Pembahasan Lengkap Mengenai Hasil Hutan Bukan Kayu





Defenisi Hasil Hutan Bukan Kayu
FAO: Hasil hutan bukan kayu adalah  produk biologi asli selain kayu yang diambil dari hutan, lahan perkayuan dan pohon-pohon  yang berada di luar hutan.
Dykstra & Heinrich: semua materi biologi, selain kayu industri yang melalui proses ekosistem alam, baik untuk keperluan komersil, untuk keperluan sehari-hari  ataupun juga untuk keperluan sosial budaya dan agama.
Sist et al.: menuliskan defenisi yang sama dengan Dykstra & Heinrich, bedanya hanya menghilangkan kata “ekosistem asli” dan mengantinya dengan kata “hutan”.
Profound’s: Hasil hutan bukan kayu meliputi semua bahan biologi selain kayu yang dihasilkan dari hutan untuk kebutuhan manusia.


Menurut Permenhut No 35/2007:
Jenis komoditi hasil hutan bukan kayu digolongkan ke dalam dua kelompok besar yaitu: (1) Kelompok Hasil Hutan dan Tanaman; dan (2) Kelompok Hasil Hewan.

Kelompok Hasil Hutan dan Tanaman meliputi: 
1.      Kelompok Resin: agatis, damar, embalau, kapur barus, kemenyan, kesambi, rotan jernang, tusam;
2.      Kelompok minyak atsiri: akar wangi, cantigi, cendana, ekaliptus, gaharu, kamper, kayu manis, kayu putih;
3.      Kelompok minyak lemak: balam, bintaro, buah merah, croton, kelor, kemiri, kenari, ketapang, tengkawang;
4.      Kelompok karbohidrat : aren, bambu, gadung, iles-iles, jamur, sagu, terubus, suweg;
5.      Kelompok buah-buahan: aren, asam jawa, cempedak, duku, durian, gandaria, jengkol, kesemek, lengkeng, manggis, matoa, melinjo, pala, mengkudu, nangka, sawo, sarikaya, sirsak, sukun;
6.      Kelompok tannin: akasia, bruguiera, gambir, nyiri, kesambi, ketapang, pinang, rizopora, pilang;
7.      Bahan pewarna: angsana, alpokat, bulian, jambal, jati, kesumba, mahoni, jernang, nila, secang, soga, suren;
8.      Kelompok getah: balam, gemor, getah merah, hangkang, jelutung, karet hutan, ketiau, kiteja, perca, pulai, sundik;
9.      Kelompok tumbuhan obat: adhas, ajag, ajerar, burahol, cariyu, akar binasa, akar gambir, akar kuning, cempaka putih, dadap ayam, cereme;
10.  Kelompok tanaman hias: angrek hutan, beringin, bunga bangkai, cemara gunung, cemara irian, kantong semar, pakis, palem, pinang merah;
11.  Kelompok palma dan bambu: rotan (Calamus sp, Daemonorops sp, Korthalsia sp), bambu (Bambusa sp, Giganthocloa sp, Euleptorhampus viridis, Dendrocalamus sp), agel, lontar, nibung;
12.  Kelompok alkaloid: kina, dll.
           
Sedangkan Kelompok Hasil Hewan meliputi:
1.      Kelompok Hewan buru, yang terdiri dari Kelas mamalia: babi hutan, bajing kelapa, berut, biawak, kancil, kelinci, lutung, monyet, musang, rusa. Kelas reptilia: buaya, bunglon, cicak, kadal, londok, tokek, jenis ular. Kelas amfibia: bebagai jenis katak. Kelas aves: alap-alap, beo, betet, kakatua, kasuari, kuntul merak, nuri perkici, serindit;
2.      Kelompok Hasil Penangkaran: arwana irian, buaya, kupu-kupu, rusa;
3.      Kelompok Hasil Hewan: burung wallet, kutu lak, lebah, ulat sutera.

Peranan HHBK
Peranan HHBK dalam meningkatkan ekonomi masyarakat dan pelestarian lingkungan (termasuk mencegah bencana banjir dan tanah longsor di musim penghujan serta kekeringan dan kebakaran hutan/lahan di musim kemarau) adalah:
  1. HHBK dapat menyediakan berbagai kebutuhan untuk menunjang kehidupan masyarakat lokal.
  2. Pengusahaan HHBK menimbulkan dampak terhadap lingkungan hutan yang jauh lebih kecil dibandingkan dengan pembalakan hutan (pemanenan kayu), sehingga memberikan model pengelolaan hutan yang lebih menunjang upaya pelestarian.
  3. Peningkatan nilai komersial HHBK akan berdampak pada peningkatan nilai hutan baik pada masyarakat lokal maupun skala nasional.
Secara umum peranan HHBK dapat dijelaskan sebagai berikut:
1.      Peranan HHBK terhadap aspek ekologis
Dalam ekosistem hutan, HHBK merupakan bagian dari ekosistem hutan. Beberapa hasil HHBK diperoleh dari hasil pohon, misalnya getah-getahan, tanin resin dan minyak atsiri. Sedangkan selebihnya dari palm, hasil satwa ataupun anggrek. Untuk pohon seperti gaharu (Aquilaria malaccensis), dalam ekosistem memiliki peranan sebagai pohon dominan dengan ketinggian mencapai 30 – 40 m. Palm berupa sagu, nipah, dll merupakan bagian dari ekosistem yang berfungsi menjaga abrasi oleh sungai atau laut.
2.      Peranan HHBK terhadap ekonomi rumah tangga
HHBK dapat menjaga adanya kestabilan pendapatan dan resiliensi (kekenyalan) terhadap perubahan yang terjadi di luar sistem hutan rakyat. Resiliensi adalah suatu tingkat kelenturan dari sumber pendapatan terhadap adanya perubahan pasar. Contohnya adanya perubahan nilai tukar mata uang. Pada saat terjadi krisis moneter, HHBK memiliki peran yang besar terhadap pendapatan rumah tangga dan devisa negara, karena HHBK tidak menggunakan komponen import dalam memproduksi hasil.
3.      Peranan HHBK terhadap pembangunan wilayah
Dengan pengaturan terhadap HHBK baik dari proses produksi, pengolahan dan pemasaran, semua dapat dilakukan oleh masyarakat, sehingga income (pendapatan) dari kegiatan tersebut masuk dalam wilayah produsen. HHBK seperti getah damar, telah dapat menjadi sektor basis. Dengan adanya kegiatan produksi dan pengolahan maka terjadi penyerapan tenaga kerja yang besar.

Label:

Post a Comment

[blogger][disqus]

Author Name

{picture#http://img09.deviantart.net/8f2d/i/2016/120/e/1/koutetsujou_no_kabaneri__ikoma_by_reijr-da0twud.jpg} I was a blogger who likes to divide the resources that I know to the visitors, and particularly liked the field of technology, design, health and forestry science. {facebook#https://web.facebook.com/icuk.sugiarto.507} {twitter#https://twitter.com/icuksugiarto_sa} {google#https://plus.google.com/u/0/+IcukSugiarto18} {pinterest#https://pinterest.com} {youtube#https://youtube.com}

Contact Form

Name

Email *

Message *

Powered by Blogger.