-
-
Pengertian
-
Kanker payudara adalah sekelompok sel tidak normal pada payudara yang terus tumbuh berupa ganda. Pada akhirnya sel-sel ini menjadi bentuk bejolan di payudara. Jika benjolan kanker itu tidak dibuang atau terkontrol, sel-sel kanker bisa menyebar (metastase) pada bagian-bagian tubuh lain. Metastase bisa terjadi pada kelenjar getah bening (limfe) ketiak ataupun di atas tulang belikat. Selain itu sel-sel kanker bisa bersarang di tulang, paru-paru, hati, kulit, dan bawah kulit. (Erik T, 2005, hal : 39-40)
-
Kanker payudara adalah pertumbuhan yang tidak normal dari sel-sel jaringan tubuh yang berubah menjadi ganas. (http//www.pikiran-rakyat.com.jam 10.00, Minggu Tanggal 29-8-2005, sumber : Harianto, dkk)
-
-
Etiologi
-
Etiologi
kanker payudara tidak diketahui dengan pasti. Namun beberapa faktor
resiko pada pasien diduga berhubungan dengan kejadian kanker payudara,
yaitu :
-
-
-
Tinggi melebihi 170 cm
-
-
Wanita
yang tingginya 170 cm mempunyai resiko terkena kanker payudara karena
pertumbuhan lebih cepat saat usia anak dan remaja membuat adanya
perubahan struktur genetik (DNA) pada sel tubuh yang diantaranya berubah
ke arah sel ganas.
-
-
-
Masa reproduksi yang relatif panjang.
-
Menarche pada usia muda dan kurang dari usia 10 tahun.
-
Wanita terlambat memasuki menopause (lebih dari usia 60 tahun)
-
-
Wanita yang belum mempunyai anak
-
-
Lebih lama terpapar dengan hormon estrogen relatif lebih lama dibandingkan wanita yang sudah punya anak.
-
-
-
Kehamilan dan menyusui
-
-
Berkaitan erat dengan perubahan sel kelenjar payudara saat menyusui.
-
-
-
Wanita gemuk
-
-
Dengan menurunkan berat badan, level estrogen tubuh akan turun pula.
-
-
-
Preparat hormon estrogen
-
-
Penggunaan preparat selama atau lebih dari 5 tahun.
-
-
-
Faktor genetik
-
-
Kemungkinan
untuk menderita kanker payudara 2 – 3 x lebih besar pada wanita yang
ibunya atau saudara kandungnya menderita kanker payudara.
(Erik T, 2005, hal : 43-46)
-
-
Anatomi fisiologi
-
Anatomi payudara
-
-
Secara
fisiologi anatomi payudara terdiri dari alveolusi, duktus laktiferus,
sinus laktiferus, ampulla, pori pailla, dan tepi alveolan. Pengaliran
limfa dari payudara kurang lebih 75% ke aksila. Sebagian lagi ke
kelenjar parasternal terutama dari bagian yang sentral dan medial dan
ada pula pengaliran yang ke kelenjar interpektoralis.
-
-
-
Fisiologi payudara
-
-
Payudara
mengalami tiga perubahan yang dipengaruhi hormon. Perubahan pertama
ialah mulai dari masa hidup anak melalui masa pubertas, masa fertilitas,
sampai ke klimakterium dan menopause. Sejak pubertas pengaruh ekstrogen
dan progesteron yang diproduksi ovarium dan juga hormon hipofise, telah
menyebabkan duktus berkembang dan timbulnya asinus.
Perubahan
kedua adalah perubahan sesuai dengan daur menstruasi. Sekitar hari
kedelapan menstruasi payudara jadi lebih besar dan pada beberapa hari
sebelum menstruasi berikutnya terjadi pembesaran maksimal. Kadang-kadang
timbul benjolan yang nyeri dan tidak rata. Selama beberapa hari
menjelang menstruasi payudara menjadi tegang dan nyeri sehingga
pemeriksaan fisik, terutama palpasi, tidak mungkin dilakukan. Pada waktu
itu pemeriksaan foto mammogram tidak berguna karena kontras kelenjar
terlalu besar. Begitu menstruasi mulai, semuanya berkurang.
Perubahan
ketiga terjadi waktu hamil dan menyusui. Pada kehamilan payudara
menjadi besar karena epitel duktus lobul dan duktus alveolus
berproliferasi, dan tumbuh duktus baru.
Sekresi
hormon prolaktin dari hipofisis anterior memicu laktasi. Air susu
diproduksi oleh sel-sel alveolus, mengisi asinus, kemudian dikeluarkan
melalui duktus ke puting susu. (Samsuhidajat, 1997, hal : 534-535)
-
-
Insiden
-
Organisasi
Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa lima besar kanker di dunia
adalah kanker paru-paru, kanker payudara, kanker usus besar dan kanker
lambung dan kanker hati. Sementara data dari pemeriksaan patologi di
Indonesia menyatakan bahwa urutan lima besar kanker adalah kanker leher
rahim, kanker payudara, kelenjar getah bening, kulit dan kanker
nasofaring (Anaonim, 2004).
Angka
kematian akibat kanker payudara mencapai 5 juta pada wanita. Data
terakhir menunjukkan bahwa kematian akibat kanker payudara pada wanita
menunjukkan angka ke 2 tertinggi penyebab kematian setelah kanker rahim.
(http//www.pikiran-rakyat.com.jam 10.00, Minggu Tanggal 29-8-2005,
sumber : Harianto, dkk).
-
-
Patofisiologi
-
Kanker
payudara bukan satu-satunya penyakit tapi banyak, tergantung pada
jaringan payudara yang terkena, ketergantungan estrogennya, dan usia
permulaannya. Penyakit payudara ganas sebelum menopause berbeda dari
penyakit payudara ganas sesudah masa menopause (postmenopause). Respon
dan prognosis penanganannya berbeda dengan berbagai penyakit berbahaya
lainnya.
Beberapa
tumor yang dikenal sebagai “estrogen dependent” mengandung reseptor
yang mengikat estradiol, suatu tipe ekstrogen, dan pertumbuhannya
dirangsang oleh estrogen. Reseptor ini tidak manual pada jarngan
payudara normal atau dalam jaringan dengan dysplasia. Kehadiran tumor
“Estrogen Receptor Assay (ERA)” pada jaringan lebih tinggi dari
kanker-kanker payudara hormone dependent. Kanker-kanker ini memberikan
respon terhadap hormone treatment (endocrine chemotherapy, oophorectomy,
atau adrenalectomy). (Smeltzer, dkk, 2002, hal : 1589)
-
-
Gejala klinik
-
Gejala-gejala
kanker payudara antara lain, terdapat benjolan di payudara yang nyeri
maupun tidak nyeri, keluar cairan dari puting, ada perlengketan dan
lekukan pada kulit dan terjadinya luka yang tidak sembuh dalam waktu
yang lama, rasa tidak enak dan tegang, retraksi putting, pembengkakan
lokal. (http//www.pikiran-rakyat.com.jam 10.00, Minggu Tanggal
29-8-2005, Harianto, dkk)
Gejala
lain yang ditemukan yaitu konsistensi payudara yang keras dan padat,
benjolan tersebut berbatas tegas dengan ukuran kurang dari 5 cm,
biasanya dalam stadium ini belum ada penyebaran sel-sel kanker di luar
payudara. (Erik T, 2005, hal : 42)
-
-
Klasifikasi kanker payudara
-
Tumor primer (T)
-
-
-
Tx : Tumor primer tidak dapat ditentukan
-
To : Tidak terbukti adanya tumor primer
-
Tis : Kanker in situ, paget dis pada papila tanpa teraba tumor
-
T1 : Tumor < 2 cm
T1a : Tumor < 0,5 cm
T1b : Tumor 0,5 – 1 cm
T1c : Tumor 1 – 2 cm
-
T2 : Tumor 2 – 5 cm
-
T3 : Tumor diatas 5 cm
-
T4 : Tumor tanpa memandang ukuran, penyebaran langsung ke dinding thorax atau kulit.
T4a : Melekat pada dinding dada
T4b : Edema kulit, ulkus, peau d’orange, satelit
T4c : T4a dan T4b
T4d : Mastitis karsinomatosis
-
-
-
Nodus limfe regional (N)
-
-
-
Nx : Pembesaran kelenjar regional tidak dapat ditentukan
-
N0 : Tidak teraba kelenjar axila
-
N1 : Teraba pembesaran kelenjar axila homolateral yang tidak melekat.
N2 : Teraba pembesaran kelenjar axila homolateral yang melekat satu sama lain atau melekat pada jaringan sekitarnya.
N3 : Terdapat kelenjar mamaria interna homolateral
-
-
-
Metastas jauh (M)
-
Mx : Metastase jauh tidak dapat ditemukan
-
M0 : Tidak ada metastase jauh
-
M1 : Terdapat metastase jauh, termasuk kelenjar subklavikula
-
-
-
Stadium kanker payudara :
-
Stadium I : tumor kurang dari 2 cm, tidak ada limfonodus terkena (LN) atau penyebaran luas.
-
Stadium IIa : tumor kurang dari 5 cm, tanpa keterlibatan LN, tidak ada penyebaran jauh. Tumor kurang dari 2 cm dengan keterlibatan LN
-
Stadium IIb : tumor kurang dari 5 cm, dengan keterlibatan LN. Tumor lebih besar dari 5 cm tanpa keterlibatan LN
-
Stadium IIIa : tumor lebih besar dari 5 cm, dengan keterlibatan LN. semua tumor dengan LN terkena, tidak ada penyebaran jauh
-
Stadium IIIb : semua tumor dengan penyebaran langsung ke dinding dada atau kulit semua tumor dengan edema pada tangan atau keterlibatan LN supraklavikular.
-
Stadium IV : semua tumor dengan metastasis jauh.
(Setio W, 2000, hal : 285)
-
-
Pemeriksaan diagnostik
-
Mammagrafi, yaitu pemeriksaan yang dapat melihat struktur internal dari payudara, hal ini mendeteksi secara dini tumor atau kanker.
-
Ultrasonografi, biasanya digunakan untuk membedakan tumor sulit dengan kista.
-
CT. Scan, dipergunakan untuk diagnosis metastasis carsinoma payudara pada organ lain
-
Sistologi biopsi aspirasi jarum halus
-
Pemeriksaan hematologi, yaitu dengan cara isolasi dan menentukan sel-sel tumor pada peredaran darah dengan sendimental dan sentrifugis darah.
-
-
(Michael D, dkk, 2005, hal : 15-66)
-
-
Pencegahan
-
Perlu
untuk diketahui, bahwa 9 di antara 10 wanita menemukan adanya benjolan
di payudaranya. Untuk pencegahan awal, dapat dilakukan sendiri.
Sebaiknya pemeriksaan dilakukan sehabis selesai masa menstruasi. Sebelum
menstruasi, payudara agak membengkak sehingga menyulitkan pemeriksaan.
Cara pemeriksaan adalah sebagai berikut :
-
Berdirilah di depan cermin dan perhatikan apakah ada kelainan pada payudara. Biasanya kedua payudara tidak sama, putingnya juga tidak terletak pada ketinggian yang sama. Perhatikan apakah terdapat keriput, lekukan, atau puting susu tertarik ke dalam. Bila terdapat kelainan itu atau keluar cairan atau darah dari puting susu, segeralah pergi ke dokter.
-
Letakkan kedua lengan di atas kepala dan perhatikan kembali kedua payudara.
-
Bungkukkan badan hingga payudara tergantung ke bawah, dan periksa lagi.
-
Berbaringlah di tempat tidur dan letakkan tangan kiri di belakang kepala, dan sebuah bantal di bawah bahu kiri. Rabalah payudara kiri dengan telapak jari-jari kanan. Periksalah apakah ada benjolan pada payudara. Kemudian periksa juga apakah ada benjolan atau pembengkakan pada ketiak kiri.
-
Periksa dan rabalah puting susu dan sekitarnya. Pada umumnya kelenjar susu bila diraba dengan telapak jari-jari tangan akan terasa kenyal dan mudah digerakkan. Bila ada tumor, maka akan terasa keras dan tidak dapat digerakkan (tidak dapat dipindahkan dari tempatnya). Bila terasa ada sebuah benjolan sebesar 1 cm atau lebih, segeralah pergi ke dokter. Makin dini penanganan, semakin besar kemungkinan untuk sembuh secara sempurna. Lakukan hal yang sama untuk payudara dan ketiak kanan (www.vision.com jam 10.00, Minggu Tanggal 29-8-2005, sumber : Ramadhan)
-
-
Penanganan
-
Pembedahan
-
-
-
-
Mastektomi parsial (eksisi tumor lokal dan penyinaran). Mulai dari lumpektomi sampai pengangkatan segmental (pengangkatan jaringan yang luas dengan kulit yang terkena).
-
Mastektomi total dengan diseksi aksial rendah seluruh payudara, semua kelenjar limfe dilateral otocpectoralis minor.
-
Mastektomi radikal yang dimodifikasi
-
Seluruh payudara, semua atau sebagian besar jaringan aksial
-
-
Mastektomi radikal
-
Seluruh payudara, otot pektoralis mayor dan minor dibawahnya : seluruh isi aksial.
-
-
Mastektomi radikal yang diperluas
-
Sama seperti mastektomi radikal ditambah dengan kelenjar limfe mamaria interna.
-
-
-
Non pembedahan
-
-
-
Penyinaran
Pada
payudara dan kelenjar limfe regional yang tidak dapat direseksi pada
kanker lanjut; pada metastase tulang, metastase kelenjar limfe aksila.
-
Kemoterapi
Adjuvan sistematik setelah mastektomi; paliatif pada penyakit yang lanjut.
-
Terapi hormon dan endokrin
Kanker yang telah menyebar, memakai estrogen, androgen, antiestrogen, coferektomi adrenalektomi hipofisektomi.
(Smeltzer, dkk, 2002, hal : 1596 – 1600)
-
Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
-
Pengkajian keperawatan
-
Pengkajian
mencakup data yang dikumpulkan melalui wawancara, pengumpulan riwayat
kesehatan, pengkajian fisik, pemeriksaan laboratorium dan diagnostik,
serta review catatan sebelumnya.
Langkah-langkah
pengkajian yang sistemik adalah pengumpulan data, sumber data,
klasifikasi data, analisa data dan diagnosa keperawatan.
-
-
-
Pengumpulan data
-
-
Adalah
bagian dari pengkajian keperawatan yang merupakan landasan proses
keperawatan. Kumpulan data adalah kumpulan informasi yang bertujuan
untuk mengenal masalah klien dalam memberikan asuhan keperawatan .
-
-
-
Sumber data
-
-
Data
dapat diperoleh melalui klien sendiri, keluarga, perawat lain dan
petugas kesehatan lain baik secara wawancara maupun observasi.
Data yang disimpulkan meliputi :
-
-
-
-
Data biografi /biodata
-
-
-
Meliputi
identitas klien dan identitas penanggung antara lain : nama, umur,
jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan dan alamat.
-
-
-
-
Riwayat keluhan utama.
-
-
-
Riwayat
keluhan utama meliputi : adanya benjolan yang menekan payudara, adanya
ulkus, kulit berwarna merah dan mengeras, bengkak, nyeri.
-
-
-
-
Riwayat kesehatan masa lalu
-
-
-
Apakah pasien pernah mengalami penyakit yang sama sebelumnya.
Apakah ada keluarga yang menderita penyakit yang sama .
-
-
-
-
Pengkajian fisik meliputi :
-
-
Keadaan umum
-
Tingkah laku
-
BB dan TB
-
Pengkajian head to toe
-
-
-
Pemeriksaan laboratorium
-
-
Pemeriksaan darah hemoglobin biasanya menurun, leukosit meningkat, trombosit meningkat jika ada penyebaran ureum dan kreatinin.
-
Pemeriksaan urine, diperiksa apakah ureum dan kreatinin meningkat.
-
Tes diagnostik yang biasa dilakukan pada penderita carsinoma mammae adalah sinar X, ultrasonografi, xerora diagrafi, diaphanografi dan pemeriksaan reseptor hormon.
-
-
-
Pengkajian pola kebiasaan hidup sehari-hari meliputi :
-
-
-
-
-
Nutrisi
-
Kebiasaan
makan, frekuensi makan, nafsu makan, makanan pantangan, makanan yang
disukai, banyaknya minum. Dikaji riwayat sebelum dan sesudah masuk RS.
-
-
Eliminasi
-
Kebiasaan BAB / BAK, frekuensi, warna, konsistensi, sebelum dan sesudah masuk RS.
-
-
-
-
Istirahat dan tidur
-
-
-
Kebiasaan tidur, lamanya tidur dalam sehari sebelum dan sesudah sakit.
-
-
-
-
Personal hygiene
-
-
Frekuensi mandi dan menggosok gigi dalam sehari
-
Frekuensi mencuci rambut dalam seminggu
-
Dikaji sebelum dan pada saat di RS
-
-
-
Identifikasi masalah psikologis, sosial dan spritual
-
Status psikologis
-
-
-
-
Emosi
biasanya cepat tersinggung, marah, cemas, pasien berharap cepat sembuh,
merasa asing tinggal di RS, merasa rendah diri, mekanisme koping yang
negatif.
-
-
-
-
-
Status sosial
-
-
-
-
Merasa terasing dengan akibat klien kurang berinteraksi dengan masyarakat lain.
-
-
-
-
-
Kegiatan keagamaan
-
-
-
-
Klien mengatakan kegiatan shalat 5 waktu berkurang.
-
-
-
-
Klasifikasi Data
-
-
-
Data pengkajian :
-
-
-
-
-
-
-
Data subyektif
-
-
-
-
-
-
Data
yang diperoleh langsung dari klien dan keluarga, mencakup hal-hal
sebagai berikut : klien mengatakan nyeri pada payudara, sesak dan batuk,
nafsu makan menurun, kebutuhan sehari-hari dilayani di tempat tidur,
harapan klien cepat sembuh, lemah, riwayat menikah, riwayat keluarga.
-
-
-
-
-
-
-
Data obyektif
-
-
-
-
-
-
Data
yang dilihat langsung atau melalui pengkajian fisik atau penunjang
meliputi : asimetris payudara kiri dan kanan, nyeri tekan pada payudara,
hasil pemeriksaan laboratorium dan diagnostik.
-
-
-
Analisa Data
-
-
Merupakan
proses intelektual yang merupakan kemampuan pengembangan daya pikir
yang berdasarkan ilmiah, pengetahuan yang sama dengan masalah yang
didapat pada klien.
-
-
Diagnosa keperawatan
-
-
-
Nyeri berhubungan dengan adanya penekanan massa tumor.
-
Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan imobilisasi lengan/bahu.
-
Kecemasan berhubungan dengan perubahan gambaran tubuh.
-
Gangguan harga diri berhubungan dengan kecacatan bedah
-
Resiko infeksi berhubungan dengan luka operasi.
-
Kurangnya pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan serta pengobatan penyakitnya berhubungan dengan kurangnya informasi.
-
Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan intake tidak adekuat.
-
-
-
Perencanaan
-
Perencanaan
keperawatan adalah pengembangan dari pencatatan perencanaan perawatan
untuk memenuhi kebutuhan klien yang telah diketahui.
Pada perencanaan meliputi tujuan dengan kriteria hasil, intervensi, rasional, implementasi dan evaluasi.
-
-
-
Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan adanya penekanan massa tumor ditandai dengan :
-
-
1. DS : - Klien mengeluh nyeri pada sekitar payudara sebelah kiri menjalar ke kanan.
2. DO : - Klien nampak meringis
- Klien nampak sesak
- Nampak luka di verban pada payudara sebelah kiri
Tujuan : Nyeri teratasi.
Kriteria :
-
-
-
-
-
-
Klien mengatakan nyeri berkurang atau hilang
-
Nyeri tekan tidak ada
-
Ekspresi wajah tenang
-
Luka sembuh dengan baik
-
-
-
-
-
Intervensi :
-
-
-
-
-
-
-
-
Kaji karakteristik nyeri, skala nyeri, sifat nyeri, lokasi dan penyebaran.
-
-
-
-
-
-
-
Rasional
: Untuk mengetahui sejauhmana perkembangan rasa nyeri yang dirasakan
oleh klien sehingga dapat dijadikan sebagai acuan untuk intervensi
selanjutnya.
-
-
-
-
-
-
-
-
Beri posisi yang menyenangkan.
-
-
-
-
-
-
-
Rasional : Dapat mempengaruhi kemampuan klien untuk rileks/istirahat secara efektif dan dapat mengurangi nyeri.
-
-
-
-
-
-
-
-
Anjurkan teknik relaksasi napas dalam.
-
-
-
-
-
-
-
Rasional : Relaksasi napas dalam dapat mengurangi rasa nyeri dan memperlancar sirkulasi O2 ke seluruh jaringan.
-
-
-
-
-
-
-
-
Ukur tanda-tanda vital
-
-
-
-
-
-
-
Rasional : Peningkatan tanda-tanda vital dapat menjadi acuan adanya peningkatan nyeri.
-
-
-
-
-
-
-
-
Penatalaksanaan pemberian analgetik
-
-
-
-
-
-
-
Rasional : Analgetik dapat memblok rangsangan nyeri sehingga dapat nyeri tidak dipersepsikan.
-
-
-
Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan imobilisasi lengan/bahu.
-
-
Ditandai dengan :
-
-
-
-
-
-
-
DS :
-
-
-
-
-
-
-
Klien mengeluh sakit jika lengan digerakkan.
-
Klien mengeluh badan terasa lemah.
-
Klien tidak mau banyak bergerak.
-
-
-
-
-
-
-
DO : klien tampak takut bergerak.
-
-
-
-
-
-
Tujuan : Klien dapat beraktivitas
Kriteria :
-
Klien dapat beraktivitas sehari – hari.
-
Peningkatan kekuatan bagi tubuh yang sakit.
Intervensi :
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Latihan rentang gerak pasif sesegera mungkin.
-
-
-
-
-
-
-
-
Rasional : Untuk mencegah kekakuan sendi yang dapat berlanjut pada keterbatasan gerak.
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Bantu dalam aktivitas perawatan diri sesuai keperluan
-
-
-
-
-
-
-
-
Rasional : Menghemat energi pasien dan mencegah kelelahan.
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Bantu ambulasi dan dorong memperbaiki postur.
-
-
-
-
-
-
-
-
Rasional : Untuk menghindari ketidakseimbangan dan keterbatasan dalam gerakan dan postur.
c. Kecemasan berhubungan dengan perubahan gambaran tubuh.
Ditandai dengan :
-
DS :
-
Klien mengatakan takut ditolak oleh orang lain.
-
Ekspresi wajah tampak murung.
-
Tidak mau melihat tubuhnya.
-
DO : klien tampak takut melihat anggota tubuhnya.
Tujuan : Kecemasan dapat berkurang.
Kriteria :
-
Klien tampak tenang
-
Mau berpartisipasi dalam program terapi
Intervensi :
-
Dorong klien untuk mengekspresikan perasaannya.
Rasional : Proses kehilangan bagian tubuh membutuhkan penerimaan, sehingga pasien dapat membuat rencana untuk masa depannya.
-
Diskusikan tanda dan gejala depresi.
Rasional : Reaksi umum terhadap tipe prosedur dan kebutuhan dapat dikenali dan diukur.
-
Diskusikan tanda dan gejala depresi
Rasional
: Kehilangan payudara dapat menyebabkan perubahan gambaran diri, takut
jaringan parut, dan takut reaksi pasangan terhadap perubahan tubuh.
-
Diskusikan kemungkinan untuk bedah rekonstruksi atau pemakaian prostetik.
Rasional : Rekonstruksi memberikan sedikit penampilan yang lengkap, mendekati normal.
d. Gangguan harga diri berhubungan dengan kecacatan bedah
Ditandai dengan :
1) DS : klien mengatakan malu dengan keadaan dirinya
2) DO :
-
Klien jarang bicara dengan pasien lain
-
Klien nampak murung.
Tujuan : klien dapat menerima keadaan dirinya.
Kriteria :
-
-
-
-
Klien tidak malu dengan keadaan dirinya.
-
Klien dapat menerima efek pembedahan.
-
-
-
Intervensi :
-
-
-
-
Diskusikan dengan klien atau orang terdekat respon klien terhadap penyakitnya.
-
-
-
Rasional : membantu dalam memastikan masalah untuk memulai proses pemecahan masalah
-
-
-
-
Tinjau ulang efek pembedahan
-
-
-
Rasional : bimbingan antisipasi dapat membantu pasien memulai proses adaptasi.
-
-
-
-
Berikan dukungan emosi klien.
-
-
-
Rasional : klien bisa menerima keadaan dirinya.
-
-
-
-
Anjurkan keluarga klien untuk selalu mendampingi klien.
-
-
-
Rasional : klien dapat merasa masih ada orang yang memperhatikannya.
e. Resiko infeksi berhubungan dengan luka operasi.
Ditandai dengan :
-
DS : Klien mengeluh nyeri pada daerah sekitar operasi.
-
DO :
-
Adanya balutan pada luka operasi.
-
Terpasang drainase
-
Warna drainase merah muda
Tujuan : Tidak terjadi infeksi.
Kriteria :
-
Tidak ada tanda – tanda infeksi.
-
Luka dapat sembuh dengan sempurna.
Intervensi :
-
Kaji adanya tanda – tanda infeksi.
Rasional : Untuk mengetahui secara dini adanya tanda – tanda infeksi sehingga dapat segera diberikan tindakan yang tepat.
-
Lakukan pencucian tangan sebelum dan sesudah prosedur tindakan.
Rasional : Menghindari resiko penyebaran kuman penyebab infeksi.
-
Lakukan prosedur invasif secara aseptik dan antiseptik.
Rasional : Untuk menghindari kontaminasi dengan kuman penyebab infeksi.
-
Penatalaksanaan pemberian antibiotik.
Rasional : Menghambat perkembangan kuman sehingga tidak terjadi proses infeksi.
f. Kurangnya pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan serta pengobatan penyakitnya berhubungan dengan kurangnya informasi.
Ditandai dengan :
-
DS : Klien sering menanyakan tentang penyakitnya.
-
DO : Ekspresi wajah murung/bingung.
Tujuan : Klien mengerti tentang penyakitnya.
Kriteria :
-
Klien tidak menanyakan tentang penyakitnya.
-
Klien dapat memahami tentang proses penyakitnya dan pengobatannya.
Intervensi :
-
Jelaskan tentang proses penyakit, prosedur pembedahan dan harapan yang akan datang.
Rasional
: Memberikan pengetahuan dasar, dimana pasien dapat membuat pilihan
berdasarkan informasi, dan dapat berpartisipasi dalam program terapi.
-
Diskusikan perlunya keseimbangan kesehatan, nutrisi, makanan dan pemasukan cairan yang adekuat.
Rasional
: Memberikan nutrisi yang optimal dan mempertahankan volume sirkulasi
untuk mengingatkan regenerasi jaringan atau proses penyembuhan.
-
Anjurkan untuk banyak beristirahat dan membatasi aktifitas yang berat.
Rasional : Mencegah membatasi kelelahan, meningkatkan penyembuhan, dan meningkatkan perasaan sehat.
-
Anjurkan untuk pijatan lembut pada insisi/luka yang sembuh dengan minyak.
Rasional
: Merangsang sirkulasi, meningkatkan elastisitas kulit, dan menurunkan
ketidaknyamanan sehubungan dengan rasa pantom payudara.
-
Dorong pemeriksaan diri sendiri secara teratur pada payudara yang masih ada. Anjurkan untuk Mammografi.
Rasional : Mengidentifikasi perubahan jaringan payudara yang mengindikasikan terjadinya/berulangnya tumor baru.
g. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan intake yang tidak adekuat, ditandai dengan :
-
DS :
-
Klien mengeluh nafsu makan menurun
-
Klien mengeluh lemah.
-
DO :
-
-
-
-
-
Setengah porsi makan tidak dihabiskan
-
Klien nampak lemah.
-
Nampak terpasang cairan infus 32 tetes/menit.
-
Hb 10,7 gr %.
-
-
-
-
Tujuan : kebutuhan nutrisi terpenuhi
Kriteria :
-
Nafsu makan meningkat
-
Klien tidak lemah
-
Hb normal (12 – 14 gr/dl)
Intervensi :
-
Kaji pola makan klien
Rasional : Untuk mengetahui kebutuhan nutrisi klien dan merupakan asupan dalam tindakan selanjutnya.
-
Anjurkan klien untuk makan dalam porsi kecil tapi sering
Rasional : dapat mengurangi rasa kebosanan dan memenuhi kebutuhan nutrisi sedikit demi sedikit.
-
Anjurkan klien untuk menjaga kebersihan mulut dan gigi.
Rasional : agar menambah nafsu makan pada waktu makan.
-
Anjurkan untuk banyak makan sayuran yang berwarna hijau.
Rasional : sayuran yang berwarna hijau banyak mengandung zat besi penambah tenaga.
-
Libatkan keluarga dalam pemenuhan nutrisi klien
Rasional : partisipasi keluarga dpat meningkatkan asupan nutrisi untuk kebutuhan energi.
-
-
Implementasi
-
Implementasi
merupakan tahap keempat dari proses keperawatan dimana rencana
keperawatan dilaksanakan : melaksanakan intervensi/aktivitas yang telah
ditentukan, pada tahap ini perawat siap untuk melaksanakan intervensi
dan aktivitas yang telah dicatat dalam rencana perawatan klien.
Agar
implementasi perencanaan dapat tepat waktu dan efektif terhadap biaya,
pertama-tama harus mengidentifikasi prioritas perawatan klien, kemudian
bila perawatan telah dilaksanakan, memantau dan mencatat respons pasien
terhadap setiap intervensi dan mengkomunikasikan informasi ini kepada
penyedia perawatan kesehatan lainnya. Kemudian, dengan menggunakan data,
dapat mengevaluasi dan merevisi rencana perawatan dalam tahap proses
keperawatan berikutnya.
-
-
Evaluasi
-
Tahapan
evaluasi menentukan kemajuan pasien terhadap pencapaian hasil yang
diinginkan dan respons pasien terhadap dan keefektifan intervensi
keperawatan kemudian mengganti rencana perawatan jika diperlukan.
Tahap akhir dari proses keperawatan perawat mengevaluasi kemampuan pasien ke arah pencapaian hasil.
Daftar Pustaka:
Doenges M., (2000), Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, EGC, Jakarta
Dixon M., dkk, (2005), Kelainan Payudara, Cetakan I, Dian Rakyat, Jakarta.
Mansjoer, dkk, (2000), Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, Jakarta.
Sjamsuhidajat R., (1997), Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi Revisi, EGC, Jakarta
Tapan, (2005), Kanker, Anti Oksidan dan Terapi Komplementer, Elex Media Komputindo, Jakarta.
Post a Comment