BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penurunan eksport gaharu 20 tahun terakhir disebabkan semakin
berkurangnya populasi jenis pohon pengahsil gaharu, khususnya jenis Aquilaria
spp. dan Gyrinops sp. di hutan alam. Jenis Aquilaria malaccensis dan
Gyrinops sp. merupakan jenis penghasil gaharu berkualitas terbaik. Jenis
ini sudah sangat sulit ditemukan di hutan alam Sumatera dan Kalimantan tempat
penyebaran alaminya, karena semakin meningkatnya eksploitasi hutan alam dan
semakin gencarnya penebangan pohon gaharu saat ini. Dalam konprensi para
anggota CITES pada bulan November 1994 di Florida, kayu gaharu dari Jenis A.
malaccensis telah dimasukkan dalam Appendix II (Ditjen PHPA, 1995 dalam
Umboh dkk, 1998).
Tanaman penghasil gaharu tergolong jenis semi toleran yaitu
membutuhkan naungan pada saat tingkat anakan/semai dan memerlukan cahaya yang
cukup pada saat dewasa serta memiliki tingkat asosiasi dengan tanaman lain yang
tinggi. Dengan demikian perlu dicari cara penanaman yang tepat untuk untuk
memperoleh prosentase tumbuh yang tinggi dan perkembangan pertumbuhan yang
pesat. Salah cara yang dapat dilakukan adalah dengan pemberian naungan buatan
yang terbuat dari bahan alami seperti daun kelapa atau rumbia dan bahan
sintetis (buatan) seperti sarlon.
Untuk mendapatkan pertumbuhan tanaman
gaharu yang baik maka diperlukan hara yang cukup. Kebutuhan hara bagi tanaman
tidak selamanya tersedia cukup dalam tanah. Dengan demikian perlu ada tambahan
hara dari luar tanah itu sendiri. Hara tersebut dapat diberikan melalui
pemupukan. Soeparto (1977) menyatakan bahwa pemupukan adalah penambahan unsur
hara yang dibutuhkan oleh tanaman guna meningkatkan produksi dan mutu hasil.
Pengalaman menunjukkan bahwa pada tanah yang kekurangan
unsur hara tanaman akan mengalami pertumbuhan yang lemah, atau lambat dan
bahkan akan menimbulkan kematian pada tanaman.
Berdasarkan uraian dan permasalahan di atas maka
dilakukan penelitian dengan judul Pertumbuhan Awal Tanaman Penghasil Gaharu (Gyrinops
sp.) Asal Nusa Tenggara Barat di Hutan Pendidikan Universitas Hasanuddin
Kabupaten Maros Provinsi Sulawesi Selatan.
B.
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persentase
tumbuh bibit tanaman gaharu yang didatangkan dari Mataram dengan akar
telanjang, serta mengetahui pengaruh pemberian naungan sarlon, pupuk NPK dan
kombinasi antara dosis pupuk NPK dan sarlon terhadap pertumbuhan tanaman
gaharu.
BAB
II
METODE
PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan adalah rancangan percobaan Acak
Lengkap pola faktorial. Faktor pertama adalah pupuk NPK dengan tiga aras yaitu
10 g, 20 g, dan 30 g/tanaman dan faktor kedua adalah naungan sarlon dengan tiga
aras yaitu 70 %, 50 %, dan 25 % dan setiap kombinasi perlakuan diulang sebanyak
5 kali.
1.
Alat dan Bahan Penelitian
Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
(a) Parang, digunakan untuk pembersihan areal penelitian
(b) Cangkul dan sekop digunakan untuk membuat lubang tanaman
(c) Califter, digunakan untuk mengukur diameter batang tanaman gaharu
(d) Tally sheet, digunakan untuk mencatat data hasil pengamatan
(e) Mistar, digunakan untuk mengukur tinggi tanaman
(f) Timbangan analitik, digunakan untuk menimbang pupuk NPK
(g) Bibit tanaman gaharu jenis Gyrinops sp
(h) Naungan sarlon dengan intensitas cahaya 50% ,25% dan 70%.
(i) Pupuk NPK 15 : 15 : 15
2.
Prosedur Kerja
a.
Prosedur Kerja Tahap I
(a) Pemesanan bibit tanaman gaharu dari Mataram Nusa Tenggara Barat
sebanyak 1.000 batang. Bibit dikirim melalui pesawat udara dengan terlebih
dahulu media tanah dalam polybag dibuang tetapi disisahkan tanah pada bagian
ujung akar sebesar bola pingpong lalu polybagnya diikat dengan karet.
(b) Setelah bibit sampai di hutan pendidikan, tanaman yang polybagnya
masih baik maka langsung ditambahkan tanah sampai penuh, tetapi tanaman yang
polibagnya sudah rusak dilakukan penggantian polibag lalu diberi tanah sampai
penuh.
(c) Bibit tanaman gaharu yang telah diberi media tanah tersebut
diseleksi sebanyak 90 batang lalu disusun dan diatur di pesemaian.
(d) Perhitungan prosentase tumbuh bibit dilakukan pada akhir
penelitian tahap I.
(e) Pemeliharaan tanaman dilakukan selama penelitian seperti
penyiraman dan pemberantasa gulma
b.
Prosedur
Kerja Tahap II
(a) Bibit tanaman gaharu yang berasal dari penelitian tahap I
diseleksi kembali agar materi penelitian relatif seragam.
(b) Membuat lubang tanaman dengan ukuran 30 cm x 30 cm x 30 cm dengan
jarak antar lubang 3 m x 3 m.
(c) Melakukan pengacakan untuk menentukan letak masing-masing
perlakuan
(d) Pemberian label perlakuan sesuai hasil pengacakan
(e) Bibit Tanaman gaharu yang telah diseleksi ditanam pada posisi yang
sesuai hasil pengacakan dan perlakuan masing-masing
(f) Pengukuran tinggi dan diameter tanaman dilakukan setelah semua
tanaman gaharu sudah tertanam sebagai data awal.
(g) Pemasangan naungan sarlon sesuai dengan hasil pengacakan dan perlakuan
masing-masing
c.
Parameter
yang Diamati/diukur
(a) Perhitungan terhadap persentase tumbuh tanaman gaharu dilakukan
pada akhir penelitian tahap I.
(b) Tinggi tanaman gaharu, diukur dari pangkal batang (permukaan
tanah) sampai titik tumbuh teratas (pucuk). Pengukuran tinggi tanaman dilakukan
setiap bulan dengan menggunakan mistar ukur tetapi yang dianalisis secara
statistik adalah data pengukuran terakhir (4 bulan setelah tanam).
(c) Pengukuran diameter tanaman gaharu, yang diukur pada pangkal
batang (telah diberi tanda tetap) dengan menggunakan Calipper. Pengukuran
diameter tanaman dilakukan setiap bulan dengan menggunakan Calipper.
(d) Perhitungan jumlah daun terbentuk secara sempurna dilakukan setiap
bulan.
3.
Analisis Data
Analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis
ragam (ANOVA) dengan bantuan Program SPSS, apabila hasil didapat berpengaruh
nyata maka dilakukan uji lanjut dengan BNT pada taraf kepercayaan 95%.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
Prosentase
Hidup Tanaman Gaharu
Prosentase hidup tanaman
gaharu menunjukkan hal yang menggembirakan karena hanya 25 tanaman yang mati
dari 90 tanaman yang ditanam pada awal penelitian. Total prosentase tumbuh
tanaman mencapai 72.22 % atau yang mati sebanyak 27.78 %. Prosentase hidup
tanaman gaharu hasil penelitian ini relative kecil apabila dibandingkan dengan
hasil penelitian Millang dkk, 2009 yaitu sebesar 93,65 %. Hal ini disebabkan
oleh rendahnya curah hujan pada saat penelitian (awal musim kemarau) dan tidak
ada perlakuan dan perbaikan terhadap tanah yang digunakan untuk media tanam
tanaman. Millang dkk, (2009) menggunakan media tanam yang telah diperlakukan
dengan pupuk kandang, NPK, dan mulsa gamal sehingga sifat kimia dan fisik media
tanah yang digunakan mengalami perbaikan. Hal yang sama dengan
hasil penelitian Gusmailina (2010) bahwa dengan perlakuan media tanam kompos,
arang serbuk gergaji+padi, bioaktif serbuk gergaji, bioaktif sekam padi
memberikan prrosentase tumbuh masing-masing 81%, 89%, 100%, 100%. Dengan
demikian prosentase tumbuh tanaman jauh lebih besar dibandingkan dengan hasil
penelitian ini.
B. Pertambahan
Tinggi Tanaman
Hasil penelitian
menunjukkan bahwa perlakuan dosis pupuk NPK berpengaruh nyata terhadap
pertambahan tinggi tanaman gaharu, tetapi perlakuan naungan sarlon dan
interaksi perlakuan naungan sarlon dan pupuk NPK berpengaruh tidak nyata
terhadap pertambahan tinggi tanaman gaharu. Hasil uji lanjut dengan uji Beda
Nyata Jujur (BNJ) dapat di lihat pada Tabel 1. Tabel 1. Hasil Uji BNJ
Pertambahan Tinggi Tanaman Gaharu (Gyrinops sp) pada Berbagai Dosis
Pupuk NPK.
PERLAKUAN
|
RATA-RATA
|
BNJ
(0,05)
|
b1
|
11,53
|
A
|
b2
|
10,80
|
Ab
|
b3
|
9,99
|
B
|
Keterangan
:
b1
: Dosis Pupuk NPK 10 gram
b2
: Dosis Pupuk NPK 20 gr
b3
: Dosis Pupuk NPK 30 gram
Tabel 1 menunjukkan bahwa perlakuan pupuk NPK dengan dosis 20
g/tanaman memberikan hasil pertambahan tinggi tanaman gaharu terbesar yaitu
sebesar 11,53 cm selama 4 bulan dan berbeda nyata dengan perlakuan pupuk NPK
dengan dosis 10 g/tanaman, tetapi berbeda tidak nyata dengan perlakuan pupuk
NPK 30 g/tanaman.
Begitu pula perlakuan interaksi antara pupuk NPK 20 g/tanaman
dengan naungan sarlon 25 % cenderung lebih baik dibandingkan dengan perlakuan
interaksi lainnya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar
1. Grafik Pertambahan Tinggi Tanaman Gaharu (Gyrinops sp) pada Perlakuan Interaksi Naungan Sarlon dan Pupuk
NPK.
Gambar 1 terlihat jelas bahwa naungan sarlon dengan intensitas
yang relatif sedang dan dosis pupuk yang lebih banyak memiliki pertumbuhan yang
lebih tinggi. Hal ini sesuai dengan penelitian Marjenah (2001) yang menyatakan
bahwa dengan intensitas cahaya yang relatif sedikit, tanaman cenderung memacu
pertumbuhan tingginya untuk memperoleh sinar yang diperlukan untuk proses fisiologi.
Pertumbuhan tinggi lebih cepat pada tempat ternaung dari pada tempat terbuka.
Menurut Sastrawinata (1984) intensitas cahaya terlalu rendah atau terlalu
tinggi akan menghambat pertumbuhan tinggi tanaman.
Adanya
respon pertumbuhan pada dosis pupuk yang lebih baik pada 20 gram seperti yang
diperlihatkan pada Gambar 1 disebabkan karena tingkat kesuburan tanah di lokasi
penelitian termasuk kategori sedang, sehingga dengan penambahan 20 g NPK sudah
cukup untuk memacu pertumbuhan tinggi tanaman. Disisi lain tanaman ini sangat
membutuhkan unsur hara NPK terutama untuk memacu pertumbuhan vegetatif pada
tingkat anakan di lapangan. Menurut Hardjowigeno (1987) unsur hara N, P, K
sangat dibutuhkan oleh tanaman karena unsur hara tersebut berfungsi untuk
memperbaiki pertumbuhan vegetatif tanaman, dan mempermudah proses fisiologi
tanaman.
C.
Pertambahan Diameter
Tanaman
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan
dosis pupuk NPK, perlakuan naungan sarlon dan perlakuan interaksi naungan
sarlon dan pupuk NPK berpengaruh tidak nyata terhadap pertambahan diameter
tanaman gaharu. Namun demikian, secara kuantitatif menunjukkan bahwa perlakuan
interaksi antara pupuk NPK dosis 20 g/tanaman dengan naungan sarlon 50%
cenderung lebih baik dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Gambaran
pertambahan diameter tanaman gaharu secara kuantitas selama empat bulan setelah
tanam disajikan pada Gambar 2.
Gambar
2. Grafik Pertambahan Diameter Batang Tanaman Gaharu (Gyrinops sp.) pada Perlakuan interaksi antara Naungan Sarlon dan
Pupuk NPK.
Naungan dengan intensitas cahaya 50% merupakan intensitas cahaya
optimal yang merupakan titik keseimbangan antara kebutuhan cahaya dan besarnya
transpirasi sehingga menghasilkan pertumbuhan maksimal. Tourney & Korstia
(1974) dalam Simorangkir (2000) menyatakan bahwa pertumbuhan diameter
tanaman berhubungan erat dengan laju fotosintesis yang akan sebanding dengan
jumlah intensitas cahaya matahari yang diterima dan respirasi. Marjenah (2001)
menyatakan bahwa pertumbuhan diameter batang lebih cepat pada tempat terbuka
dari pada tempat ternaung sehingga tanaman yang ditanamam pada tempat terbuka
cenderung pendek dan kekar. Daniel et al. (1997) menyatakan bahwa
terhambatnya petumbuhan diameter tanaman karena produk fotosintesisnya serta
spektrum matahari yang kurang merangsang aktivitas hormon dalam proses
pembentukan sel meristem ke arah diameter batang, terutama pada intensitas
cahaya yang rendah.
Adanya respon pertumbuhan tanaman gaharu yang cenderung lebih baik
pada dosis pupuk yaitu 20 gram seperti yang ada pada Gambar 2 disebabkan karena
karakteristik tanah di lokasi penelitian mempunyai kesuburan tanah yang sedang
(Lampiran 1). Apabila dilakukan pemupukan NPK dengan dosis berlebih maka
tanaman akan terhambat pertumbuhannya, bahkan akan merusak atau meracuni
tanaman. De La Cruz (1982) menyatakan bahwa penambahan hara yang berlebihan
dapat bersifat racun yang menghambat pertumbuhan tanaman.
D.
Pertambahan
Jumlah Daun Tanaman
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan tunggal pupuk NPK dan
naungan sarlon serta perlakuan interaksi naungan sarlon dan pupuk NPK
berpengaruh tidak nyata terhadap pertambahan jumlah daun tanaman gaharu. Namun
demikian, secara kuantitatif menunjukkan bahwa perlakuan interaksi antara pupuk
NPK dosis 20 g/tanaman dengan naungan sarlon 25% cenderung lebih baik
dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Gambaran pertambahan jumlah daun tanaman
gaharu secara kuantitas selama empat bulan setelah tanam disajikan pada Gambar
3.
Gambar
3. Grafik Pertambahan Jumlah Daun Tanaman Gaharu (Gyrinops sp.) pada Perlakuan Interaksi Naungan Sarlon dan Pupuk
NPK.
Kurangnya jumlah
daun pada perlakuan ini bisa disebabkan karena rentan terhadap iklim yang ada
dan adanya hama pada daun, dimana seperti yang kita ketahui bahwa daun sangat
rentan terhadap hama dan penyakit. Hama yang sering muncul pada daun khususnya
untuk tanaman gaharu yaitu kutu putih . Kutu putih yang hidup di permukaan daun
bawah, kutu ini punya semacam tepung di tubuhnya yang dilapisi lilin sehingga
tampak seperti kapas. Gejala serangannya, permukaan bawah dan atas daun menjadi
hitam. Selain hama pada daun, hal lain bisa disebabkan karena kurangnya cahaya
yang memperlambat pembentukan klorofil, kemudian menyebabkan daun berwarna
hijau pucat, dan gugurnya daun secara prematur. Keadaan tersebut dikenal dengan
etiolasi.
Intensitas cahaya
yang relatif rendah akan menghambat fotosintesis sehingga suplai makanan
terhadap daun berkurang yang menyebabkan daun rontok. Pada Gambar 3 dapat
dilihat bahwa naungan sarlon dengan intensitas cahaya 25% dan intensitas cahaya
50% tetap memberikan pertumbuhan yang lebih baik dibandingkan dengan intensitas
cahaya 70%. Naungan memberikan efek yang nyata terhadap luas daun. Daun
mempunyai permukaan yang lebih besar di bawah naungan dari pada di tempat
terbuka. Fitter dan Hay (1992) dalam Marjenah (2001) menyatakan bahwa
jumlah luas daun menjadi penentu utama kecepatan pertumbuhan. Keadaan seperti
ini dapat dilihat pada hasil penelitian dimana daun-daun yang mempunyai luas
daun yang lebih besar mempunyai pertumbuhan yang besar pula (Marjenah, 2001).
BAB IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan
(1) Pemberian pupuk NPK dengan dosis yang berbeda berpengaruh tidak
nyata pada pertambahan diameter dan jumlah daun, tetapi berpengaruh nyata
terhadap pertambahan tinggi tanaman dengan dosis terbaik adalah 20 g/tanaman.
(2) Perlakuan naungan sarlon dengan intensitas cahaya yang berbeda
memperlihatkan pengaruh yang berbeda tidak nyata pada pertambahan tinggi,
diameter batang dan jumlah daun tanaman gaharu.
(3) Perlakuan interaksi naungan sarlon dan pupuk NPK berpengaruh tidak
nyata pada setiap variabel tinggi, diameter batang maupun jumlah daun tanaman,
tetapi pertambahan tinggi, diameter, dan jumlah daun tanaman cenderung lebih
baika pada perlakuan pupuk NPK 20 g/tanaman dan naungan sarlon 50%.
B.
Saran
(1) Untuk memperoleh prosentase tumbuh bibit gaharu dengan system pengiriman
akar telanjang disarankan untuk menggunakan media tanah yang telah dicampur
dengan pupuk kandang atau pupuk NPK.
(2) Untuk memacu pertumbuhan awal tanaman gaharu disarankan untuk
menggunakan pupuk NPK 20 g/tanaman dan naungan 50 %.
DAFTAR PUSTAKA
Millang, S; S. Alam, dan Baharuddin,
2009. Awal Pertumbuhan Pohon Gaharu (Gyrinops sp.) Asal Nusa Tenggara
Barat di Hutan Pendidikan Universitas Hasanuddin Kabupaten Maros. Laporan Hasil Penelitian,
Laboratorium Silvikultur Fakultas Kehutanan Universitas Hasanuddin. Makassar.
Post a Comment