gerak lateks dapat disingkirkan dari mangkuk-mangkuk.

2.4.6.      Pengumpulan karet mutu rendah
Scrap (lateks yang membeku pada alur sadap) dikumpulkan pada saat penyadapan akan dimulai. Jika mangkuk ditinggalkan dalam kebun, maka selaput mangkuk disingkirkan dulu dengan tangan sebelum penyadapan dimulai.
Bersamaan dengan pemasangan mangkuk-mangkuk torehan kulit dikumpulkan segera sesudah pohon-pohon ditoreh. Pada waktu senggang, yakni sesudah pohon-pohon selesai disadap dan sebelum dimulai mengumpulkan lateks, scrap yang terkumpul dipilih-pilih dalam scrap warna muda dan scrap warna tua, jika hal ini belum dilakukan sambil menyadap.
2.4.7.      Kadar lateks
Sedapat mungkin harus diusahakan agar lateks diterima dalam pabrik tanpa diencerkan terlebih dahulu. Pencampuran lateks dengan air di dalam kebun yang biasanya sudah mengandung kotoran-kotoran harus dicegah, karena hal ini mempercepat proses pra-koagulasi dan pembentukan lump dan dapat memperbesar timbulnya gelembung-gelembung udara pada pengolahan sheet.

2.4.8.      Penetapan bobot atau isi
Penyadap menuangkan lateks dari ember-ember lateks ke dalam ember-ember takaran melalui sebuah saringan kasar, terdiri dari saringan kawat dengan lubang kasa kira-kira 2 mm lebar, atau dari pelat aluminium berguna terutama untuk menahan lump. Hendaknya diperhatikan, agar isi ember-ember lateks dituangkan dengan hati-hati, jangan dituangkan sampai habis, karena pada dasar ember banyak terkumpul kotoran sebelum disaring lateks tidak boleh diaduk.
Sisa lateks yang dibiarkan dalam ember dengan endapan dan kotoran, dituangkan ke dalam bak terpisah. Setelah diendapkan secukupnya, maka bagian yang teratas dapat dibubuhkan ke dalam lateks campuran yang bersih, sedangkan bagian bawahnya harus dikerjakan secara terpisah, jika jumlah kotoran ini sedikit dan sebagian besar dapat diperoleh crepe yang cukup baik atau dikerjakan menjadi off-sheet, atau dapat juga dikerjakan menjadi karet mutu rendah.
Penetapan banyaknya lateks lebih baik dijalankan dengan jalan menimbang daripada dengan jalan mengukur. Pekerjaan menimbang dapat dilakukan dengan cepat dan pasti tidak kurang telitinya. Untuk keperluan ini pakailah senantiasa ember-ember yang sama. Bobot ember yang sudah diketahui dengan sendirinya harus dipotong sebagai tarra. Tidak ada suatu keberatan untuk mengambil sebagai ketetapan bobot 1 kg untuk tiap liter lateks. Perhitungan isi yang tepat menjadi 1.020 ml per kg lateks yang tidak diencerkan, biasanya tidak perlu karena bobot lateks biasanya dihitung sampai kilogram penuh atau setengah kilogram.

2.4.9.      Penetapan kadar karet kering tiap penyadap
Cara koagulasi percobaan dan menimbang potongan bekuan yang digiling menjadi potongan crepe yang kecil, masih merupakan satu-satunya cara yang dapat dipercaya untuk memeriksa kadar karet kering tiap penyadap. Setelah diaduk terlebih dahulu, maka dari ember takaran untuk menggunakan sebuah takaran. Takaran ini, yang dibuat dari kaleng, berbentuk silinder pendek dan mempunyai pegangan, sebaiknya ditera dengan lateks, sedemikian rupa sehingga waktu lateks dituang diperoleh jumlah lateks sebanyak 50 ml. Takaran dikosongkan ke dalam mangkuk aluminium yang bagian luar dan dekat sekali pada tepinya diberi tanda nomor penyadap.
Mangkuk-mangkuk ini diletakkan menurut urutan di atas sebuah rak, yang jika perlu, dapat diberi tutup untuk mencegah kecurangan-kecurangan. Untuk keperluan koagulasi, 10 ml larutan asam semut 1% atau asam cuka 2% sudah mencukupi. Larutan ini dapat terlebih dahulu dimasukan ke dalam mangkuk-mangkuk, atau dibubuhkan sesudah lateks ditakar dan sesudah itu harus senantiasa diaduk. Pemakaian asam keras tidak dapat dianjurkan, karena biasanya terlalu banyak mempergunakannya.

2.5.   Bahan Pengolahan Karet
Bahan yang digunakan dalam proses pengolahan benang karet ini dibagi dalam tiga jenis yaitu bahan baku, bahan penolong dan bahan tambahan.
2.5.1.      Bahan Baku
Bahan baku adalah bahan utama yang digunakan dalam pembuatan produk, ikut dalam proses produksi, dan persentasenya terbesar dibandingkan dengan bahan-bahan lainnya. Bahan baku yang digunakan adalah karet alam, yaitu  centrifuged lateks, dengan kadar DRC (Dry Rubber Content) sebesar 60%.

2.5.2.      Bahan Tambahan
Bahan tambahan adalah bahan yang digunakan dalam proses produksi dan berfungsi meningkatkan mutu produk serta merupakan bagian dari produk akhir. Bahan tambahan yang digunakan adalah :
a.       Karton, kemasan yang digunakan ada dua jenis yaitu kotak yang berukuran kecil (inner box) dan kotak yang berukuran besar, digunakan untuk pengepakan benang karet.
b.      Pewarna, yaitu mikrossol blak 2B, mikrossol BN, violet mikrossol B, red colour pigment.
c.       Talcum, berfungsi sebagai anti perekat pada benang karet yaitu Magnesium

2.5.3.      Bahan Penolong
Bahan penolong adalah suatu bahan yang digunakan untuk memperlancar proses produksi, tetapi tidak tampak di bagian akhir produk. Bahan penolong yang digunakan adalah :
a.       Larutan CH3COOH (±30%), larutan ini berfungsi membekukan/membentuk lateks menjadi benang karet (rubber thread) pada acid bath.
b.      Demin Water, merupakan bahan penolong paling utama dalam pembuatan compound benang karet. Misalnya untuk membersihkan  former sebagai pendingin, dan juga campuran bahan kimia, tetapi air tidak ikut dalam produk benang karet tersebut.
c.       Diathermic oil, merupakan fluida cair yang dipanaskan dengan menggunakan thermopack.  Diathermic oil berfungsi untuk membantu proses pembuatan benang karet, dimana panas yang dihasilkan oleh  thermopack digunakan pada water bath, drying oven, dan curing.
d.      Stabilisator, berfungsi untuk menstabilkan lateks. Zat kimia yang digunakan sebagai stabilisator adalah KOH 30 % dan Potasium Oleat.
e.       Vulkanisir, berfungsi untuk mengikat ion-ion benang karet, sehingga zat-zat yang ada menyatu. Sulfur 60% berfungsi mengikat ion-ion pada benang karet (mengeraskan benang karet).
f.        Filler, berfungsi sebagai bahan pengisi dan menambah berat produk. Zat kimia yang digunakan sebagai filler adalah TiO2 70% dan Kaolin 50%.
g.      Activator, berfungsi untuk mengaktifkan lateks. Zat activator yang digunakan adalah ZnO 60%.
h.      Anti Oksidan, berfungsi untuk membunuh kuman-kuman agar lateks tidak cepat mengalami pembusukan atau cepat rusak. Zat kimia yang digunakan adalah wingstay-1 dan Sunproof 50%.
i.        Accelerator, berfungsi untuk mempersingkat waktu vulkanisasi. Zat kimia yang digunakan adalah ZnMBT 50%, ZDBC 50%.

2.6.   Proses Pembuatan Karet
Proses produksi karet secara umum dibagi ke dalam dua section utama yaitu compound dan extrusion. Bagian compound memproduksi bahan setengah jadi yakni berupa campuran bahan baku yakni lateks, bahan tambahan dan bahan penolong lainnya, sedangkan bagian extrusion berfungsi untuk menghasilkan benang karet. Adapun dua section lainnya yang berfungsi sebagai section untuk melakukan pengujian bahan secara kimia dan fisika adalah chemical laboratory section dan physical laboratory section.
2.6.1.      Chemical Laboratory Section
Sebelum dilakukan proses pengolahan benang karet, lateks sebagai bahan baku utama terlebih  dahulu diperiksa pada chemical laboratory section. Adapun yang diperiksa pada chemical laboratory section adalah:
1)      Memeriksa dispersi, emulsi, solusi yang terdapat didalam tangki penyimpanan.
2)      Memeriksa compound yang akan digunakan untuk pengolahan benang karet.
3)      Membuat formulasi compound.
4)      Memeriksa kadar acetid acid pada acid bath dan water bath.

2.6.2.      Penimbangan Lateks
Bahan baku lateks yang telah diperiksa pada chemical laboratory section dan telah memenuhi standar mutu yang baik akan di-transfer ke tangki induk (6 buah) dengan kapasitas 55 ton/tangki. Lateks yang hendak diolah menjadi benang karet terlebih dahulu ditimbang melalui weighting tank dan disesuaikan dengan banyaknya permintaan konsumen.

2.6.3.      Compounding Section           
1)      Pembuatan Dispersi, Solusi, dan Emulsi
Compound adalah lateks yang dicampurkan dengan bahan kimia dimana bahan-bahan tersebut diformulasikan dalam tiga bentuk yaitu dispersi, emulsi, dan solusi.
a.      Dispersi adalah campuran bahan kimia yang sukar larut (dalam bentuk tepung) dalam air. Bahan kimia powder yang digunakan dihaluskan dengan menggunakan grinding molteni (alat penggiling). Dispersi ini terdiri dari ZMBT+KOH 50%, TiO2 70 %, Sulfur 55%, Wingstay 55 %, SW (Super White) colour P-90, BW Colour P-90, Black Colour 25%, Red Colour 25%, ZDBC 50%, Zink Oxide 60%, dan Kaolin 49%. Proses dispersi dilakukan di dalam wetting tank dengan cara mencampurkan bahan yang didispersikan air, kemudian disimpan dalam dispertion storage tank.
b.      Solusi adalah campuran homogen antara bahan kimia yang larut dalam air, contohnya KOH. Solusi terdiri dari KOH 20%, KOH 30%, KOH 33,54%, dan Amonia 23%. Pencampuran bahan tersebut dengan air berdasarkan perbandingan antara pelarut (air) dengan zat terlarut yang akan disolusi dan hasilnya kemudian disimpan dalam solution storage tank.
c.       Emulsi adalah campuran bahan kimia yang tidak larut dalam air, untuk dicampurkannya digunakan bahan tertentu yang disebut emulgator. Emulsi terdiri dari ammonium casseinate 10%, sunproof 50%, pottasium oleat 20%, dan hapteen base 50%.

2)      In Active Compound
Pada proses in active ini dilakukan pencampuran bahan baku yaitu lateks dengan bahan kimia yang telah didispersi, disolusi, dan diemulsi. Sebelum dilakukan pencampuran lateks terlebih dahulu diperiksa di chemical laboratory section dan jika telah memenuhi standar mutu yang baik maka lateks akan di-transfer ke weighting tank dengan vacuum pressure pump untuk ditimbang sesuai dengan kebutuhan. Kemudian lateks yang telah ditimbang akan di-transfer ke in active tank dengan vacuum pressure pump.
Pada saat yang sama dilakukan penimbangan ketiga formulasi bahan kimia yakni dispersi, solusi, serta emulsi sesuai dengan jumlah yang diperlukan. Penimbangan dilakukan dengan mengeluarkan bahan kimia tersebut melalui pipa ke tangki manual/tangki sorong (trolly). Bahan-bahan kimia tersebut diaduk dengan menggunakan stirrer portable dalam trolly yang kemudian di-transfer ke in active tank dengan vacuum pressure pump. Lama waktu yang dibutuhkan untuk pencampuran sampai pengadukan hingga campuran merata adalah selama 7 jam. Compound yang diperoleh dari proses In Active Compound kemudian dipindahkan ke Active Compound Tank dengan menggunakan vacuum pressure/pressure pump.

3)      Active Compound
Pada tahap ini lateks yang berasal dari In Active Compound akan dicampur dengan bahan activator seperti ZnO 60%, KOH 20%, ZDBC 60%, selain zat activator juga terdapat Demin Water pada active tank. Pada active tank terjadi proses maturasi atau pematangan lateks selama kurang lebih 5 jam dengan suhu 300C.

4)      Homogenisasi
Proses homogenasi yaitu proses untuk menyatukan lateks dengan bahan kimia agar tercampur dengan baik dan homogen. Apabila tidak tercampur dengan baik, maka dapat mempengaruhi proses dan produk akhir. Artinya, mutu dari benang karet yang dihasilkan tidak memenuhi standar. Proses ini dilakukan dengan menggunakan mesin yaitu homogenizer machine. Melalui sebuah monopump lateks dipindahkan ke homogenizer. Proses homogenasi ini berlangsung selama 2 jam dengan suhu yang masih sama pada proses compounding.

5)      Pendinginan Compound
Setelah dilakukan proses homogenasi, lateks yang telah tercampur tersebut dipompakan ke Cooling Compound Service Tank (CCST) atau tangki pendingin. Di dalam tangki ini, compound dijaga kestabilan temperaturnya. Karena temperatur yang tidak sesuai akan dapat mempengaruhi produk akhir. Proses pendinginan ini menggunakan suhu 130C dan didiamkan selama 17 jam. Setelah itu compound dipompakan ke proses selanjutnya.


2.6.4.      Extrusion Section
1)      Acid Bath
Sebelum dilakukan pencetakan compound menjadi benang karet pada pipa capilary terlebih dahulu compound yang dari CCST (Cooling Compound Service Tank) dipompakan ke feeding tank. Untuk mengontrol pengeluaran compound dari CCST digunakan alat BST (Bottom Service Tank) yang dilengkapi dengan alarm dan pelampung. Dari feeding pump, compound dialirkan ke penyaring (jet filter), lalu selanjutnya dialirkan ke header melalui selang dan dimasukkan ke separator, pada alat ini terdapat lubang pengeluaran (kapiler) terdiri dari 320 lubang kapiler. Pipa capilary yang berjumlah 320 buah terletak pada acid bath (bed separator) yang berisikan cairan asam asetat yang konsentrasinya sekitar 28 – 30%. Pada acid bath (bed separator) inilah terjadi pembekuan compound (mengkoagulasikan compound) membentuk benang karet sesuai dengan ukuran/count dari pipa capilary. Count merupakan satuan banyaknya benang karet dalam 1 inchi (25,4 mm) yang memiliki diameter yang sama, sebagai contoh count 37 maka diameter benang yang dibuat adalah 25,4 mm dibagi dengan 37 yang setara 0,6865 mm. Benang karet yang telah terbentuk ditarik oleh roller dengan kecepatan 9,5–12,5 rpm untuk dilakukan proses pencucian pada water bath.

2)      Water Bath
Pencucian benang karet dilakukan di water bath. Pencucian ini dilakukan untuk membersihkan benang karet dari cairan asam asetat yang masih menempel pada benang karet dan untuk menurunkan kadar proteinnya dengan suhu air 700C. Pencucian dilakukan sebanyak 4 tahap yang ditarik oleh roller I sampai roller IV. Tujuan dilakukan pencucian ini adalah agar benang karet terbebas dari asam asetat (CH3COOH) dan tidak menjadi kuning akibat asam yang masih melekat pada benang karet.
3)      Pengeringan (Drying)
Benang karet yang telah dicuci dikeringkan pada drying oven dengan suhu 105 – 1100C. Untuk pengeringan ini digunakan panas dari diathermic oil yang dihasilkan oleh thermopack. Prinsip kerja dari drying oven yaitu benang karet yang telah dicuci pada water bath ditarik oleh roller I–IV menuju conveyor drying oven sepanjang 38 meter untuk dilakukan proses pengeringan. Panas dari diathermic oil yang dihasilkan oleh thermopack masuk ke radiator. Panas dari radiator tersebut dihembuskan oleh blower yang digerakkan oleh elektromotor agar merata panasnya (radiasi). Panas tersebut yang dimanfaatkan untuk pengeringan benang karet.

4)      Pembedakan (Talcum)
Setelah proses pengeringan, maka benang karet menuju proses pembedakan (talcum process). Proses ini dilakukan dengan memberi bubuk yang mengandung magnesium pada benang supaya benang satu dengan benang yang lain tidak bersatu. Proses pembedakan ini menggunakan alat yang disebut dengan talcum box. Alat ini juga berfungsi untuk mengatur jumlah talcum pada benang agar talcum yang melekat tidak terlalu banyak, karena apabila terlalu banyak, benang yang akan dikemas mudah berjamur sehingga akan mengurangi mutu produk dan bila talcum yang diberikan terlalu sedikit maka benang akan lengket satu sama lain pada saat pembentukan pipa. Bubuk talcum yang menempel pada benang harus memenuhi standar kadar yang telah ditentukan oleh laboratotium maupun atas permintaan dari konsumen. Untuk mengurangi kadar talcum, maka benang karet akan melewati proses pemukulan (beating). Adapun bubuk talcum yang jatuh selanjutnya ditampung untuk dipakai kembali di talcum box. Namun, untuk bubuk talcum yang jatuh di lantai tidak dapat digunakan kembali karena telah bercampur dengan debu.

5)      Pembentukan Pita (Ribboning)
Proses selanjutnya adalah pembentukan benang karet menjadi pita karet yang dikerjakan dengan mesin ribboning. Pada mesin tersebut terdapat sisir ribboning yang berfungsi untuk mengatur jumlah benang dalam satu pita. Adapun jumlah benang karet dalam satu pita adalah 40 buah. Kemudian 40 buah benang karet tersebut diatur posisinya pada roll gate sebelum dirapatkan menjadi pita pada ribboning roller.

6)      Pemasakan Pita (Curing)
Curing/pemasakan pita dilakukan pada mesin curing dengan suhu 130–1400C. Panas tersebut juga diperoleh dari panas diathermic oil yang dihasilkan oleh thermopack. Tujuan proses curing ini adalah untuk menjaga/memperoleh kualitas benang karet yang baik. Prinsip proses kerja pemasakan ini hampir sama dengan proses pengeringan, dimana panas yang di-transfer adalah melalui proses radiasi pada karet benang yang dibawa melalui konveyor. Pada proses ini temperatur harus diperhatikan karena apabila temperatur terlalu rendah dan tinggi akan menyebabkan proses pemasakan tidak sempurna (akan menimbulkan pasta dan sambungan benang tidak sempurna).

7)      Pendinginan (Cooling)
Setelah proses pematangan, pita tersebut harus didinginkan lagi. Proses pendinginan berlangsung di dalam sebuah alat yang disebut cooling drum dengan suhu sekitar ±120C dan maksimal suhu water cooling yang keluar sekitar 350C. Maksud pendinginan ini adalah untuk menormalkan panas pada benang karet setelah terjadi pemasakan pada curing. Jika produk (pita) masuk ke dalam box dalam keadaan panas akan terjadi proses oksidasi pada produk yang akan merusak mutu produk.

8)      Packing
Proses akhir pembentukan benang karet menjadi pita karet adalah dilakukan pengepakan pita karet tersebut di packing area. Pengepakan menggunakan kotak/box yang dilengkapi dengan plastik agar tidak tembus air yang berkapasitas 30–35 kg. Setelah pita karet dimasukkan ke dalam kotak dengan menggunakan mesin receiving, maka akan dilakukan penimbangan dengan menggunakan timbangan digital dan pemberian label sesuai dengan spesifikasinya. Kemudian box yang telah diberi label diselotip dan diikat dengan menggunakan mesin pengikat serta disusun dengan box lainnya yang telah di-packing untuk selanjutnya diangkut dengan menggunakan forklift menuju gudang bahan jadi.

2.7.   Manfaat Getah Karet
Getah Karet alam banyak digunakan dalam industri-industri barang. Umumnya alat-alat yang dibuat dari karet alam sangat berguna bagi kehidupan sehari-hari maupun dalam usaha industri seperti mesin-mesin penggerak. Barang yang dapat dibuat dari karet alam antara lain aneka ban kendaraan (dari sepeda, motor, mobil, traktor, hingga pesawat terbang), sepatu karet, sabuk penggerak mesin besar dan mesin kecil, pipa karet, kabel, isolator, dan bahan-bahan pembungkus logam.
Bahan baku karet banyak digunakan untuk membuat perlengkapan seperti sekat atau tahanan alat-alat penghubung dan penahan getaran, misalnya shock absorbers. Karet bisa juga dipakai untuk tahanan dudukan mesin. Pemakaian lapisan karet pada pintu, kaca pintu, kaca mobil, dan pada alat-alat lain membuat pintu terpasang kuat dan tahan getaran serta tidak tembus air. Dalam pembuatan jembatan sebagai penahan getaran juga digunakan karet.
Bahan karet yang diperkuat dengan benang-benang sehingga cukup kuat, elastis, dan tidak menimbulkan suara yang berisik dapat dipakai sebagai tali kipas mesin, Sambungan pipa minyak, pipa air, pipa udara, dan macam-macam oil seals banyak juga yang menggunakan bahan baku karet, walaupun kini ada yang menggunakan bahan plastik.
Bangunan-bangunan besar semakin banyak menggunakan bahan karet. Bagian-bagian ruang atau peralatan-peralatan yang terdapat di dalamnya banyak yang dibuat dari bahan ini. Alas lantai dari karet dapat dibentuk dengan bermacam-macam warna dan desain yang menarik.
Alat-alat rumah tangga dan kantor seperti kursi, lem perekat barang, selang air, kasur busa, serta peralatan tulis menulis seperti karet penghapus menggunakan jasa karet sebagai bahan pembuat. Beberapa alat olahraga seperti bermacam-macam bola maupun peralatan permainan juga menggunakan bahan karet. Peralatan dan kendaraan perang pun banyak yang bagian-bagiannya di buat dari karet, misalnya pesawat tempur, tank, panser berlapis baja, truk-truk besar, dan jeep. Dengan demikian, secara tidak langsung karet berjasa besar dalam keamanan dan pertahanan suatu negara. Tak heran bila banyak pemerintah negara yang menimbun karet alam (strategic stock pile) seperti terjadi di beberapa negara maju. Sebagai pencegah lecet atau rusaknya kulit dan kuku ternak karena lantai semen yang keras maka alas lantai dibuat dari karet dan sekarang banyak digunakan di peternakan besar. Alas lantai dari karet ini mudah dibersihkan dan cukup menyehatkan ternak seperti sapi atau kerbau.

2.7.1.      Kegunaan Getah Karet Dalam Industri
Adapun kegunaan getah karet alam banyak digunakan dalam industri-industri barang, antara lain :
a.       Bahan  mesin-mesin penggerak.
b.      Ban kendaraan (dari sepeda, motor, mobil, traktor, hingga pesawat terbang), sepatu karet, sabuk penggerak mesin besardan mesin kecil, pipa karet, kabel, isolator, dan bahan-bahan pembungkus logam.
c.       Bahan baku perlengkapan seperti sekat atau tahanan alat-alat penghubung dan penahan getaran, misalnya shock absorbers.
d.      Bahan tahanan dudukan mesin.
e.       Pembuatan lapisan karet pada pintu, kaca pintu, kaca mobil, dan pada alat-alat lain membuat pintu terpasang kuat dan tahan getaran serta tidak tembus air.
f.        Pembuatan jembatan sebagai penahan getaran.
g.      Sambungan pipa minyak, pipa air, pipa udara, dan macam-macam oil seals banyak juga yang menggunakan bahan baku karet, walaupun kini ada yang menggunakan bahan plastik.
h.      Alat-alat rumah tangga dan kantor seperti kursi, lem perekat barang, selang air, kasur busa, serta peralatan tulis menulis seperti karet penghapus menggunakan jasa karet sebagai bahan pembuat.
i.        Beberapa alat olahraga seperti bermacam-macam bola maupun peralatan permainan
j.        Peralatan dan kendaraan perang banyak yang bagian-bagiannya di buat dari karet, misalnya pesawat tempur, tank, panser berlapis baja, truk-truk besar, dan jeep.



BAB III
PENUTUP

3.1.   Kesimpulan
Karet adalah polimer hidrokarbon yang terkandung pada lateks beberapa jenis tumbuhan. Sumber utama produksi karet dalam perdagangan internasional adalah para atau Hevea brasiliensis (suku Euphorbiaceae). Beberapa tumbuhan lain juga menghasilkan getah lateks dengan sifat yang sedikit berbeda dari karet, seperti anggota suku ara-araan (misalnya beringin), sawo-sawoan (misalnya getah perca dan sawo manila), Euphorbiaceae lainnya, serta dandelion.
Membangun kebun karet diperlukan teknologi budidaya karet yang mencakup beberapa kegiatan yaitu: syarat tumbuh tanaman karet, klon-klon rekomendasi, bahan tanaman/ bibit, pemeliharaan tanaman, pemupukan, pengendalian hama/ penyakit dan penyadapan/ panen. Syarat tumbuh tanaman karet memerlukan kondisi-kondisi tertentu yang merupakan syarat hidupnya.
Getah Karet alam banyak digunakan dalam industri-industri barang. Umumnya alat-alat yang dibuat dari karet alam sangat berguna bagi kehidupan sehari-hari maupun dalam usaha industri seperti mesin-mesin penggerak. Barang yang dapat dibuat dari karet alam antara lain aneka ban kendaraan (dari sepeda, motor, mobil, traktor, hingga pesawat terbang), sepatu karet, sabuk penggerak mesin besar dan mesin kecil, pipa karet, kabel, isolator, dan bahan-bahan pembungkus logam. Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa bertanam karet dalam membudidayakannya sangat menguntungkan.

3.2.   Saran
Adapun saran dari makalah ini ialah agar potensi dan pengembangan serta pemanfaatan getah karet dapat terus dimaksimalkan, agar dapat mensejahterakan masyarakat di sekitar hutan.




DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2010. www.cdc.gov. “Karet Produk Industri Manufaktur”. Diakses tanggal 05 November 2015.
Austin, T. George. 1985. Shreve’s Chemical Industries. Frankfurt: Mc Graw – Hill Book Company.
Campbell, Reece, Mitchell. 1999. Biology. Jakarta : Erlangga.
Depdikbud. 2006. Kumpulan Naskah Pemenang Lomba Penelitian Ilmiah Remaja 2006. Jakarta : Depdikbud.
Nardalis, W. 2011. “Bab II: Gambaran Umum Perusahaan PT. Industri Karet Nusantara”repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/18572/3/Chapter%20II.pdf. Diakses tanggal 05 November 2015.
Polthamus, G. Loren. 1962. RUBBER, London: Leonard Hill (Books) Limited.
Siregar, A.Z. 2007. Karet yang Elastis dan Dinamis. Medan : Departemen Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian USU.
Tim Penulis PS. 1999. Karet : Strategi Pemasaran Tahaun 2000. Budidaya dan Pengolahan, Penebar Swadaya. Bogor.


Label:

Post a Comment

[blogger][disqus]

Author Name

{picture#http://img09.deviantart.net/8f2d/i/2016/120/e/1/koutetsujou_no_kabaneri__ikoma_by_reijr-da0twud.jpg} I was a blogger who likes to divide the resources that I know to the visitors, and particularly liked the field of technology, design, health and forestry science. {facebook#https://web.facebook.com/icuk.sugiarto.507} {twitter#https://twitter.com/icuksugiarto_sa} {google#https://plus.google.com/u/0/+IcukSugiarto18} {pinterest#https://pinterest.com} {youtube#https://youtube.com}

Contact Form

Name

Email *

Message *

Powered by Blogger.