RESENSI NOVEL PERAHU KERTAS
A.
Identitas
Buku
Judul:
Perahu Kertas
Penulis:
Dee / Dewi Lestari
Editor:
Hermawan Aksan
Penerbit:
Bentang Pustaka
Cetakan:
I, Agustus 2009
Tebal:
XII + 444 halaman; 20 cm
ISBN:
978-979-1227-78-0
Perahu Kertas
merupakan novel keenam Dewi Lestari atau yang lebih akrab dipanggil Dee.
Setelah sukses memikat hati para pembaca dengan buku tritologi Supernova-nya,
Dee meluncurkan sebuah novel berjudul Perahu Kertas, yang sempat mati suri
selama sebelas tahun karena dilupakan. Namun, akhirnya, novel ini berhasil
diselesaikan dalam waktu 55 hari berkat kegigihan dan kenekatan seorang Dee.
Bahkan Dee tidak meneruskan novel ini dari bab ke 34 sebagaimana yang dia
tinggalkan sebelas tahun yang lalu. Melainkan Dee menulis ulangnya dari
nol. Dan Dee pun meresmikan sebuah proyek “bunuh diri”, yakni menulis novel
sepanjang 75.000 kata dalam waktu 55 hari kerja.
Novel Dee kali ini, Perahu Kertas, berbeda dari
novel-novel Dee yang lain. Novel Perahu Kertas lebih mudah dibaca dikarenakan
kata-katanya yang ringan dan tidak terlalu berat. Tidak seperti novel Dee yang
lain, yaitu Supernova, yang mempunyai kata-kata yang berat dan banyak terdapat
istilah-istilah sains di dalamnya. Tetapi, Perahu Kertas juga merupakan novel
yang berat jika dibandingkan dengan novel chicklit atau teenlit dikarenakan
panjangnya cerita.
Jika para pembaca yang sudah membaca novel-novel
Dee sebelumnya, mungkin, pada awal-awal membaca novel ini akan beranggapan
bahwa ini bukanlah tulisan Dee, dikarenakan kata-kata yang ditulis oleh Dee di
novel ini lebih ringan dan gaya bahasanya seperti gaya bahasa para penulis
remaja pada umumnya. Namun jika novel ini ditelusuri lebih dalam, kekhasan Dee
dalam menulis sebuah cerita pasti akan muncul dalam kata-katanya yang penuh
makna dan berisi.
Sekilas novel Perahu Kertas tampak standar dan
biasa-biasa saja karena bertemakan tentang cinta. Tetapi seolah-olah
novel Perahu Kertas membuka sebuah cakrawala baru. Cerita tentang cinta namun
banyak unsur lain yang mendukung dan kuat dalam novel ini yang membuat novel
ini begitu inspiratif dan edukatif, seperti tentang mimpi, persahabatan, dan
kekeluargaan. Penggambaran tokoh, latar, dan alur yang begitu kreatif dan jelas
membuat para pembaca novel Perahu Kertas tidak segan-segan untuk bermain dengan
dunia imajinasinya dan membayangkan secara nyata apa yang terjadi dalam
ceritanya.
Cerita yang terdapat pada novel Perahu Kertas
dimulai dari kisah seorang Keenan, remaja yang baru saja lulus SMA, yang selama
enam tahun tinggal bersama neneknya di Amsterdam. Namun karena perjanjian
dengan ayahnya, Keenan terpaksa pulang ke Indonesia dan berkuliah di Bandung,
di Fakultas Ekonomi. Sementara Keenan sendiri sangat tidak menginginkannya dan
lebih memilih untuk menjadi seorang pelukis dibandingkan seorang businessman.
Keenan memiliki bakat melukis yang kuat dari ibunya dan dia tidak mempunyai
cita-cita lain selain menjadi pelukis.
Sementara, di sisi lain, ada Kugy, seorang cewek
unik yang cenderung banyak kejutan di dalam kehidupannya. Kugy juga akan
berkuliah di universitas yang sama dengan Keenan. Tak beda dengan Keenan, Kugy
pun mempunyai cita-citanya sendiri, yaitu menjadi juru dongeng. Kugy sangat
menggilai dongeng. Tak hanya mengkoleksi buku-buku dongeng dan punya taman
bacaan, Kugy juga sangat senang menulis dongeng. Walaupun Kugy yakin menjadi
seorang juru dongeng bukanlah profesi yang meyakinkan yang akan diterima dengan
mudah oleh khalayak umum. Akan tetapi, Kugy tak ingin lepas begitu saja dari
dunia tulis menulis, Kugy lantas meneruskan pendidikannya di Fakultas Sastra.
Kugy dan Keenan dipertemukan lewat pasangan Eko
dan Noni. Eko merupakan sepupu Keenan. Sementara Noni merupakan teman Kugy
sejak mereka berdua masih kecil. Mereka berempat akhirnya bersahabat karib.
Lambat laun, Kugy dan Keenan saling mengagumi dan
tanpa mereka sadari mereka saling jatuh cinta, tanpa pernah ada kesempatan
untuk saling mengungkapkan, dikarenakan situasi yang tidak memungkinkan.
Kugy sudah mempunyai pacar bernama Ojos (panggilan yang semena-mena diciptakan
oleh Kugy). Sementara Keenan saat itu sedang dicomblangkan oleh Wanda, seorang
kurator muda, yang merupakan sepupu Noni.
Persahabatan empat sekawan itu mulai merenggang
sejak adanya Wanda. Kugy lantas menjalani kegiatannya yang baru dan sibuk
dengan kegiatan itu, yakni menjadi guru relawan di sekolah darurat bernama
Sakola Alit. Di sanalah Kugy bertemu dengan Pilik, muridnya yang nakal namun
kelihatan cerdas. Pilik dan kawan-kawannya berhasil ditaklukan oleh Kugy dengan
cara, ia membuatkan mereka kisah petualangan dengan mereka sebagai tokohnya,
yang diberi judul: Jendral Pilik dan Pasukan Alit. Kugy menuliskan kisah
petualangan murid-muridnya itu di sebuah buku tulis, yang kelak diberikan
kepada Keenan.
Hubungan Keenan dan Wanda yang semula mulus,
akhirnya hancur dalam semalam. Begitu juga dengan impian Keenan yang selama ini
ia bangun dan perjuangkan, kandas dengan cara yang mengejutkan bersamaan dengan
hancurnya hubungan ia dengan Wanda. Dengan hati hancur, Keenan meninggalkan
kehidupannya di Bandung dan keluarganya di Jakarta, lalu pergi ke Ubud dan
tinggal bersama Pak Wayan yang merupakan sahabat ibunya.
Hari-hari bersama keluarga Pak Wayan, yang
semuanya merupakan seniman-seniman yang cukup disegani di Bali, sedikit demi
sedikit mulai mengobati hati Keenan. Sosok yang sangat berpengaruh dalam
penyembuhannya yaitu Luhde Laksmi, keponakan Pak Wayan. Keenan pun akhirnya
mulai bisa melukis lagi. Berbekal kisah petualangan Jendral Pilik dan Pasukan
Alit yang diberikan oleh Kugy, Keenan membuat lukisan-lukisan serial yang
menjadi terkenal dan diburu para korektor.
Kugy, yang kesepian dan kehilangan
sahabat-sahabatnya di Bandung, menata ulang hidupnya. Ia cepat-cepat lulus
kuliah dan langsung bekerja di sebuah biro iklan di Jakarta sebagai
copywritter. Di sana, ia bertemu dengan Remigius Aditya, atasan yang sekaligus
sahabat abangnya, Karel. Dengan cara yang tak terduga karier Kugy naik daun dan
menjadi orang yang diperhitungkan di kantor itu karena pemikirannya yang ajaib
dan serba spontan.
Namun sosok Remigius tidak melihat Kugy dari sisi
itu. Remi menyukai Kugy tidak hanya dari ide-idenya, tapi juga semangat dan
sisi keunikan Kugy. Dan akhirnya Remi pun harus mengakui bahwa ia jatuh hati
kepada Kugy. Sebaliknya, ketulusan Remi meluluhkan hati Kugy dan membuatnya
memilih Remi.
Keenan tidak bisa selamanya tinggal di Bali.
Kondisi kesehatan ayahnya yang memburuk, memaksanya untuk pulang ke Jakarta dan
harus menjalankan perusahaan ayahnya karena tidak mempunyai pilihan lain.
Pertemuan antara Keenan dan Kugy tidak bisa
terelakkan. Bahkan empat sekawan ini bertemu lagi dan bercanda seperti
masa-masa jayanya dulu. Semuanya dengan kondisi yang berbeda. Dan kembali hati
mereka diuji. Kisah cinta dan persahabatan selama lima tahun ini pun berakhir
dengan kejutan bagi semuanya. Akhirnya setiap hati hanya bisa memasrahkan
dirinya kemana aliran cinta membawanya.
Dari sinopsis di atas, kita bisa menghetahui,
bahwa sesungguhnya, kemanapun cinta kita dilabuhkan di suatu tempat yang kita
mau, tetapi sejujurnya, hati selalu tahu dimana sepantasnya ia
dimuarakan. Hati tidak perlu memilih siapa yang akan dicintainya, tetapi
sebaliknya, hati dipilih oleh cinta itu sendiri. Novel ini diwarnai oleh
pergelutan idealisme, tawa, tangis, dan cinta. Semua dikemas rapi oleh Dee
sehingga meninggalkan bekas yang mendalam setelah membaca novel ini.
Walaupun banyak latar yang dipakai oleh novel
ini, yaitu Belanda, Jakarta, Pantai Ranca Buaya, dan Ubud, tidak sama sekali
membuat para pembaca kebingungan saat membacanya dan menjadikan novel ini
banyak detail-detail penjelasan latar yang tidak diperlukan. Tetapi sebaliknya,
cerita ini mengalir begitu saja bagai perahu kertas yang berlayar tanpa
halangan. Meskipun pada bagian bahasa Balinya menggunakan bahasa yang termasuk
kasar karena ejekkan tetapi tidak mengurangkan nilai novel Perahu Kertas di
hati para pembaca.
Kesimpulan yang bisa didapatkan oleh para pembaca
novel Perahu Kertas sendiri tak lebih dan tak bukan adalah pujian-pujian yang
mampu membangkitkan semangat untuk membaca novel ini sendiri. Novel ini begitu
edukatif dikarenakan kita bisa banyak belajar dari novel ini. Mulai dari
bagaimana kita harus tetap semangat dalam meraih mimpi-mimpi kita. Dan
ada satu kutipan kata yang begitu mengena dalam novel ini, “Kita harus
menjadi sesuatu yang bukan diri kita, untuk akhirnya menjadi sesuatu yang
merupakan diri kita sendiri”.Terkadang tidak semua mimpi kita bisa kita
raih begitu saja. Banyak pengorbanan yang harus dilakukan dan salah satunya
adalah menjadi apa yang bukan diri kita inginkan, seperti halnya Kugy. Untuk
menjadi seorang juru dongeng tidak semudah membalikan telapak tangan. Kugy
berpikir, dia harus mempunyai profesi yang layak dan menghasilkan gaji yang
cukup untuk memenuhi kehidupannya. Baru setelah itu, dia mempunyai profesi
sampingan berupa juru dongeng.
Dari novel ini kita juga belajar arti dari sebuah
perjuangan dalam meraih cita-cita dan impian yang kita damba-dambakan. Jadi,
untuk seseorang yang sedang putus asa dan kehilangan semangatnya, novel ini
layak dikonsumsi untuk membangkitkan semangat dan menambah inspirasi. Dibumbui
kisah cinta yang begitu membuat emosi melonjak-lonjak, novel Perahu Kertas
sangat membantu kita untuk belajar lebih lanjut apa arti dari cinta itu
sendiri. Seperti perahu kertas yang dihanyutkan di parit, di empang, di
kali, di sungai, tapi selalu bermuara di tempat yang sama. Meski pahit, sakit,
dan meragu, tapi hati sesungguhnya selalu tahu.
Post a Comment