Pembahasan Lengkap Mengenai Ekstraksi



1) CARA KERJA

A.  Tahap Pengumpulan dan Penyiapan Sampel (Preparasi Sampel)
Sampel yang sudah didapat kemudian dibersihkan, ditimbang seberat 1 kg atau lebih dan dipotong kecil-kecil. Biasanya sampel yang telah kering digiling sampai menjadi serbuk halus yang siap diekstraksi. Hal ini dilakukan agar saat perlakuan sampel lebih mudah dalam ekstraksi maserasi nantinya dan dapat mempercepat proses ekstraksi lalu dikeringkan di udara terbuka. Setelah dikeringkan, ditimbang untuk mengetahui berat keringnya kemudian dilakukan meserasi. Penimbangan terhadap sampel dilakukan untuk mengetahui jumlah atau berat sampel yang dihasilkan dari berat awal dan dapat digunakan pula sebagai pertimbangan dalam pengujian-pengujian selanjutnya.


B.  Ekstraksi Maserasi
Ekstraksi meserasi ini adalah pengambilan senyawa zat aktif yang dilakukan dengan cara merendam serbuk atau potongan-potongan sampel dalam pelarut yang sesuai yaitu methanol. Sampel dimaserasi (direndam) sampai semua bagian dari sampel harus tenggelam dengan pelarut methanol selama 24 jam dengan pengocokan sesekali yang bertujuan untuk mempercepat kontak antara sampel dengan pelarut sebelum di ekstrak dengan rotary evaporator. Penggunaan pelarut methanol ini dilakukan karena methanol merupakan universal dan mampu mengikat kandungan senyawa zat aktif yang terdapat pada sampel dengan baik. Pelarut methanol akan masuk ke dalam sel melewati dinding sel. Isi sel akan larut karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan di dalam sel dengan di luar sel. Larutan yang konsentrasinya tinggi akan terdesak keluar dan diganti oleh pelarut methanol dengan konsentrasi rendah (proses difusi). Peristiwa tersebut berulang sampai terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan di luar dan di dalam sel. Selama proses maserasi dilakukan pengadukan dan pengocokan sesekali. Sampel yang telah dimaserasi ini disaring dengan kertas saring sehingga didapatkan filtratnya. Filtrat disimpan dalam labu takar 1000 ml untuk kemudian diekstrak kasar. Apabila belum diekstrak kasar pada saat yang sama, filtrat disimpan dalam inkubator 10oC, agar tidak mengalami perubahan kimiawi.


C.  Proses Ekstraksi dengan Rotary Evaporator

Sampel hasil ekstraksi maserasi yang diperoleh dipisahkan pelarutnya menggunakan vacum rotary evaporator dengan suhu 40-600C atau tergantung pada ekstrak sampel yang ingin diambil. Digunakannya suhu 40-600C bertujuan untuk mempercepat dan mempermudah dalam pemisahan pelarutnya yaitu methanol. Vacum dalam rotary evaporator berfungsi untuk mempermudah proses penguapan pelarut dengan memperkecil tekanan dalam vacum dari pada di luar ruangan, sehingga temperatur di bawah ttik didih pelarut dapat menguap. Filter yang diperoleh berwarna agak pekat. Warna pekat ini terbentuk karena pelarut yang digunakan tidak hanya mengekstrak satu senyawa saja, melainkan juga mengekstrak senyawa-senyawa lainnya yang terdapat pada sampel tersebut yang memiliki sifat polar, karena pelarutnya adalah methanol yang bersifar polar. Pada rotary evaporator ini akan menghasilkan ekstraksi dalam bentuk seperti gel yang nantinya akan diuji kembali untuk menentukan kandungan zat senyawa aktif apa saja yang ada dalam sampel tersebut. Timbang hasil ekstraksi untuk mengetahui berat sampel yang dihasilkan dari berat awal.



2)  PRINSIP KERJA 

Prinsip kerja alat ini didasarkan pada titik didih pelarut dan adanya tekanan yang menyebabkan uap dari pelarut terkumpul di atas pada suhu di bawah titik didihnya, sehingga zat yang terkandung di dalam pelarut tidak rusak oleh suhu yang tinggi., serta adanya kondensor (suhu dingin) yang menyebabkan uap ini mengembun dan akhirnya jatuh ke tabung penerima (receiver flask).
Pertama cairan yang ingin diuapkan biasanya ditempatkan dalam suatu labu yang kemudian dipanaskan dengan bantuan penangas, dan diputar dengan suhu sekitar 40-600atau tergantung pada ekstrak sampel yang ingin diambil. Uap cairan yang dihasilkan didinginkan oleh suatu pendingin (kondensor) dan ditampung pada suatu tempat (receiver flask).Setelah pelarutnya diuapkan, akan dihasilkan ekstrak yang dapat berbentuk padatan (solid) atau cairan (liquid).
Sedangkan, ekstraksi soxhlet merupakan perendaman sampel secara kontinyu dimana pelarut etil asetat dalam labu alas bulat dipanaskan sehingga menghasilkan uap. Uap tersebut kemudian masuk ke kondensor melalui pipa kecil dan keluar dalam fasa cair. Kemudian pelarut masuk ke dalam selongsong berisi sampel. Pelarut akan membasahi sampel dan tertahan di dalam selongsong sampai tinggi pelarut dalam pipa sifon sama dengan tinggi pelarut di selongsong. Kemudian pelarut seluruhnya akan masuk kembali ke dalam labu alas bulat dan begitu seterusnya sampai pelarut dalam pipa sifon berwarna jernih.
Proses pemisahan dengan metode soxhletasi memiliki kelebihan, yaitu pelarut yang digunakan masih utuh, dapat digunakan untuk pemisahan bahan lain. Dikatakan masih utuh karena pada penguapan dengan rotary evaporator hasil yang diperoleh tadi memisahkan pelarut yang ada dalam filtrate. Dan dapat melarutkan bahan yang lebih banyak karena pemanasan. Tetapi metode ini kurang efektif, karena harga pelarut mahal dan lemak yang diperoleh harus dipisahkan dari pelarutnya denagn cara diuapkan. Alasan dari pemisahan pelarut dari ekstraknya adalah agar dihasilkan zat-zat terlarut sebagai ekstrak pekat dan pelarutnya dapat digunakan kembali.

Faktor  yang  paling  menentukan  dari  keberhasilan  selama  proses  ekstraksi  adalah penggunaan  pelarut  yang  tepat.  Pelarut  yang  ideal  harus  mempunyai  syarat  sebagai berikut : 
  1. Pelarut  dapat  melarutkan  semua  komponen  dalam  bahan  dengan  cepat  dan  sempurna dan sedikit mungkin melarutkan bahan seperti lilin, pigmen, senyawa albumin, dengan kata lain pelarut harus bersifat selektif. 
  2. Pelarut mempunyai titik didih yang cukup rendah agar mudah diuapkan kembali tanpa menggunakan suhu tinggi, namun juga tidak terlalu rendah karena akan mengakibatkan hilangnya sebagian pelarut saat diuapkan. 
  3. Pelarut tidak dapat larut dalam air.
  4. Pelarut haruslah bersifat  inert sehingga tidak bereaksi dengan komponen minyak.
  5. Pelarut mempunyai titik didih yang seragam, dan jika diuapkan tidak akan tertinggal di dalam minyak setelah proses penguapan sehingga mempengaruhi aroma minyak yang dihasilkan. 
Ekstraksi sampel dilakukan dengan rotary evaporator karena kecepatan alat ini dalam melakukan evaporasi sangat cepat, terutama bila dibantu oleh vakum. Terjadinya bumping dan pembentukan busa juga dapat dihindari. Kelebihan lainnya dari alat ini adalah diperolehnya kembali pelarut yang diuapkan.



3)  HASIL 
Pada rotary evaporator ini akan menghasilkan ekstraksi dalam bentuk seperti gel yang nantinya akan diuji kembali untuk menentukan kandungan zat senyawa aktif apa saja yang ada dalam sampel tersebut. Hasil ekstraksi yang diperoleh bukan dalam bentuk gel tetapi dalam mentuk masih cair. Hal ini dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain :
  • Waktu perlakuan ekstraksi yang kurang lama
  • Persiapan atau preservasi sampel yang salah
  • Daya atau tekanan pada kondensor yang kurang tinggi atau kuat
  • Adanya kebocoran pada salah satu katub yang ada pada rotary evaporator
  • Pengaturan suhu yang tidak sesuai
  • Jenis, kualitas dan kuantitas pelarut yang tidak sesuai



Label: ,

Post a Comment

[blogger][disqus]

Author Name

{picture#http://img09.deviantart.net/8f2d/i/2016/120/e/1/koutetsujou_no_kabaneri__ikoma_by_reijr-da0twud.jpg} I was a blogger who likes to divide the resources that I know to the visitors, and particularly liked the field of technology, design, health and forestry science. {facebook#https://web.facebook.com/icuk.sugiarto.507} {twitter#https://twitter.com/icuksugiarto_sa} {google#https://plus.google.com/u/0/+IcukSugiarto18} {pinterest#https://pinterest.com} {youtube#https://youtube.com}

Contact Form

Name

Email *

Message *

Powered by Blogger.