BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi
(janin dahulu) yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan
melalui jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri).
(Manuaba,
2001)
Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi
(janin dan uri) yang dapat hidup kedunia luar,dari lahir atau dengan jalan lain
(Mochtar.R,MPH,2001). Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi
yang dapat hidup dari dalam uterus melalui vagina kedunia
luar.
(Sarwono Ilmu kebidanan Edisi 3,
1999)
Adanya
hormone estrogen dan progesterone dalam keadaan seimbang sehingga kehamilan
dapat dipertahankan. Perubahan keseimbangan estrogen dan
progesterone menyebabkan oksitosin yang dikeluarkan oleh oleh hipofise parst
posterior dapat menimbulkan kontraksi dalam bentuk Broxton hicks. Broxton hicks
akan menjadi kekuatan dominan saat mulainya persalinan dan oksitosin di duga
bekerja sama atau melalui prostaglandin yang makin meningkat mulai dari umur
kehamilan 15 minggu. Disamping itu faktor gizi ibu hamil dan keregangan otot rahim
dapat memberikan pengaruh penting untuk di mulainya kontraksi rahim.
B. Mekanisme persalinan
Mekanisme gerakan bayi memungkinkan ia untuk menyesuaikan
diri dengan pelvis ibu yakni penurunan, fleksi, rotasi dalam, ekstensi, rotasi
luar, dan pengeluaran.
a) Engangement, tertangkapnya kepala janin pada PAP
b) Decent, turunnya kepala janin ke PAP
c) Flexion (menekuk), tahanan yang diperoleh dari dasar
panggul makin besar maka makin fleksi kepala janin, dagu menekan dada dan
belakang kepala (oksiput) menjadi bagian terbawah janin, mengakibatkan masuknya
kepala janin dengan diameter terkecil melewati jalan lahir terkecil melewati
jalan lahir.
d) Internal rotation
Pemutaran bagian terendah
kebawah simpisis menyesuaikan posisi kepala janin dengan bentuk jalan lahir
e) Extentition
setelah paksi dalam
selesai dan kepala sampai vulva, lahir berturut sisiput, dahi, hidung, mulut,
dagu
f) External rotation
putaran kepala mengikuti putaran bahu
g) Expultion
pengeluaran bahu dan badan janin
C. Tahap- tahap persalinan
Terdapat empat tahap persalinan
a. kala I : Dimulai dari permulaan persalinan sampai
dilatasi serviks secara
lengkap
b. kala II : dari dilatasi serviks lengkap sampai
kelahiran bayi
c. kala III : dari kelahiran bayi sampai kelahiran
plasenta
d. kala IV : dari kelahiran plasenta sampai stabilisasi
keadaan pasien, biasanya
pada sekitar 1 jam masa nifas
● Kala 1
:
Proses membukanya servik sebagai akibat his di bagi dalam
2 fase.
1. Fase laten: kurang lebih selama 8 jam. Pembukaan
terjadi sangat lambat sampai mencapai ukuran diameter 3 cm
2. Fase aktif: dibagi dalam 3 fase lagi yaitu:
- Fase akselerasi: dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm
menjadi 4 cm
- Fase dilatasi maksimal: dalam waktu 2 jam pembukaan
berlangsung sangat cepat dari 4 cm menjadi 9 cm
- Fase deselarisasi: pembukaan menjadi lambat kembali.
Dalam waktu 2 jam pembukaan dari 9 cm menjadi lengkap
Fase-fase tersebut pada primigravida. Pada multigravida
pun terjadi demikian, akan tetapi fase laten, fase aktif, fase deselarisasi
terjadi lebih pendek.
Mekanisme pembukaan serviks berbeda antara primigravida
dan multigravida. Pada yang pertama ostium uteri internum akan membuka lebih
dahulu, sehingga serviks akan mendatar dan menipis. Baru kemudian ostium uteri
eksternum membuka. Pada multigravida ostium uteri internum sudah sedikit
terbuka.ostium uteri internum dan eksternum serta penipisan dan pendataran
serviks terjadi dalam saat yang sama.
Ketuban akan pecah sendiri ketika pembukaan hampir atau
telah lengkap. Bila ketuban telah pecah sebelum mencapai pembukaan 5 cm,
disebut ketuban pecah dini. Kala 1 selesai apabila pembukaan serviks uteri
telah lengkap. Pada primigravida kala 1 berlangsung kira-kira 13 jam ,
sedangkan pada multipara kira-kira 7 jam.
● Kala
II.
Pada kala II his menjadi lebih kuat dan lebih cepat,
kira-kira 2 sampai 3 menit sekali. Karena biasanya dalam hal ini kepala janin
sudah masuk ruang panggul, maka pada his dirasakan tekanan pada otot-otot dasar
pangggul, yang secara reflektoris menimbulkan rasa mengedan. Wanita merasa pula
tekanan pada rektum dan hendak buang air besar. Kemudian perineum mulai
menonjol dan menjadi lebar dengan anus membuka. Labia mulai membuka dan tidak
lama kemudian kepala janin tampak dalam vulva pada waktu his. Bila dasar
panggul sudah lebih berelaksasi kepala janin tidak masuk lagi diluar his, dan
dengan his dan kekuatan mengedan maksimal
kepala janin dilahirkan dengan suboksiput dibawah simfisis dan dahi, muka dan
dagu melewati perineum. Setelah istirahat sebentar, his mulai lagi untuk
mengeluarkan badan, dan anggota bayi. Pada primigravida kala II berlangsung
rata-rata 1,5 jam dan pada multipara rata-rata 0,5 jam.
● Kala
III
Setelah bayi lahir,
uterus teraba keras dengan fundus uteri agak di atas pusat beberapa menit kemudian uterus
berkontraksi lagi untuk melepaskan plasenta dari dindingnya. Biasanya plasenta
lepas dalam 6 sampai 15 menit setelah bayi lahir dan keluar spontan atau dengan
tekanan pada fundus uteri. Pengeluaran plasenta disertai dengan pengeluaran darah.
● Kala
IV
Seperti diterangkan di
atas, kala ini dianggap perlu untuk mengamat-amati apakah ada perdarahan
postpartum.
D. Faktor- faktor yang mempengeruhi persalinan
Ada 5 faktor yang penting dalam persalinan yaitu;
a. Power
Tenaga, his, kontraksi otot dinding uterus, kontraksi
diafragma pelvis / kekuatan mengejan, ketegangan / kontraksi ligamentum
rotundum.
b. Passanger
Faktor yang berasal dari janin dan plasenta.
c. Passage
Faktor yang berasal dari jalan lahir lunak ataupun jalan
lahir keras.
d. Persiapan penolong
e. Psikis
Apabila ke 5 faktor di atas berjalan dengan baik tanpa
adanya alasan intervensi maka persalinan tersebut berjalan normal, tetapi
apabila terjadi penyimpangan pada kelima faktor diatas sehingga memerlukan
bantuan dari luar.
E. Perubahan fisik setelah post partum
a.
Kembalinya rahim kebentuk
asalnya
Pada waktu hamil dapat terjadi perubahan besar pada otot
rahim, yang mengalami pembesaran ukuran karena pembesaran selnya (hipertrofi)
dan pembesaran ukuran karena pertambahan jumlah selnya (hiperplasia). Sehingga dapat menampung
pertumbuhan dan perkembangan janin sampai cukup bulan dengan berat lebih dari
2500 gram. Berta rahim menjadi sekitar 1 kg, yang semula hanya 30 gram. Stelah
persalinan terjadi proses baliknya disebut “involusi” (kembalinya rahim
keukuran semula) dimana secara berangsur otot rahim mengecil kembali, sampai
seberat semula pada minggu ketujuh (42 hari). Proses ini berlansung cepat
dengan perkiraan urutan setelah persalinan : tempat implantasi plasenta segera
tertutup epitel sebagai proses penyembuhan, sehingga tidak terjadi sumber
perdarahan dan tempat masuknya infeksi. Liang senggama yang meregang karena
proses persalinan akan mengecil, sehingga seminggu setelah persalinan hanya
dapat di lalui satu jari. Robekan pada liang senggama, menyembuh dengan
sensirinya. Hanya robekan yang terdapat dalam mulut rahim memerlukan perhatian,
karena mungkin sukar sembuh dan dapat menjadi luka menahun (kronis) sebagai
sumber infeksi atau mengalami degenerasi ganas.
b.
Perubahan lokea
Lokea adalah cairan yang keluar dari liang senggama pada
masa nifas. Cairan ini dapat berupa darah atau sisa lapisan rahim. Urutan
pengeluaran lokea ini terjadi dimulai oleh keluarnya lokea rubra, berupa darah,
agak gelap, mungkin ada gumpalan darah terjadi antara 2 sampai 5 hari.
Macam- macam lokea :
1) Lokea rubra (hari 1-4): Jumlahnya sedang, berwarna
merah, dan terutama darah.
2) Lokea serosa (hari 4-8): Jumlahnya berkurang dan
berwarna merah muda (hemoserosa).
3) Lokea alba (hari 8-14): Jumlahnya sedikit, berwarna
putih atau hampir tidak berwarna.
c.
Perubahan kulit
Pada waktu hamil terjadi pigmentasi kulit pada beberapa
tempat karena proses hormonal. Pigmentasi ini berupa kloasma gravidarum pada pipi,
hiperpigmentasi kulit sekitar payudara, hiperpigmentasi dinding perut (striae
gravidarum). Setelah persalinan, hormonal berkurang dan hiperpigmentasi
menghilang. Pada dinding perut akan menjadi putih mengkilap yaitu ”striae
albican”
d.
Perubahan dinding perut
Otot dinding perut memanjang sesuai dengan besarnya pertumbuhan hamil. Setelah persalinan dinding perut
kendor, dan lebih kendor sesuai dengan jumlah kehamilan. Tetapi kendornya
dinding perut dapat dikurangai dengan jalan melakukan latihan dinding perut
melalui senam kesegaran jasmani.
e.
Buang air besar dan
berkemih
Pada persalinan normal masalah berkemih dan buang air
besar tidak mengalami hambatan apapun. Buang air besar akan biasa setelah
sehari, kecuali ibu takut pada luka episiotomi. Bila sampai 3 hari belum buang
air besar sebaiknya dilakukan “ klisma” untuk merangsang buang air besar
sehingga tidak mengalami sembelit dan mengakibatkan jahitan terbuka. Tentang
berkemih, sebagian besar mengalami pertambahan air seni, karena terjadi
pengeluaran air tubuh berlebih, yang disebabkan oleh pengenceran (hemodilusi)
darah pada waktu hamil. Keadaan demikian adalah normal bila air seni seret,
perlu dilakukan evaluasi penyebabnya.
F. Perubahan psikologis ibu post partum
a.
Dependent : taking in
§ Fokus kediri
ibu: pemenuhan kebutuhan
§ 24 jam
pertama(1-2 hari)
§ Gembira
dan banyak bicara dengan pengalaman persalinannya
§ Ingin
menceritakan pengalaman bersalin
b.
Dependent- independent :
taking hold
§ Mulai
hari 2-3,berakhir hari ke 10/ beberapa minggu
§ Ibu
fokus pada perawatan bayi dan kemampuan menjadi seorang ibu
§ Mengatasi
ketidaknyamanan fisik dan perubahan emosional
c.
Interdependent : letting
go
§ Fokus
: perubahan ke keluarga sebagai kesatuan dan interaksi dengan anggota keluarga
lain.
§ Penyesuaian
diri dengan ketergantungan bayi
§ Keinginan
merawat diri dan pasangan peran
§ Memulai
hubungan dengan pasangan/suami
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi
Persalinan normal adalah pervaginam tanpa bantuan apapun
tidak kurang dari 18 jam, tanpa adanya gangguan jalannya persalinan.
Tanda- tanda persalinan normal:
1. Timbulnya his persalinan ialah his pembukaan dengan
sifatnya sebagai berikut :
- Nyeri melingkar dari punggung memancar ke perut bagian
depan.
- Teratur
- Makin lama makin pendek intervalnya dan makin kuat
intensitasnya.
- Kalau di bawa berjalan bertambah kuat.
- Mempunyai pengaruh pada pendataran dan atau pembukaan
cervix.
3. Keluarnya lendir berdarah dari jalan lahir (show).
- Dengan pendataran dan pebukaan, lendir dari canalis
cervikalis keluar disertai dngan sedikit darah.
- Perdarahan yang sedikit ini disebabkan karena lepasnya
selaput ajnin pada bagian bawah segmen bawah rahim hingga beberapa kapilair
terputus.
4.
Keluarnya cairan banyak
dengan sekonyong-konyong dari jalan lahir
Hal ini terjadi kalau ketuban pecah atau selaput janin
robek. Ketuban itu biasanya pecah, kalau pembukaan lengkap atau hampir lengkap
dan dalam hal ini keluarnya cairan merupakan tanda yang lambat sekali.
Tetapi kadang-kadang ketuban itu pecah pada pembukaan
kecil, malahan kadang-kadang selaput janin robek sebelum persalinan.
Walaupun selaput robek sebelum persalinan, kita boleh
mengharapkan bahwa persalinan akan mulai dalam 24 jam setelah air ketuban
keluar.
Ketuban dinyatakan pecah dini bila terjadi sebelum proses
persalinan berlangsung. Ketuban pecah dini disebabkan oleh karena berkurangnya
kekuatan nmembran atau meningkatnya tekanan intra uteri atau oleh kedua faktor
tersebut. Berkurangnya kekuatan membrane disebabkan adanya infeksi yang dapat
berasal dari vagina serviks.
(Sarwono Prawiro, 2002)
Ketuban pecah dini merupakan pecahnya ketuban sebelum
terdapat tanda persalinan dan ditunggu satu jam sebelum dimulainya tanda
persalina, waktu sejak pecah ketuban sampai terjadi kontrasi rahim disebut
kejadian ketuban pecah dini (periode laten ).
(Ida
Bagus Manuaba EGC, 1998)
Ketuban pecah dini merupakan masalah penting dalam
obstetric terkaitan dengan penyulit kelahiran premature dan terjadinya infeksi
khorioamnionitis sampai sepsis yang meningkatkan morbiditas dan mortalitas
perinata, dan menyebabkan infeksi ibu.
(Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal
dan Neonatal, 2001)
Ketuban pecah dini atau sponkaneous/early/premature
rupture of the membrane (PROM) adalah pecahnya ketuban sebelum partus yaitu
bila pembukaan pada premi dari 3 cm dan pada multipara kurang dari 5 cm.
(Rustam Mochtar, 1998)
2. Etiologi
Penyebab ketuban pecah dini mempunyai dimensi
multifaktorial yang dapat dijabarkan sebagai berikut:
- Serviks inkompeten.
- Ketegangan rahim berlebihan: kehamilan ganda,
hidramnion.
- Kelainan letak janin dalam rahim: letak sungsang,
letak lintang.
- Kemungkinan kesempitan panggul: bagian terendah belum
masuk PAP.
- Infeksi yang menyebabkan terjadinya proses biomekanik
pada selaput ketuban dalam bentuk proleolitik sel sehingga memudahkan ketuban
pecah.
-
5. Patofisiologi
a. Terjadi penbukaan premature serviks.
b. Membrane terkait dengan pembukaan terjadi: selaput
ketuban tidak kuat sebagai akibat kurangnya jaringan ikat dan vaskularisasi.
c. Bila terjadi pembukaan serviks maka selaput ketuban
sangat lemah dan mudah pecah dengan mengeluarkan air ketuban.
d. Melemahnya daya tahan ketuban dipercepat dengan
infeksi yang mengeluarkan enzim: enzim proteolitik dan enzim kolagenase.
6. Manifestasi klinis
a. Keluar air ketuban warna putih keruh, jernih, kuning,
hijau atau kecoklatan sedikit-sedikit atau skaligus banyak.
b. Dapat disertai demam bila sudah ada infeksi.
c. Janin mudah diraba.
d. Pada pemeriksaan dalam, selaput dalam sudah tidak ada
air ketuban, sudah kering.
e. Inspekulo: tampak air ketuban mengalir atau selaput
ketuban tidak ada dan air ketuban sudah kering.
7. Komplikasi ketuban pecah dini
a. Infeksi intrapartum (korioamnionitis)
b. Persalinan preterm, jika terjadi pada usia kehamilan
preterm
c. Prolaps tali pusat
d. Oligohidamnion
8. Pemeriksaan diagnostic
1. Ultrasonografi
ultrasonografi dapat mengidentifikasikan kehamilan ganda,
anomaly janin, atau melokalisai kantong amnion pada amniosintesis.
2. Amniosintesis
cairan amnion dapat dikirim ke laboratorium untuk
evaluasi kematangan paru janin.
3. Pemantauan janin
membantu dalam mengevaluasi janin.
4. Protein C-reaktif
peningkatan protein C-reaktif serum menunjukkan
peningkatan korioamnionitis.
5. Histopatologi
cairan ditampung dalam tabung reaksi kemudian dibakar
sampai tertinggal endapan tersebut dilihat dibawah mikroskop dan bila air
ketuban mengalami kelainan maka akan terlihat seperti daun pakis.
6. Kertas lakmus
bila merah menunjukkan cairan mengandung urine yang
bersifat asam, bila biru menunjukkan cairan mengandung air ketuban yang
bersifat basa.
9. Penatalaksanaan
a. Penanganan umum:
Ø Konfirmasi
usia kehamilan,kalau ada dengan USG
Ø Lakikan
pemeriksaan inspekulo untuk menilai cairan yang keluar (jumlah, warna, bau) dan
membedakannya dengan urin. Dengan pemeriksaan tes lakmus,bila kertas lakmus
biru menunjukkan air ketuban (basa), dan bila kertas lakmus merah menunjukkan
cairan urine (asam)
Ø Jika
ibu mengeluh perdarahan pada akhir kehamilan (setelah 32 minggu), jangan
melakukan menit pemeriksaan dalam secara digital
Ø Tentukan
ada tidaknya infeksi
Ø Tentukan
tanda-tanda inpartus
b. Penanganan khusus:
Konfirmasi diagnosis:
Ø Bau
cairan ketuban yang khas
Ø Jika
keluarnya cairan ketuban sedikit-sedikit, tampung cairan yang keluar dan nilai
1 jam kemudian
Ø Dengan
speculum DTT, lakukan pemeriksaan inspekulo, nilai apakah cairan keluar melalui
ostium uteri atau terkumpul di forniks posterior
(Prawirohardjo, 2002)
c. Penanganan konservatif:
Ø Rawat
di rumah sakit
Ø Berikan
antibiotic (ampisilin 4 x 500 mg atau erittromisin bila tidak tahan ampisilin)
dan metronidazol 2 x 500 mg selama 7 hari
Ø Jika
umur kehamilan < 32 – 34 minggu, dirawat selama air ketuban masih keluar
atau sampai air ketuban tidak keluar lagi
Ø Jika
usia kehamilan 32 -37 minggu, belum inpartu, tidak ada infeksi,tes busa
negative; beri deksametason, observasi tanda-tanda infeksi dan kkesejahteraan
janin, terminasi pada kehamilan 37 minggu
Ø Jika
usia kehamilan 32 – 37 minggu, sudah inpartu,tidak ada infeksi, berikan
tokolitik (salbutamol), deksametason dan induksi sesudah 24 jam
Ø Jika
usia kehamilan 32 -37minggu, ada infeksi, beri antibiotic dan lakukan induksi
Ø Nilai
tanda-tanda infeksi (suhu, lekosit, tanda-tanda infeksi intra uterin). Klien
dianjurkan pada posisi trendelenburg untuk menghindari prolap tali pusat.
d. Penanganan aktif:
Ø Kehamilan
>37 minggu, induksi dengan oksitosin, bila gagal seksio sesarea. Dapat pula
diberikan misoprotal 50 μg intravaginal tiap 6 jam maksimal 4 kali
Ø Bila
ada tanda-tanda infeksi berikan antibiotic dosis tinggi dan persalinan
diakhiri:
a. Bila skor pelvic < 5, lakukan pematangan serviks
kemudian induksi, jika tidak berhasil, akhiri persalinan dengan seksio sesarea
b. Bila skor pelvic > 5, induksi persalinan, partus
pervaginam
(prawirohardjo, 2002)
Implikasi keperwatan/ diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan
|
Tujuan
|
Intervensi
|
Rasional
|
Resti infeksi berhubungan dengan
peningkatan paparan terhadap organisme, penurunan daya tahan terhadap
mikroorganisme penyebab infeksi
|
Mencapai penyembuhan luka tepat
waktu
|
1.Informasikan
pada klien tentang pentingnya personal hygine
2.ajarkan
teknik cuci tangan yang benar
|
1. Mencegah
terpajan mikroorganisme infeksius
2. Mencegah
kontaminasi silang menurunkan resiko tinggi infeksi
|
Cemas berhubungan dengan adanya
ancaman bahaya
|
Cemas dapat berkurang secara
efektif
|
1. Menggali
bahwa individu cemas dan menyadari situasi yang secara potensial dapt
mencetuskan cemas, seperti yang ditunjukan sarat secara fisiologis, emosional
dan perilaku
2. Mendorong
individu menggali cemas dan ekspresikan segala kecemasannya
|
1. Selain
cemas ekspresikan kemarahan juga adalah reaksi yang sering terhadap suatu
penyakit
2. Ekspresinya
dapt berupa agresi, suatu reaksi kompleks perasaan dan perilaku dengan
intensitas, durasi dan ekspresi yang berbeda
|
Resiko kekurangan volume cairan
berhubungan dengan peningkatan aktifitas, metabolisme tubuh
|
1.Input
dan output volume cairan seimbang
2.Berat
badan bertambah
|
1. Observasi
dan catat masukan volume cairan
2. Pantau
berat badan setiap hari
|
1. Mengawasi
masukan kebutuhan cairan
2. Mengetahui
berat badan atau aktifitas intervensi
|
Kasus 24:
Ny. Y 24 tahun GI Po Ao usia gestasi 40 minggu. Masuk RS
21 juni 2005 jam 09:45 WIB. Dan anda melakukan pengkajian pada jam 10:00 WIB.
Dx medis PROM dari pemeriksan lab darah positif terdapat gambaran seperti pakis
dari cairan yang diambil pervaginam. Pemeriksaan VT pembukaan I ketuban telah
pecah warna jernih. Blood slym (negatif) kien mengeluh mulas-mulas sejak tadi
malam setelah sholat magrib. Klien mengaku cemas dengan keaadaannya. Klien
menyatakan agar bayinya dapat lahir dengan selamat. His 1X10 menit durasi 20
menit. TD 100/70 mmHg. Nadi kuat teratur 80x/menit.T 37,0 oC. Tampak
klien berkeringat banyak, baju klien basah dan lembab.
Soal A:
1.
buat NCP sesuai dengan
data yang ada
2.
bagaimana dengan
implementasi dan evaluasi terkait dengan data berikut
pada siang harinya sebelum berganti dinas, anda melakukan
evaluasi dari intervensi yang anda lakukan pukul 13:30 WIB didapatkan data,
tampak klien semakin lemah TD 100/70 mmHg, Nadi kuat 86x/mnt, RR 24x/mnt, T
37,0o C, pemeriksaan leokosit 13000 mm3. klien
cemas dengan persalinannya. Anda memberikan penjelasan tentang cara nafas dalam
bila nyeri timbul, tetapi klien tidak dapat berkonsentrasi karena cemasnya.
Klien dipasang IV FD Nacl 0,9 % 20 tetes per menit. His 2x / 10 mnt, durasi 20
menit pembukaan 2.
A. Pengkajian
1. Identitas
pasien
# Nama : Ny. Y
# Umur : 24
tahun
2. Keluhan
utama
# Ny.Y mengeluh mulas-mulas sejak tadi malam
setelah solat maghrib
# Ny.Y mengeluh c emas dengan keadaannya
# Ny.Y menanyakan apakah bayinya dapat lahir
dengan selamat.
3. Riwayat
obstetric
a) Riwayat
haid
- Menarche
: 16 tahun
- Siklus : 28 hari
- Durasi : 1 minggu
b) Riwayat
kehamilan sekarang
c) Kehamilan
ke : I
d) HPHT : 05 September 2004
e) HPL :21 Juni 2005
4. Pemeriksaan
umum:
- tinggi
badan
- berat
badan
- TTV :-TD
:100/70 mmHg
-N
: 80x/mnt
-RR
: 20x/mnt
-T
: 37,0 c
5. Pemerisaan
penunjang :
- leokosit
: 13 ribu mm3 (13.30)
- pemeriksaan
air ketuban : tampak gambaran seperti pakis dari cairan ketuban
B. ANALISA DATA :
No.
|
Data yang di dapat
|
Masalah keperawatan
|
1.
|
Ds :- klien
memengaku cemas dengan keadaannya
- klien
menyatakan agar bayinya dapat lahir dengan selamat.
Do ; -
|
cemas
|
2.
|
Ds : -
Do :-klien tampak berkeringat
banyak
-baju
klien basah dan lembab
|
Kekurangan volume cairan
|
3.
|
Ds: klien
mengeluh mulas-mulas sejak tadi malem setelah sholat magrib.
Do: pemeriksaan VT pembukaan 1,
ketuban telah pecah, warna jernih
|
nyeri
|
B.
Diagnosa
Keperawatan:
a. Cemas berhubungan
dengan kurang informasi tentang kehamilan
b. Resti
infeksi berhubungan dengan peningkatan pemajanan mikroorganisme
c. Kekurangn
volume cairan berhubungan dengan diaforesis meningkat
NO
|
Diagnosa
Keperawatan
|
Tujuan/ criteria
hasil
|
Intervensi
|
Rasional
|
1
|
Cemas b/d kurangnya informasi tentang
kehamilannya.
|
Setelah dilakukan asuhan keperawatan
1x30 menit klien mampu menunjukkan berkurangnya rasa cemas dan mampu
mengatasi koping dengan criteria hasil:
Ø Menggunakan
teknik pernafasan dan relaksasi dengan efektif
Ø Mengungkapkan
pemahaman situasi individu dan kemungkinan hasil lahir
Ø Tampak
rileks; TTV ibu dalam batas normal:
TD:120/90mmHg
Nadi: 70-100x/menit
RR: 20x/menit
|
1. Jelaskan
prosedur intervensi keperawatan dan tindakan.pertahankan komunikasi
terbuk;diskusikan dengn klien kemungkinan efek samping dan hasil pertahankan
sikap optimistic
2. Orientasikan
klien dengan pasangan pada lingkungan persalinan
3. Anjurkan
teknik relaksasi
4. Anjurkan
pengungkapan rasa takut atau masalah
5. Pantau
tanda vital ibu dan janin
|
1. Pengetahuan
tentang alas an untuk aktifitas ini dapat menurunkan rasa takut dari
ketidaktahuan
2. Membantu
klien dan orang terdekat merasa mudah dan lebih nyaman disekitar kita
3. Memungkinkan
klien mendapatkan kemungkinan maksimum dari periode istirahat: mencegah
kelelahan otot dan memperbaiki aliran uterus
4. Dapat
membantu menurunkan ansietas dan merangsang identifikasi perilaku koping
5. Tanda
vital klien dan janin dapat berubah karena ansietas. Stabilisasi dapat
menunjukkan penurunan tingkat ansietas/
|
2
|
Resti infeksi b/d peningkatan
pemajanan mikro organisme
|
Setelah dilakukan asuhan keperawatan
1x 30 menit diharapkan klien dapat terbebas dari infeksi dengan criteria
hasil:
· suhu
tubuh normal: 370 C
· jumlah
leukosit normal (5000-10000/mm3)
· cairan
amniotic jernih, hampir tidak berwarna dan berbau
|
1. Lakukan
pemeriksaan vagina awal: ulangi bila kontraksi atau perilaku klien menandakan
kemajuan persalinan bermakna
2. Tekankan
pentingnya cuci tangan yang baik dan tepat
3. Gunakan
teknik aseptic selama pemeriksaan vagina
4. Pantau
suhu, nadi, pernafasan. SDP sesuai indikasi
5. Pantau
dan gambarkan karakter cairan amniotik
|
1. Pengulangan
pemeriksaan vagina berperan dalam insisen infeksi asenden
2. Menurunkan
resiko yang memerlukan atau menyebar agen
3. Membantu
mencegah pertummbuhan bakteri: membatasi kontaminasi dari pencapaian kevagina
4. Dalam
4 jam membrane rupture, insiden karioamnionitis meningkat secara progresif,
ditunjukkan dengan meningkatkan TTV dan SDP
5. Pada
infeksi cairan amniotic menjadi lebih kental dan kuning pekat dan bau kuat
dan dapat dideteksi
|
CATATAN PERKEMBANGGAN/PROGRES NOTE
I. Implementasi
NO Dx
|
Tanggal jam
|
Implementasi
|
Respon
|
Ttd
|
1
|
21 juni 2005
jam 13.30 wib
|
1. Ajarkan
pada klien tentang pentingnya personal hygiene
2. Berikan
anti biotik dan anti infektikum
3. Kaji
pada daerah vagina
|
1. Klien
mengerti dan mampu melakukan personal hygiene dengan baik
2. Klien
mampu di ajak bekerja sama
3. Klien
bebas dari infeksi
|
|
2
|
21 juni 2005
jam 13.30 wib
|
1. Mengukur
tingkat kecemasan denagn melihat tanda fisik pada ibu serta mengukur TTV
2. Memberikan
suport yang adekuat dengan cara meminta pasangan berada disamping ibu selama
pemeriksaan
3. Mengajarkan
teknik nafas dalam dan teknik relaksasi
4. Mengurangi
kecemasan ibu dengan memberi informasi yang adekuat tentang proses persalinan
yang dihadapi
5. Mengurangi
kecemasan ibu ndengan memberikan informasai tentang
prosedur penatalaksanaan selama persalinan
|
1. Klien
tampak tenang dalam pemeriksaan
2. Pasangan
(suami) mendampingi klien saat pemeriksaan dan ibu tampak lebih nyaman
3. Klien
mampu menggunakan teknik nafas dalam sehingga cemas dapat diminimalkan
4. Psikologis
ibu tampak kembali lebih normal dan ibu tampak lebih tenang
5. Klien
mengatakan merasa tenang setelah mendapatkan informasi yang telah diberikan
|
|
3
|
21 juni 2005
jam 13.30 wib
|
1. Mengukur
intake dan output cairan sesuai dengan kebutuhan tubuh
2. Menimbang
BB
3. Mengukur
tingkay pengetahuan ibu tentang pentingnya cairan tubuh dalam persalinan
4.
|
1. Kebutuhan
cairan pada klien tampak terpenuhi
2. Klien
mau bekerjasama
3. Klien
mampu mengungkapkan kebutuhan cairan bagi dirinya sendiri
|
II. Evaluasi
ÿÿtrpaddfl3ÿÿÿÿÿdctlÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿasÿÿlphaÿÿnumÿÿÿÿarsid10765562
No. Dxÿÿÿÿl Tanggal
|
Evaluasi
|
Ttd
|
|
1.
|
21 juni 2005
|
S:
· Klien
mengatakan nyaman ketika di lakukan pemeriksaan didaerah vagina serta klien
mengatakan mau menjaga kebersihan di daerah vagina tersebut
O:
· Klien
tidak tampak tanda-tanda infeksi pada daerah vagina
· Pemeriksaan
TTV dalam batas normal
Nadi:
80x/menit
TD:
120/70 mmHg
RR:
24x/menit
T:
37oC
A:
· Resiko
infeksi belum teratasai atau belum dapat diminimalkan
P:
· Ulangi
intervensi yang telah dilakukan
· Ulangu
pengukuran TTV
|
|
2
|
21 juni 2005
|
S:
· Klien
mengatakan lebih tenang
O:
· Pemeriksaan
TTV dengan hasil
Nadi:
80x/menit
TD:
120/70 mmHg
RR:
24x/menit
A:
· Cemas
teratasi atau hilang
P:
· Berikan
intervensi yang telah diberikan
|
|
3
|
21 juni 2005
|
S:
· Klien
mengatkan mau minum banyak
O:
· Menimbang
BB
· Turgor
kulit normal
· Elastisitas
kulit normal
A:
· Resti
kebutuhan volume cairan dapat teratasi
P:
· Pertahankan
hasil yang dapat dicapai
· Anjurkan
pada kilen untuk mempertahankan volume cairan setiap hari
· Berikan
informasi tentang status kebutuhan cairan
|
DAFTAR PUSTAKA
Doengoes, M. 1996. Rencana Asuhan perawatan maternal
bayi. Jakarta: EGC
Manuaba, Ida Bagus Gde. 1998. Ilmu kebidanan, penyakit
kandun gan dan keluarga berencana untuk pendidikan bidan. Jakarta: EGC
Mochtar, R, 1998. sinopsis obstetric, jilid I. Jakarta:
EGC
Prawirohardjo, S. 2002. buku acuan nasional pelayanan kesehatan
maternal dan neonatal, Jakarta: Bina Pustaka FKUI
Prawirohardjo, S, 2002. buku panduan praktis pelayanan
kesehatan maternal dan neonatal. Jakarta: Bina Pustaka FKUI
Taber, M.D, 1994, Kedaruratan obstetric dan ginekologi.
Jakarta: EGC
Post a Comment