Hemoroid
I. Pengertian
Hemoroid adalah dilatasi vena hemoroidal interior atau superior (kamus saku kedoteran Dorland, 1998).
Hemoroid adalah pembengkakan yang tidak wajar/ distensi vena di daerah rectal yang tidak signifikan (D. D. Ignatavicius, 1998).
II. Klasifikasi
- Hemoroid internal
Adalah pelebaran plexus hemoroidalis superior. Diatas garis mukokutan dan ditutupi oleh mukosa diatas spingter ani.
Hemoroid internal dikelompokkan dalam 4 derajad :
1. Derajad I
Hemoroid menyebabkan perdarahan merah segar tanpa rasa nyeri sewaktu defekasi. Tidak terdapat prolaps dan pada pemeriksaan terlihat menonjol dalam lumen.
2. Derajad II
Hemoroid menonjol melalui kanal analis pada saat mengejan ringan tetapi dapat masuk kembali secara spontan.
3. Derajad III
Hemoroid akan menonjol saat mengejan dan harus didorong kembali sesudah defekasi.
4. Derajad IV
Hemoroid menonjol keluar saat menegejan dan tidak dapat didorong masuk kembali.
- Hemoroid Eksternal
Adalah hemoroid yang menonjol keluar saat mengejan dan tidak dapat didorong masuk.
Hemoroid eksternal dikelompokkan dalam 2 kategori yaitu :
· Akut
Bentuk
hemoroid akut berupa pembengkakan bulat kebiruan pada pinggir anus dan
sebenarnya merupakan hematoma. Walaupun disebut sebagai hemoroid
trombosis eksterna akut. Bentuk ini sering sangat nyeri dan gatal karena
ujung- ujung saraf pada kulit merupakan reseptor nyeri.
· Kronik
Sedangkan
hemoroid eksterna kronik satu atau lebih lipatan kulit anus yang
terdiri dari jaringan penyambung dan sedikit pembuluh darah.
III. Etiologi
Faktor penyebab hemoroid adalah :
o Mengejan pada waktu defekasi
o Konstipasi menahun
o Kelemahan dinding struktural dari dinding pembuluh darah
o Herediter
o Pembesaran prostat
o Peningkatan tekanan intra abdomen
- Kehamilan
- Konstipasi
- Berdiri dan duduk terlalu lama
o Fibroma uteri
o Tumor rectum
o Diare
o Kongesti pelvis
IV. Tanda dan gejala pendukung adanya hemoroid
▪ Adanya trauma karena feses yang keras
▪ Adanya darah keluar dengan warna merah segar
▪ Adanya prolaps
▪ Timbulnya nyeri (hemoroid eksterna)
▪ Keluarnya mucus dan terdapatnya feses pada pakaian dalam
V. Pathways
Konstipasi, diare, sering mengejan, kongesti pelvis pada kehamilan, fibroma uteri, pembesaran prostat, tumor rectum.
VI. Diagnosa keperawatan
1. Cemas / takut b/ d lingkungan baru, jauh dari orang yang disayangi, kurang pengetahuan terhadap tindakan yang akan dilakukan.
2. Gangguan rasa nyaman nyeri b/ d organ saraf terputus.
3. Resiko injuri (jatuh dari bed) b/ d kesadaran menurun akibat anastesi.
4. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit b/d perdarahan intra operasi.
VII. Intervensi
Diagnosa
|
Tujuan
|
Intervensi
|
Rasional
|
PRE OP
Cemas b/d penurunan fungsi kognitif dan kurangnya pengetahuan terhadap penyakitnya.
POST OP
Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan terputusnya jaringan saraf perifer
POST OP
Resiko injuri (jatuh dari bed) b/ d kesadaran menurun akibat anastesi
INTRA OP
Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit b/d perdarahan intra operasi
|
Setelah diberi penjelasan tentang prosedur operasi dan suport mentral dengan KH :
- Pasien mengungkapkan kondisinya
- Ekspresi wajah pasien tidak tampak gelisah.
- Klien mau bertanya tentang tindakan yang akan dilakukan.
Rasa nyeri berkurang setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 15 menit dengan KH
- pasien mengatakan nyeri berkurang.
- Pasien menunjukan skala nyeri pada angka 3.
- Ekspresi wajah klien rileks.
Meminimalkan penyebab injuri dengan melakukan tindakan 1x 15 menit, KH :
- Klien tidak jatuh dari bed
- Klien dalam posisi yang nyaman
Volume cairan dalam tubuh seimbang setelah dilakukan 1 x 10 menit dengan KH :
- TTV dalam batas normal :
TD : 120/80 mmHg
N : 80x/ menit
S : 35,4 0 C
R : 20 x/ menit
- Integritas kulit baik
- Seimbang antara input dan out put
|
- beri penjelasan tentang prosedur yang akan dilakukan pada klien
- Orientasikan klien pada lingkungan yang baru
- Anjurkan klien untuk berdoa
- Beri waktu klien untuk bertanya
- Beri motivasi klien tentang prosedur tindakan
- Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya
- Kaji TTV
- Teliti keluhan nyeri, catat intensitasnya, lokasinya dan lamanya
- Atur posisi senyaman mungkin
- Ajarkan managemen relaksasi
- Monitor TTV
- Kolaborasi pemberian obat analgetik
- Memberi bed tambahan dikanan dan kiri klien
- Pantau posisi klien
- Memantau TTV
- Memantau intake dan output cairan
- Memantau integritas cairan
|
Agar pasien jelas dengan prosedur apa yang dilakukan
Mengurangi rasa cemas pada pasien
-
-
Agar dapat diketahui skala nyerinya pada derajat I-IV, supaya pasien tidak tegang dan timbul cemas
Untuk kenyamanan pasien
Mengetahui cairan intek maupun output apakah seimbang atau tidak.
|
DAFTAR PUSTAKA
Long, Barabara C. (1996). Perawatan Medikal Bedah 2. Jakarta: EGC
Priharjo, Robert. (1996). Pengkajian fisik Keperawatan. Jakarta: EGC
Smeltzer, Suzane. C dan Brenda G. Bare. (2002). Buku Ajaran Keperawatan Medikal Bedah Bruner & Suddarth
Carpenito, Lynda Juall. (2001). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta: EGC
Post a Comment