Makalah Permintaan Pulp Sebagai Hasil Hutan Kayu





BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Dari sudut pandang orang ekonomis, hutan merupakan tempat menanam modal jangka panjang yang sangat menguntungkan dalam bentuk Hak Pengusahaan Hutan (HPH). Menurut sudut pandang ahli silvika, hutan merupakan suatu assosiasi dari tumbuh-tumbuhan yang sebagian besar terdiri atas pohon-pohon atau vegetasi berkayu yang menempati areal luas. Sedangkan menurut ahli ekologi mengartikan hutan sebagai suatu masyarakat tumbuh-tumbuhan yang dikuasai oleh pohon-pohon dan mempunyai keadaan lingkungan berbeda dengan keadaan di luar hutan.
Pengelolaan sumberdaya hutan yang didasari pada tindakan yang bijaksana akan sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Ketika hasil hutan maksimal maka tingkat pertumbuhan ekonomi akan menigkat pula. Rimbawan memiliki tanggungjawab bukan hanya dari segi pelestarian tetapi lebih dari itu, pelestarian yang mengarah pada pemamfaatan sumberdaya hutan lebih dituntut saat ini. Indonesia pernah menjadi sala satu Negara ekspor kayu terbesar dan hasil hutan menjadi sumber pendapatan nasional yang paling besar.
Permintaan memegang peranan penting dalam perilaku kebijakan moneter di setiap perekonomian khususnya dalam ekonomi sumberdaya hutan. Banyak literatur yang telah memuat aspek teoritis maupun empiris tentang permintaan uang  di negara-negara yang sudah maju maupun negara-negara yang sedang berkembang. Tidak dapat dipungkiri bahwa kebijakan moneter telah banyak mencapai tujuan-tujuan ekonomi. Pesatnya perkembangan ekonomi dunia dewasa ini berimplikasi pada eratnya hubungan satu negara dengan negara yang lain. Karakteristik perekonomian yang dianut suatu negara akan mempengaruhi prinsip perekonomian dan perdagangan negara tersebut.
Pembangunan kehutanan dan perkebunan yang berkelanjutan dan berkeadilan tidak mungkin tercapai, apabila paradigma lama masih dijadikan acuan, oleh karena itu diperlukan perubahan paradigma secara mendasar. Pergeseran paradigma telah dimulai sejak berakhirnya pemerintahan orde baru, paradigma baru pembangunan kehutanan dan perkebunan tersebut adalah pergeseran orientasi dari pengelolaan kayu dan komoditi menjadi pengelolaan sumberdaya, pengelolaan yang sentralistik menjadi desentralistik, serta pengelolaan sumberdaya yang berkeadilan. Secara ringkas, pengelolaan sumberdaya hutan dan kebun di masa depan lebih mempertimbangkan keseimbangan antara aspek ekonomi, ekologi dan sosial masyarakat sebagai ultimate beneficiaries pembangunan.

B.     Tujuan Penulisan
Berdasarkan latar belakang diatas maka tujuan makalah ini ialah sebagai berikut.
1.      Menjelaskan tabel permintaan pulp sebagai hasil hutan kayu.
2.      Menjelaskan grafik permintaan pulp sebagai hasil hutan kayu.
3.      Menjelaskan hasil analisis pembahasan table dan grafik permintaan pulp sebagai hasil hutan kayu.

C.    Ruang Lingkup Materi
Guna mendapatkan data dan informasi yang diperlukan, penulis mempergunakan metode kepustakaan. Pada metode ini, penulis membaca buku dan literatur yang berhubungan dengan penulisan makalah. Makalah ini disusun secara sistematis, yaitu penulis menguraikan permasalahan mengenai kondisi kebutuhan dasar yang dibutuhkan oleh manusia, dan mengungkapkan pembahasan mengenai solusi dari permasalahan yang telah diuraikan sebelumnya. Dalam hal ini juga membahas mengenai peran serta manusia/individu itu sendiri dalam menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang ada.



BAB II
LANDASAN TEORI

A.    Ilmu Ekonomi
Ilmu ekonomi ialah ilmu yang mempelajari bagaimana usaha manusia untuk memuaskan kebutuhannya dimana kebutuhan manusia itu tidak terbatas sedangkan alat pemuas kebutuhan itu terbatas. Dapat dikatakan bahwa timbulnya ekonomi karena adanya kelangkaan barang dan jasa sebagai alat pemuas kebutuhan manusia tersebut, sehingga manusia harus memilih satu alternatif dari berbagai alternatif yang ada. Ilmu ekonomi secara konvensial sering didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana manusia mengalokasikan sumberdaya yang langka. Dalam literatur ekonomi sumberdaya, pengertian atau konsep sumberdaya didefinisikan beragam, antara lain sebagai berikut (Fauzi, 2004).
1.      Kemampuan untuk memenuhi atau menangani sesuatu
2.      Sumber persediaan, penunjang atau kebutuhan
3.      Sarana yang dihasilkan oleh kemampuan atau pemikiran seseorang

B.     Ekonomi Sumberdaya Hutan
Ekonomi sumberdaya hutan adalah ilmu pengetahuan kehutanan yang mempelajari masalah-masalah ekonomi sumberdaya hutan yang semakin langka. Ekonomi sumberdaya hutan mengkaji perilaku manusia dengan dasar-dasar pikirannya terhadap kebutuhan dan pengadaan benda-benda serta jasa sumberdaya hutan pada dasarnya tidak berbeda dengan ilmu-ilmu pengetahuan ekonomi lainnya yang membahas sumberdaya ekonomi seperti ekonomi lahan, ekonomi perburuhan, ekonomi lingkungan, dan lain-lain (Fauzi, 2004).
Ekonomi sumberdaya hutan merupakan cabang ilmu ekonomi yang mencoba menerapkan teori ekonomi dalam pengelolaan hutan untuk memenuhi kebutuhan manusia akan hasil hutan secara optimal dan lestari. Henry Vaux dalam Fauzi (2004), seorang professor dari University of California, Los Angeles (UCLA) berpendapat bahwa kehutanan memiliki tiga ciri yang membedakan dengan bidang lain yaitu (Fauzi, 2004):
1.      Jangka produksi yang lama dalam menumbuhkan pohon
2.      Kayu sebagai produk hutan pada waktu yang sama juga merupakan mmodal dan hasil akhir
3.      Banyak nilai hutan yang tidak dapat diukur dengan harga pasar

Lebih lanjut dikatakan bahwa mempelajari ekonomi sumberdaya hutan bagi rimbawan akan membantu dua hal yaitu yang pertama akan membuat mereka lebih mengerti dan menyadari serta mengemukakan apa yang terjadi disekelilingnya, yaitu akan menjadi saksi yang pintar pada kegiatan kehutanan. Kedua akan dapat memberi rekomendasi dan keputusan yang baik: menjadi pelaksana yang baik dalam kegiatan kehutanan (Affandi, 2004).
Kegiatan kehutanan apabila diperinci akan meliputi beberapa bidang-bidang, diantaranya (Affandi, 2004):
1.      Penanaman
2.      Pemeliharaan
3.      Penebangan
4.      Pengangkutan
5.      Pengolahan
6.      Pemasaran hasil hutan

Dimana didalam setiap bidang kegiatan didahului dengan kegiatan perencanaan. Maksud mempelajari ekonomi sumberdaya hutan dengan sendirinya ialah agar peserta didik mempunyai bekal dalam menganalisis persoalan ekonomi dalam bidang kehutanan yaitu menjadi “Homo Economicus”, sehingga dalam pengambilan keputusan pengelolaan hutan pertimbangan-pertimbangan ekonomi akan menjadi dasar pemikirannya. Disamping juga tidak ketinggalan konsep ekologi yang menjadi dasar dalam pemanfaatan sumberdaya hutan (Affandi, 2004).
C.    Peran dan Ciri Sumberdaya Hutan
Peran ilmu ekonomi sumberdaya alam sebagai penggerak ekonomi, terbagi atas tiga peran, diantaranya (Wirakusumah, 2003):
1.      Penyediaan devisa untuk membangun sektor lain
2.      Penyediaan hutan dan lahan sebagai modal awal untuk pembanguan berbagai sektor terutama untuk kegiatan industri dan sektor ekonomi lainnya.
3.      Peran hutan dalam pelayanan jasa lingkungan hidup (air, paru-paru dunia, rekreasi, wisata dan lingkungan sosial (penyerapan tenaga kerja, sumber bahan baku kayu, industri dan kayu bakar

Semakin langkanya sumberdaya hutan dengan sifat-sifatnya yang khas, telah mendorong lahirnya ekonomi sumberdaya hutan sebagai objek pengetahuan sumberdaya disiplin ilmu-ilmu kehutanan yang para rimbawan perlu mempelajarinya. Sebagai sumberdaya ekonomi, pada dasarnya sumberdaya hutan bersifat lentur (versatile) berarti berpotensi sangat luwes untuk dapat dimanfaatkan dalam banyak ragam komoditi akhir, bahkan komoditi-komoditi sumberdaya hutan itu dapat dimanfaatkan berulang kali (Wirakusumah, 2003).
Ciri sumberdaya hutan yang penting adalah peranannya sebagai sistem penunjang kehidupan. Dalam hal ini hutan tropika berperan sebagai paru-paru dunia yang merupakan barang publik (international public goods) dan sumber keragaman hayati. Peran tersebut selain menyebabkan tingginya konsentrasi, juga telah menyebabkan adanya tekanan dunia internasional terhadap kegiatan pembangunan kehutanan dan perkebunan. Komitmen internasional yang disepakati pemerintah sebagaimana tertuang dalam nota kesepahaman dengan International Monetary Fund (IMF) serta Consultative Group on Indonesia (CGI) akan merupakan bagian penting dari pembangunan kehutanan dan perkebunan di masa mendatang (Wirakusumah, 2003).


D.    Ciri Khas dan Produk Hasil Hutan
Menurut Worrell kegiatan kehutanan mempunyai ciri khas yang spesifik di bandingkan dengan aktivitas produksi yang lain. Seperti pertanian, perikanan dan beberapa bidang kegiatan lain. Kehutanan berdasarkan dalam menumbuhkan produk dibandingkan dengan memprosesnya. Kehutanan memerlukan waktu yang lama dalam memproduksi kayu. Banyak produk kehutanan misalnya kayu baru sampai ke konsumen stelah puluhan bahkan sampai ratusan tahun sejak mulai di tanam. Sifat produk sumberdaya hutan, yaitu (Jayantoro, 2010):
1.      Kayu merupakan produk multiguna, sehingga diperlukan banyak jenis industri dan produk kayu hampir selalu berperan pada setiap tahapan perkembangan teknologi dan perekonomian.
2.      Konsumsi hasil hutan (kayu dan bukan kayu) relatif stabil dan investasi usahanya relatif kecil serta pengembalian modalnya dapat cepat kembali pada areal hutan alam.
3.      Memiliki ”forward lingkage” dan ”backward lingkage” yang kuat terhadap perkembangan sektor ekonomi lainnya.
4.      Mendorong berkembangnya ekonomi pedesaan, karena sifat produk sumberdaya hutan tersebar dan volume produksinya besar, biaya angkut tinggi, sehingga dapat menciptakan kegiatan ekonomi di permukiman dekat kawasan hutan.
5.      Industri hasil hutan relatif lebih muda didirikan, biasanya tidak memerlukan input teknologi tinggi dan skala usaha tidak terlalu besar.

Demikian juga bahwa dari hutan tidak hanya dihasilkan barang berupa kayu akan tetapi produk jasa yang lain seperti rekreasi, air, pengaruhnya terhadap iklim mikro. Lebih lanjut Worrell mengemukakan bahwa produk barang dan jasa dari dalam hutan dapat dikategorikan dalam enam kelas yaitu (Worrel dalam Fauzi, 2004):
1.      Produk berupa kayu
2.      Produk vegetatif seperti madu, damar, maple sirup
3.      Hasil dari binatang seperti kulit, ikan, binatang liar
4.      Air
5.      Rekreasi
6.      Perlindungan dari banjir, angin dan erosi

Oleh sebab itu dalam kaitannya dengan permintaan akan hasil hutan dikenal adanya “permintaan langsung” dan “permintaan turunan”. Dikatakan permintaan turunan karena kebanyakan hasil hutan dibutuhkan oleh produsen untuk diproses lagi menjadi barang yang nantinya siap untuk dipakai oleh konsumen akhir (Fauzi, 2004).

E.     Permintaan dan Penawaran
1.      Pengertian Permintaan dan Penawaran
Permintaan adalah jumlah barang atau komoditi yang diminta oleh pembeli untuk memenuhi kebutuhan masyarakat sosial dalam suatu pasar ekonomi. Penawaran adalah jumlah barang atau komoditi yang akan diproduksi dan ditawarkan untuk dijual dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat sosial dalam suatu pasar ekonomi (Gunawan, 2012).

2.      Hukum Permintaan dan Penawaran
Hukum permintaan adalah makin tinggi harga suatu barang, makin sedikit jumlah barang yang diminta dan sebaliknya makin rendah harga suatu barang makin banyak jumlah barang yang diminta. Adanya kenaikan permintaan menyebabkan kenaikan harga pada harga ekuilibrium maupun kuantitas ekuilibrium, hal ini dikarenakan naiknya harga menyebabkan turunnya daya beli konsumen dan akan berakibat berkurangnya jumlah permintaan. naiknya harga barang akan menyebabkan konsumen mencari barang pengganti yang harganya lebih murah. Penurunan permintaan akan menyebabkan penurunan harga ekuilibrium maupun kuantitas ekuilibrium (Gilarso, 2003).
Hukum penawaran adalah makin tinggi harga suatu barang, makin banyak jumlah barang yang ditawarkan oleh para penjual dan sebaliknya makin rendah harga suatu barang, makin sedikit jumlah barang yang ditawarkan. Kenaikan harga penawaran akan menyebabkan penurunan harga ekuilibrium dan menyebabkan kenaikan kuantitas ekuilibrium. Penurunan penawaran menyebabkan kenaikan harga ekuilibrium dan menyebabkan penurunan kuantitas ekulibrium. Dalam hukum penawaran jumlah barang yang ditawarkan akan berbanding lurus dengan tingkat harga, di hukum penawaran hanya menunjukkan hubungan searah antara jumlah barang yang ditawarkan dengan tingkat harga (Gilarso, 2003).

3.      Kurva Permintaan dan Penawaran
Kurva permintaan adalah kurva yang menggambarkan sifat hubungan antara harga suatu barang tertentu dengan jumlah barang yang diminta pembeli. Kurva permintaan dibuat berdasarkan data riil di masyarakat tentang jumlah permintaan suatu barang pada berbagai tingkat harga, yang disajikan dalam bentuk tabel.  Dengan menggunakan schedul permintaan, besarnya permintaan barang dan jasa pada berbagai tingkat harga dapat diketahui  dengan mudah (Gilarso, 2003).
Kurva penawaran adalah suatu kurva yang menunjukkan hubungan antara harga sesuatu barang tertentu dengan jumlah barang yang ditawarkan. Dalam kurva penawaran perlu dibedakan antara dua pengertian yaitu penawaran dan jumlah barang yang ditawarkan. Penawaran berarti keseluruhan kurva penawaran. Kurva penawaran bergerak dari kiri bawah ke kanan atas yang menunjukkan bahwa jika harga barang tinggi, para penjual atau produsen akan menjual dalam jumlah yang lebih banyak. Adapun jumlah barang yang ditawarkan berarti jumlah barang yang ditawarkan pada suatu tingkat harga tertentu (Gilarso, 2003).

4.      Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan dan Penawaran
a.       Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan
Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan diantaranya, sebagai berikut (Gunawan, 2012):
1)      Selera, apabila selera konsumen terhadap suatu barang dan jasa tinggi maka akan diikuti dengan jumlah barang dan jasa yang diminta akan mengalami peningkatan, demikian sebaliknya.
2)      Pendapatan konsumen, apabila pendapatan konsumen semakin tinggi akan diikuti daya beli konsumen yang kuat dan mampu untuk membeli barang dan jasa dalam jumlah yang lebih besar, demikian sebaliknya.
3)      Harga barang/jasa pengganti, konsumen akan cenderung mencari barang atau jasa yang harganya relatif lebih murah untuk dijadikan alternatif penggunaan.
4)      Harga barang/jasa pelengkap, keduanya merupakan kombinasi barang yang sifatnya saling melengkapi.
5)      Perkiraan harga di masa datang, apabila konsumen menduga harga barang akan terus mengalami kenaikan di masa datang, maka konsumen cenderung untuk menambah jumlah barang yang dibelinya.
6)      Intensitas kebutuhan konsumen, bila suatu barang atau jasa sangat dibutuhkan secara mendesak dan dirasakan pokok oleh konsumen, maka jumlah permintaan akan mengalami peningkatan.

b.      Faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran
Faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran diantaranya, sebagai berikut (Gunawan, 2012):
1)      Biaya produksi, harga bahan baku yang mahal akan mengakibatkan tingginya biaya produksi dan menyebabkan produsen menawarkan barang dalam jumlah terbatas untuk menghindari kerugian karena takut tidak laku.
2)      Teknologi, adanya kemajuan teknologi akan menyebabkan pengurangan terhadap biaya produksi dan produsen dapat menawarkan barang dalam jumlah yang lebih besar lagi.
3)      Harga barang pelengkap dan pengganti, apabila harga barang pengganti mengalami kenaikan maka produsen akan memproduksi lebih banyak lagi karena berasumsi konsumen akan beralih ke barang pengganti karena harganya lebih murah.
4)      Pajak, semakin tinggi tarif pajak yang dikenakan akan berakibat naiknya harga barang dan jasa yang akan membawa dampak pada rendahnya permintaan konsumen dan berkurangnya jumlah barang yang ditawarkan.
5)      Perkiraan harga barang di masa datang, apabila kondisi pendapatan masyarakat meningkat, biaya produksi berkurang dan tingkat harga barang dan jasa naik, maka produsen akan menambah jumlah barang dan jasa yang ditawarkan.
6)      Tujuan dari perusahaan, bila perusahaan berorientasi untuk dapat menguasai pasar, maka dia harus mampu menekan harga terhadap barang dan jasa yang ditawarkan sehingga keuntungan yang diperoleh kecil.








BAB III
PEMBAHASAN

A.    Tabel Permintaan Pulp Sebagai Hasil Hutan Kayu
Berdasarkan badan pusat statistik kementerian kehutanan diperoleh data permintaan pulp di Indonesia dari tahun 2009 sampai 2013, sebagai berikut :
Tahun
Jumlah Permintaan (Kg)
Harga (US$)
2013
3.745.385.137
1.845.814.927
2012
3.196.288.917
1.545.399.745
2011
2.933.915.991
1.554.610.336
2010
2.572.338.903
1.465.940.916
2009
2.243.968.917
867.236.134
Rata-rata
2.938.379.573
1.455.800.412

Sumber : Badan Pusat Statitsik Kementerian Kehutanan 2013

B.     Grafik

C.    Pembahasan
Hasil hutan meliputi kayu olahan dan hasil hutan bukan kayu. Kayu olahan mencakup kayu gergajian, kayu lapis, wood charcoal, pulp, veneer sheets, particle board dan fibreboard. Sedangkan hasil hutan bukan kayu meliputi antara lain sirlak, getah, bahan penyamak, terpentin, barang anyaman dari rotan.
Berdasarkan tabel permintaan pulp di Indonesia dari tahun 2009 sampai 2013, diperoleh bahwa pada tahun 2009 jumlah permintaan mencapai 2.243.968.917 Kg dengan harga US$ 867.236.134, pada tahun 2010 jumlah permintaan mencapai 2.572.338.903 Kg dengan harga US$ 1.465.940.916, pada tahun 2011 jumlah permintaan mencapai 2.933.915.991 Kg dengan harga US$ 1.554.610.336, pada tahun 2012 jumlah permintaan mencapai 3.196.288.917 Kg dengan harga US$ 1.545.339.745, pada tahun 2013 jumlah permintaan mencapai 3.745.385.137 Kg dengan harga US$ 1.845.814.927.
Dari data tabel permintaan diatas diketahui bahwa pada tahun 2013 memiliki jumlah permintaan pulp yang paling tinggi jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, dengan permintaan mencapai 3.745.385.137 Kg dengan harga US$ 1.845.814.927. Dari tahun ke tahun jumlah permintaan pulp semakin meningkat. Peningkatan permintaan ini disebabkan oleh sistem pasar dunia yang semakin terbuka, peranan sumberdaya alam Indonesia yang cukup besar sebagai penyedia bahan baku, serta biaya tenaga kerja dan energi yang dimiliki Indonesia yang relatif lebih murah dibandingkan dengan negara-negara produsen lainnya. Hal ini merupakan keunggulan komparatif Indonesia. Seiring dengan pertumbuhan kertas dalam negeri, konsumsi pulp domestik juga meningkat. Hal ini berkaitan dengan semakin beragamnya produk kertas yang dibutuhkan dan di produksi dalam negeri.
Fungsi permintaan pulp atau kertas pada dasarnya merupakan permintaan turunan dari produk akhir pulp atau kertas yang dengan input lain (seperti tenaga kerja dan modal) digunakan dalam proses produksi, sedangkan permintaan input diturunkan dari fungsi produksi individu perusahaan yang bersangkutan, dengan asumsi bahwa perusahaan tersebut memaksimalkan keuntungannya pada teknologi dan pasar tertentu. Pada sisi permintaan, permintaan domestik dan impor indonesia di analisis untuk melihat perilaku konsumen domestik terhadap konsumsi pulp atau kertas. Analisis harga domestik pulp atau kertas bertujuan untuk mengetahui besarnya pengaruh penawaran domestik dan faktor lainnya terhadap harga domestik pulp, sedangkan analisis harga pulp di pasar dunia bertujuan untuk mengetahui pengaruh penawaran pulp atau kertas dunia dan harga ekspor pulp terhadap harga dunia.
Dengan demikian permintaan domestik pulp Indonesia dipengaruhi oleh harga domestik kertas, harga impor pulp, trend waktu dan permintaan domestik pulp bedakala satu tahun.




















BAB IV
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Berdasarkan tujuan penulisan paper/makalah ini dan pembahasan materi tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa :
1.      Dari data tabel permintaan diatas diketahui bahwa pada tahun 2013 memiliki jumlah permintaan pulp yang paling tinggi jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, dengan permintaan mencapai 3.745.385.137 Kg dengan harga US$ 1.845.814.927.
2.      Berdasarkan grafik, dari tahun ke tahun jumlah permintaan pulp semakin meningkat. Peningkatan permintaan ini disebabkan oleh sistem pasar dunia yang semakin terbuka, dan juga disebabkan oleh jumlah kebutuhan akan kertas yang semakin meningkat tiap tahunnya, sehingga dari jumlah permintaan yang besar tersebut harus diimbangi dengan jumlah produksi.
3.      Analisis harga domestik pulp atau kertas bertujuan untuk mengetahui besarnya pengaruh penawaran domestik dan faktor lainnya terhadap harga domestik pulp. Dimana factor penting yang mempengaruhi besarnya permintaan pulp ialah harga domestik kertas, harga impor pulp, trend waktu dan permintaan domestik pulp sebelumnya.

B.     Saran
Dalam melakukan pengelolaan terhadap sumberdaya hutan, dalam hal ini khususnya hasil hutan berupa pulp sebagai bahan kertas, agar pemerintah dapat memaksimalkan produksi pulp, sehingga dapat memenuhi sejumlah permintaan dari tahun ke tahun.



DAFTAR PUSTAKA

Affandi. O. dan Pindi P. 2004. Perhitungan Nilai Ekonomi Pemanfaatannya Hasil Hutan Non Kayu Marketable oleh Masyarakat Desa Sekitar Hutan (Studi Kasus Cagar Alam Dolok Sibual- Buali Kecamatan Sipirok Tapanuli Selatan). Universitas Sumatera Utara Press. Medan.
Fauzi, A. 2004. Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan. Teori dan Aplikasinya. Gramedia Pustaka Utama. Bogor.
Gilarso SJ. 2003. Pengantar ilmu Ekonomi Mikro. Kanisius. Yogyakarta. 
Gunawan, Budi. 2012. Hukum Kurva Permintaan Dan Kurva Penawaran. Universitas Negeri Malang. Malang.
Jayantoro. 2010. Ekonomi Sumber Daya Alam. Universitas Indonesia Press. Jakarta.
Kementerian Kehutanan. 2013. Statistik Kementerian Kehutanan Tahun 2013. Kementerian Kehutanan. Jakarta.
Wirakusumah. 2003. Dasar-Dasar Ekologi. Universitas Indonesia Press. Jakarta.




Label:

Post a Comment

Post a Comment

Powered by Blogger.