PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Anak adalah anugrah yang paling besar yang pernah anda terima. Terkadang bayi juga rentan terkena penyakit,adapun peyakit tersbut adalah tbc,broncopnemonia dan common cold.
Tuberculosis
(TB paru) adalah penyakit infeksi parenkrim yang disebabkan oleh
Mycrobakterium Tuberculosis. Penyakit tuberculosis pada anak termasuk
remaja awal disebut juga tuberculosis primer dan termasuk penyakit
sistemik.
Bronkopneumonia
adalah pneumonia yang mempunyai pola penyebaran berbecak, teratur dalam
satu atau lebih area terlokalisir dalam bronki dan meluas ke parenkim
paru yang berdekatan di sekitarnya.merupakan salah satu pembagian
dari pneumonia menurut dasar anatomis. Pneumonia adalah radang
paru-paru yang dapat disebabkan oleh bermacam-macam, seperti bakteri,
virus, jamur, dan benda-benda asing.
Common
Cold adalah infeksi primer di nasofaring dan hidung yang sering.
Dijumpai pada bayi dan anak. Dibedakan istilah nasofaring akut untuk
anak dan common cold untuk orang dewasa oleh karena manifestasi klinis
penyakit ini pada orang dewasa dan anak berlainan. Pada anak infeksi
lebih luas , mencakup daerah sinus paranasal, telinga tengah disamping
nasofaring, disertai demam yang tinggi. Pada orang dewasa infeksi
mencakup daerah terbatas dan biasanya tidak disertai demam yang tinggi.
1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi penyakit TBC, Brokopnemonia dan Common Cold.
2. Untuk dapat mengetahui etiologi dari TBC, Brokopnemonia dan Common Cold.
3. Agar mahasiswa dapat mengerti patologis dari TBC, Brokopnemonia dan Common Cold.
4. Untuk mengetahui penangan dari TBC, Brokopnemonia dan Common Cold.
5. Agar dapat mengetahui bagaimana penatalaksanaan dari TBC, Brokopnemonia dan Common Cold.
6. Untuk mengetahui bagaimana cara pengobatan dari TBC, Brokopnemonia dan Common Could
BAB II
TIJAUAN TEORITIS
2.1 TBC PADA ANAK
I. PENGERTIAN
Tuberculosis
(TB paru) adalah penyakit infeksi parenkrim yang disebabkan oleh
Mycrobakterium Tuberculosis. Penyakit tuberculosis pada anak termasuk
remaja awal disebut juga tuberculosis primer dan termasuk penyakit
sistemik.
II. ETIOLOGI DAN PENULARAN
Tuberkulosis
merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh mycobatcterium
tuberculosis dan mycobacterium bovis. Mycobacterium di temukan oleh
Robert Koch dalam tahun1882 .basil tubercolosis dapat hidup dan tetap
bertahan beberapa minggu dalam keadaan kering tetapi dalam kadaan lembab
mati pada suhu 600c dalam waktu 15-20 menit. Penularan
mycobacterium tubercolosis biasanya melalui udara,hingga sebagian besar
focus primer tubercolosis terdapat dalam paru-paru. Selain melalui udara
penularan dapat per oral misalnya minum susu yang mengandung basil
tubercolosis,biasanya microbacterium bovis.dapat juga terjadi dengan
kontak langsung misalnya melalui luka atau lecet di kulit.
Runyon (1959) membagi mycobacterium menjadi 4 golongan:
1. Golongan fotokromogen,misalnya M.cansasii yang dapat menyebabkan penyakit didalam dan di luar paru seperti tubercolosis.
2. Golongan skotokromogen,misalnya N.scrofulaceum yang dapat menyebabkan adenitis servikalis pada anak.
3. Golongan nonfotokromogen misalnya:M.intracellare.(bettey strains),yang dapat menyebabkan penyakit paru seperti tubercolosis.
4. Golongan rapid growers misalnya M.fortuitum yang dapat menyebabkan abses M.smegmantes merupakan saprofit pada smegma.
III. PATOGENESIS DAN PATOLOGI.
Terjadinya
infeksi dipengaruhi oleh virulensi dan banyak basis tubercolosis serta
daya tahan tubuh manusia. Infeksi primer biasanya terjadi dalam
paru-paru,hal ini disebabkan penularan sebagian besar melalui udara.
Basil tubercolosis akan menyebar dengan cepat melalui saluran getah
bening menuju kelenjar regional yang kemudian akan mengadakan reaksi
eksudasi. Focus primer,limfangitis dan kelenjar getah bening regional
yang membesar,membentuk kompeks primer.kompleks primer terjadi 2-10
minggu setelah infeksi.waktu antara terjadinya infeksi sampai
tebentuknya kompeks primer di sebut masa inkubasi.
Tubercoosis
primer cenderung sembuh sendiri tetapi sebagian akan menyebar lebih
lanjut dan dapat menimbulkan komplikasi.tubercolosis dapat meluas dalam
jaringan paru sendiri. Selain itu basil tubercolosis dapat masuk ke
dalam aliran darah secara langsung atau melalui kelenjar getah
bening.melalui aliran darah basil tubercolosis dapat mencapai alat tubuh
lain seprti bagian paru lain,selaput otak,otak,tulang,hati,ginjal dll.
Sebagian besar komplikasi tuberkulis primer terjadi dalam 12 bulan setelah terjadinya penyakit.
IV. MANIFESTASI KLINIS
1. Batuk berdahak selama 3 minggu atau lebih.
2. Pernah batuk, dahaknya bercampur darah
3. Demam : demam lebih dari satu bulan terutama siang dan sore hari
4. Nafsu makan dan berat badan menurun
5. Berkeringat malam
6. Bila sakit sudah berlanjut lama timbul sesak nafas
7. Uji tuberculin positif ( > 10 mm )
8. Gambaran Foto rontgen mendukung
9. Terdapat reaksi kemerahan yang cepat dalam 3 – 7 hari setelah imunisasi BCG.
10. Kadang terdapat pembesaran kelenjar limfe, meningitis
V. KLASIFIKASI TUBERKULOSIS
Ranke membagi tuberkulosis dalam 3 stadium :
STADIUM I : kompleks primer dengar penyebaran limfogen.
STADIUM II : pada waktu penyebaran hematogen
STADIUM III : tuberkulsis paru menahun ( chronic pulmonary tuberkulosis )
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Ø Tes/uji tuberculin
Pada
anak, uji tuberkulin merupakan pemeriksaan paling bermanfaat untuk
menunjukkan sedang/pernah terinfeksi Mikobakterium tuberkulosa dan
sering digunakan dalam "Screening TBC". Ada beberapa cara melakukan uji
tuberkulin, namun sampai sekarang cara mantoux lebih sering digunakan.
Lokasi
penyuntikan uji mantoux umumnya pada ½ bagian atas lengan bawah kiri
bagian depan, disuntikkan intrakutan (ke dalam kulit). Penilaian uji
tuberkulin dilakukan 48–72 jam setelah penyuntikan dan diukur diameter
dari pembengkakan (indurasi) yang terjadi.
1. Pembengkakan (Indurasi) : 0–4mm,uji mantoux negatif.
Arti klinis : tidak ada infeksi Mikobakterium tuberkulosa.
2. Pembengkakan (Indurasi) : 3–9mm,uji mantoux meragukan.
Hal ini bisa karena kesalahan teknik, reaksi silang dengan Mikobakterium atipik atau setelah vaksinasi BCG.
3. Pembengkakan (Indurasi) : ≥ 10mm,uji mantoux positif.
Arti klinis : sedang atau pernah terinfeksi Mikobakterium tuberkulosa.
Ø Pemeriksaan sputum
Untuk pemeriksaan dahak / sputum 3 kali yaitu SPS ( Sewaktu – Pagi – Sewaktu ) :
1. Sewaktu :
Dahak dikumpulkan pada saat suspek TB datang berkunjung pertama kali.
Pada saat pulang, suspek membawa sebuh pot dahak untuk mengumpulakan
dahak hari ke dua.
2. Pagi :
Dahak dikumpulkan dirumah pada pagi hari kedua, segera setelah bangun
tidur. Pot segera dibawa dan diserahkan pada petugas laboratorium RS
atau puskesmas.
3. Sewaktu : Dahak dikumpulkan di RS atau puskesmas pada hari kedua saat menyerahkan dahak pagi.
Bagan saat pemeriksaan dahak/sputum
Pada
foto thoraxs terdapat bayangan terletak di lapangan atas paru atau
segment apikal lobus bawah, bayangan berawan atau bercak,
Ø Tes Reaksi cepat BCG
Bila dalam penyuntikan BCG terjadi
reaksi cepat berupa kemerahan dan indurasi (pembengkakan) > 5 mm,
maka bisa dicurigai telah terinfeksi microbakterium tuberculosis.
VII. PENANGANAN
a. Farmakoterapi
Pengobatan
diberikan setelah penderita dinyatakan positif menderita TBC oleh
dokter / petugas kesehatan dari hasil ditemukan kuman mycrobakterium TBC ( BTA + ) atau ( BTA - ) dengan rontgen positif.
Penderita
TBC paru ( BTA + ) yang tidak mampu akan paket obat secara gratis
dengan syarat harus ada seorang PMO ( Pengawas Minum Obat ) yakni
petugas kesehatan atau orang yang dipercaya dan dekat dengan penderita.
Minum obat sebelum dianjurkan oleh dokternya.
Orang dilingkungan penderita TBC ( terutama dengan BTA + ) disarankan untuk memeriksakan diri .
Penderita
dinyatakan sembuh setelah pengobatan berjalan selama 6 bulan secara
teratur dan pada bulan terakhir dilakukan pemeriksaan ulang dahak 2
kali.
Apabila hasil pemeriksaan kedua ( BTA - ) maka penderita dinyatakan sembuh
Obat yang digunakan untuk TBC dibagi menjadi 2 yaitu :
Ø Obat Primer : Isoniazid (INH), Rifamisin, Pirazinamid, Steptomisin, Ethambutol
Ø Obat sekunder : Exionamid, Paraaminosalisilat, Sikloserin, Amikasin, kanamisin, kapreomisin.
Jenis obat – obatan yang sering digunakan dalam pengobatan TBC yaitu :
a. Rifamisin
(R), dengan dosis 10 – 15 mg/KgBB/Hari, diberikan 1 kali sehari peroral
diberikan selama 6 – 9 bulan, diminum sebelum makan.
b. INH
(H) / Isoniazid, berkerja bakterisidal terhadap basil yang berkembang
aktif ekstraseluler dan basil didalam makrofag. Dosis 10 – 20
mg/KgBB/hari peroral. Lama pemberian 18 – 24 bulan.
c. Steptomisin,
berkerja bakterisidal hanya terhadap basil yang tumbuh aktif
ekstraseluler, cara memberikannya IM dengan dosis 30 – 50 mg/Kg/BB/hari
maksimum 750 mg/hari, diberikan setiap hari selama 1 – 3 bulan,
dilanjutkan 2 – 3 kali seminggu selama 1 – 3 bulan lagi.
d. Pirazinmid (Z), berkerja bakterisidal terhadap basil intraseluler, dosis 30 – 35 mg/KgBB/hari peroral 2 kali selama 4 – 6 bulan.
e. Etambutol berkerja bakterisidal dosis 20 mg/KgBB/hari 2 kali selama 1 tahun.
f. Kortikosteroid dapat diberikan pada : meningitis TB, pleuritis TB, perikarditis TB.
Untuk dosis anak pada pemberian obat antituberculosis (OAT) dalam jangka pendek 6 – 9 bulan :
1. 2HR/7H2R2 = INH + Rifamisin setiap hari
selama 2 bulan pertama, kemudian INH + Rifamisin setiap hari atau 2 x
seminggu selama 6 bulan (ditambah etambutol jika terdapat resisten
terhadap INH)
2. 2HRZ/4H2R2 = INH + Rifamisin + Pirazimnid setiap hari selama 2 bulan pertama, kmeudian INH + Rifamisin setiap hari atau 2 minggu selama 4 bulan.
Pengobatan
TBC pada anak jika INH dan Rifamisin diberikan bersamaan, dosis
maksimum per hari INH 10 mg/KgBB dan Rifamisin 15 mg/KgBB.
Dosis anak jika INH dan Rifamisin yang diberikan.
TBC tidak berat
INH : 5 mg/Kg/BB/hari
Rifamisin : 10 mg/KgBB/hari
TBC berat (Meningitis TB)
INH : 10 mg/KgBB/hari
Rifamisin : 15 mg/KgBB/hari
Prednison : 1 – 2 mg/KgBB/hari ( max 60 mg ).
b. Pencegahan Penularan TBC
Mencegah penularan TBC memang cukup sulit tapi pada dasarnya bisa kita mulai melalui “ HIDUP SEHAT ” dengan cara :
· Jika batuk tutuplah mulut dengan sapu tangan atau tisu.
· Jika batuk berdahak, agar dahaknya ditampung dalam pot berisi lisol 5% atau dahak ditimbun dengan tanah.
· Jika
sudah jelas dalam pemeriksaan laboratorium BTA ( Bakteri Tahan Asam )
positif, maka segaralah berobat secara teratur selama 6 bulan.
· Penderita TB paru dianjurkan tidak tidur satu kamar dengan keluraga, terutama selama 2 bulan pengobatan pertama.
· Keluarga penderita sebaiknya memeriksakan diri ke puskesmas.
· Bila ada bayi harus mendapat imunnisasi BCG, setelah di tes Tuberkulosis
· Untuk
mempertinggi daya tahan tubuh, makanlah makanan bergizi yang
terjangkau, misalnya tahu, tempe, ikan asin, sayur – sayuran dan buah –
buahan.
· Istirahat yang cukup
2.2 BRONKOPNEUMONIA
I. Pengertian.
Bronkopneumonia
adalah pneumonia yang mempunyai pola penyebaran berbecak, teratur dalam
satu atau lebih area terlokalisir dalam bronki dan meluas ke parenkim
paru yang berdekatan di sekitarnya.merupakan salah satu pembagian
dari pneumonia menurut dasar anatomis. Pneumonia adalah radang
paru-paru yang dapat disebabkan oleh bermacam-macam, seperti bakteri,
virus, jamur, dan benda-benda asing (Ngastiyah, 1997). Menurut Lab/UPF
Ilmu Kesehatan Anak RSUD Dr. Soetomo, 1994 pneumonia adalah radang pada
parenkim paru.
II. Etiologi.
1. Bakteri
: Pneumokokus merupakan penyebab utama pneumonia, dimana pada anak-anak
serotipe 14, 1, 6, dan 9, Streptokokus dimana pada anak-anak dan
bersifat progresif, Stafilokokus, H. Influenza, Klebsiela, M.
Tuberkulosis, Mikoplasma pneumonia.
2. Virus : Virus adeno, Virus parainfluenza, Virus influenza, Virus respiratori sinsisial.
3. Jamur : Kandida, Histoplasma, Koksidioides.
4. Protozoa : Pneumokistis karinii.
5. Bahan kimia :
A. Aspirasi makanan/susu/isi lambung
B. Keracunan hidrokarbon (minyak tanah, bensin, dan sebagainya).
III. Gambaran Klinik
Mendadak
panas tinggi, nyeri kepala/dada (anak besar), batuk, sesak, takipnea,
napas cuping hidung, sianosis, kaku kuduk, distensi perut.
IV. Penatalaksanaan.
Pada
penyakit yang ringan, mungkin virus tidak perlu antibiotic. Pada
penderita yang rawat inap (penyakit berat) harus segera diberi
antibiotic. Pemilihan jenis antibiotic didasarkan atas umur, keadaan
umum penderita dan dugaan kuman penyebab.
1. Umur
3 bulan-5 tahun, bila toksis mungkin disebabkan oleh Streptokokus
pneumonia, Hemofilus influenza atau Stafilokokus. Pada umumnya tidak
dapat diketahui kuman penyebabnya, maka secara praktis dipakai :
Kombinasi :
Penisilin prokain 50.000-100.000 KI/kg/24jam IM, 1-2 kali sehari, dan Kloramfenikol 50-100 mg/kg/24 jam IV/oral, 4 kali sehari.
Atau kombinasi :
Ampisilin 50-100 mg/kg/24 jam IM/IV, 4 kali sehari dan Kloksasilin 50 mg/kg/24 jam IM/IV, 4 kali sehari.
Atau kombinasi :
Eritromisin 50 mg/kg/24 jam, oral, 4 kali sehari dan Kloramfenikol (dosis sda).
2. Umur < bulan, biasanya disebabkan oleh : Streptokokus pneumonia, Stafilokokus atau Entero bacteriaceae.
Kombinasi :
Penisilin prokain 50.000-100.000 KI/kg/24jam IM, 1-2 kali sehari, dan Gentamisin 5-7 mg/kg/24 jam, 2-3 kali sehari.
Atau kombinasi :
Kloksasilin 50 mg/kg/24 jam IM/IV, 4 kali sehari dan Gentamisin 5-7 mg/kg/24 jam, 2-3 kali sehari.
Kombinasi ini juga diberikan pada anak-anak lebih 3 bulan dengan malnutrisi berat atau penderita immunocompromized.
3. Anak-anak > 5 tahun, yang non toksis, biasanya disebabkan oleh :
Streptokokus pneumonia :
- Penisilin prokain IM atau
- Fenoksimetilpenisilin 25.000-50.000 KI/kg/24 jam oral, 4 kali sehari atau
- Eritromisin (dosis sda) atau Kotrimoksazol 6/30 mg/kg/24 jam, oral 2 kali sehari.
- Mikoplasma pneumonia : Eritromisin (dosis sda).
4. Bila
kuman penyebab dapat diisolasi atau terjadi efek samping obat (misalnya
alergi) atau hasil pengobatan tidak memuaskan, perlu dilakukan
reevaluasi apakah perlu dipilih antibiotic lain.
5. Lamanya pemberian antibiotic bergantung pada :
- kemajuan klinis penderita
- jenis kuman penyebab
Indikasi rawat inap :
1. Ada kesukaran napas, toksis.
2. Sianosis
3. Umur kurang dari 6 bulan
4. Adanya penyulit seperti empiema
5. Diduga infeksi Stafilokokus
6. Perawatan di rumah kurang baik.
Pengobatan simptomatis :
1. Zat asam dan uap.
2. Ekspetoran bila perlu
Fisioterapi :
1. Postural drainase.
2. Fisioterapi dengan menepuk-nepuk.
V. Asuhan Keperawatan.
A. Pengkajian keperawatan
1. Identitas.
Umumnya
anak dengan daya tahan terganggu akan menderita pneumonia berulang atau
tidak dapat mengatasi penyakit ini dengan sempurna. Selain itu daya
tahan tubuh yang menurun akibat KEP, penyakit menahun, trauma pada paru, anesthesia, aspirasi dan pengobatan antibiotik yang tidak sempurna.
2. Riwayat Keperawatan.
a. Keluhan utama.
Anak
sangat gelisah, dispnea, pernapasan cepat dan dangkal, diserai
pernapasan cuping hidupng, serta sianosis sekitar hidung dan mulut.
Kadang disertai muntah dan diare.atau diare, tinja berdarah dengan atau
tanpa lendir, anoreksia dan muntah.
b. Riwayat penyakit sekarang.
Bronkopneumonia
biasanya didahului oleh infeksi saluran pernapasan bagian atas selama
beberapa hari. Suhu tubuh dapat naik sangat mendadak sampai 39-40oC dan kadang disertai kejang karena demam yang tinggi.
c. Riwayat penyakit dahulu.
Pernah menderita penyakit infeksi yang menyebabkan sistem imun menurun.
d. Riwayat kesehatan keluarga.
Anggota keluarga lain yang menderita penyakit infeksi saluran pernapasan dapat menularkan kepada anggota keluarga yang lainnya.
e. Riwayat kesehatan lingkungan.
Menurut
Wilson dan Thompson, 1990 pneumonia sering terjadi pada musim hujan dan
awal musim semi. Selain itu pemeliharaan ksehatan dan kebersihan
lingkungan yang kurang juga bisa menyebabkan anak menderita sakit.
Lingkungan pabrik atau banyak asap dan debu ataupun lingkungan dengan
anggota keluarga perokok.
f. Imunisasi.
Anak
yang tidak mendapatkan imunisasi beresiko tinggi untuk mendapat
penyakit infeksi saluran pernapasan atas atau bawah karena system
pertahanan tubuh yang tidak cukup kuat untuk melawan infeksi sekunder.
g. Riwayat pertumbuhan dan perkembangan.
h. Nutrisi.
Riwayat gizi buruk atau meteorismus (malnutrisi energi protein = MEP).
3. Pemeriksaan persistem.
a. Sistem kardiovaskuler.
Takikardi, iritability.
b. Sistem pernapasan.
Sesak
napas, retraksi dada, melaporkan anak sulit bernapas, pernapasan cuping
hdidung, ronki, wheezing, takipnea, batuk produktif atau non produktif,
pergerakan dada asimetris, pernapasan tidak teratur/ireguler,
kemungkinan friction rub, perkusi redup pada daerah terjadinya
konsolidasi, ada sputum/sekret. Orang tua cemas dengan keadaan anaknya
yang bertambah sesak dan pilek.
c. Sistem pencernaan.
Anak
malas minum atau makan, muntah, berat badan menurun, lemah. Pada orang
tua yang dengan tipe keluarga anak pertama, mungkin belum memahami
tentang tujuan dan cara pemberian makanan/cairan personde.
d. Sistem eliminasi.
Anak
atau bayi menderita diare, atau dehidrasi, orang tua mungkin belum
memahami alasan anak menderita diare sampai terjadi dehidrasi (ringan
sampai berat).
e. Sistem saraf.
Demam, kejang, sakit kepala yang ditandai dengan menangis terus pada anak-anak atau malas minum, ubun-ubun cekung.
f. Sistem lokomotor/muskuloskeletal.
Tonus otot menurun, lemah secara umum,
g. Sistem endokrin.
Tidak ada kelainan.
h. Sistem integumen.
Turgor kulit menurun, membran mukosa kering, sianosis, pucat, akral hangat, kulit kering, .
i. Sistem penginderaan.
Tidak ada kelainan.
4. Pemeriksaan diagnostik dan hasil.
Secara laboratorik ditemukan lekositosis, biasanya 15.000 - 40.000 / m3
dengan pergeseran ke kiri. LED meninggi. Pengambilan sekret secara
broncoskopi dan fungsi paru-paru untuk preparat langsung; biakan dan
test resistensi dapat menentukan/mencari etiologinya. Tetapi cara ini
tidak rutin dilakukan karena sukar. Pada punksi misalnya dapat terjadi
salah tusuk dan memasukkan kuman dari luar. Foto roentgen (chest x ray)
dilakukan untuk melihat :
· Komplikasi seperti empiema, atelektasis, perikarditis, pleuritis, dan OMA.
· Luas daerah paru yang terkena.
· Evaluasi pengobatan
Pada bronchopnemonia bercak-bercak infiltrat ditemukan pada salah satu atau beberapa lobur.
Pada pemeriksaan ABGs ditemukan PaO2 < 0 mmHg.
Masalah pemenuhan kebutuhan dasar (pohon masalah).
|
B. Diagnosa keperawatan.
1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas b.d. produk mukus berlebihan dan kental, batuk tidak efektif.
2. Gangguan pertukaran gas b. d. peerubahan membrane alveolar.
3. Risiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake inadekuat.
4. Hipertermi b.d proses inflamasi paru
C. Perencanaan Keperawatan
Diagnosa Keperawatan
|
Perencanaan Keperawatan
| ||
Tujuan dan kriteria hasil
|
Intervensi
|
Rasional
| |
Ketidakefektifan bersihan jalan napas b.d. produk mukus berlebihan dan kental, batuk tidak efektif.
|
Jalan napas pasien akan paten dengan kriteria hasil jalan napas bersih, batuk hilang, x ray bersih, RR 15 – 35 X/menit.
|
1. Auskultasi bunyi napas
2. Kaji karakteristik secret
3. Beri posisi untuk pernapasan yang optimal yaitu 35-45 0
4. Lakukan nebulizer, dan fisioterapi napas
5. Beri agen antiinfeksi sesuai order
6. Berikan cairan per oral atau iv line sesuai usia anak.
|
Menetukan adekuatnya pertukran gas dan luasnya obstruksi akibat mucus.
Infeksi ditandai dengan secret tebal dan kekuningan
Meningkatkan pngembangan diafragma
Nebulizer membantu menghangatkan dan mengencerkan secret. Fisioterapi membantu merontokan secret untuk dikeluarkan.
Menghambat pertumbuhan mikoroorganisme
Cairan adekuat membantu mengencerkan secret sehingga mudah dikeluarkan
|
Gangguan pertukaran gas b. d. peerubahan membrane alveolar.
|
Pertukaran gas normal bagi pasien dengan criteria PaO2 = 80-100 mmHg, pH darah 7,35-7,45 dan bunyi napas bersih.
|
1. Kaji tingkat kesadaran
2. Observasi warna kulit dan capillary refill
3. Monitor ABGs
4. Atur oksigen sesuai order
5. Kurangi aktivitas anak
|
Tanda ini menunjukkan hipoksia
Menentukan adekuatnya sirkulasi dimana penting untuk pertukaran gas ke jaringan
Deteksi jumlah Hb yang ada dan adanya infeksi
Meningkatkan pertukaran gas dan mengurangi kerja pernapasan
Mengurangi kebutuhan akan oksigen
|
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake inadekuat.
|
Stauts nutrisi dalam batas normal dengan criteria BB bertambah 1 kg/minggu, tidak pucat, anoreksia hilang, bibir lembab
|
1 Auskultasi bunyi usus
2 Kaji kebutuhan harian anak
3 Ukur lingkat lengan, ketebalan trisep
4 Timbang berat badan setiap hari.
5 Berikan diet pada anak sesuai kebutuhannya
|
Mendokumentasikan peristaltis usus yang dibutuhkan untuk digesti.
Membantu menetapkan diet individu anak
Hal ini menentukan penyimpanan lemak dan protein.
Nutrisi meningkat akan mengakibatkan peningkatan berat badan.
Memenuhi kebutuhan nutrisinya.
|
Hipertermi b.d proses inflamasi paru
|
Suhu tubuh dalam batas normal dengan criteria hasil suhu 372 0C, kulit hangat dan lembab, membrane mukosa lembab.
|
1. Ukur suhu tubuh setiap 4 jam
2. Monitor jumlah WBC
3. Atur agen antipiretik sesuai order.
4. Tingkatkan sirkulasi ruangan dengan kipas angina.
5. Berikan kompres air biasa
|
Indikasi jika ada demam
Leukositosis indikasi suatu peradangan dan atau proses infeksi
Megnurangi demam dengan bertindak pada hipotalamus
Memfasilitasi kehlangan panas lewat konveksi
Memfasilitasi kehilangan panas lewat konduksi
|
2.3 COMMON COLD
I. DEFINISI
Common
Cold adalah infeksi primer di nasofaring dan hidung yang sering.
Dijumpai pada bayi dan anak. Dibedakan istilah nasofaring akut untuk
anak dan common cold untuk orang dewasa oleh karena manifestasi klinis
penyakit ini pada orang dewasa dan anak berlainan. Pada anak infeksi
lebih luas , mencakup daerah sinus paranasal, telinga tengah disamping
nasofaring, disertai demam yang tinggi. Pada orang dewasa infeksi
mencakup daerah terbatas dan biasanya tidak disertai demam yang tinggi.
II. ETIOLOGI
Penyebab
penyakit ini virus. Masa menular penyakit ini beberapa jam sebelum
gejala timbul sampai 1-2 hari sesudah hilangnya gejala. Komplikasi
timbul akibat infasi bakteri pathogen biasanya pneumococcus,
Streptococcus, dan pada anak kecil H. influenza dan Staphylococcus. Masa
tunas 1-2 hari.
III. FAKTOR PREDISPOSISI
Kelelahan,
gizi buruk, anemia dan kedinginan. Walaupun umur bukan faktor yang
menentukan daya rentan, namun infeksi sekunder purulen lebih banyak
dijumpai pada anak kecil. Penyakit ini sering diderita pada waktu
pergantian musim.
IV. PATOLOGIS ANATOMIS
Submukosa
hidung edematous disertai faso dilatasi pembuluh darah. Terdapat
infiltasi leukosit mula-mula sel mononukleus, kemudian
poliformononukleus. Sel epitel supevisial banyak yang lepas. Regenerasi
sel epitel baru terjadi setelah lewat stadium akut.
V. GEJALA KLINIS
Berupa
gejala nasofaringitis, batuk sedikit dan kadang-kadang bersin. Dari
hidung keluar sekret cair dan jernih yang dapat kental purulen bila
terjadi infeksi sekunder oleh coccus. Secret ini sangat merangsang anak
kecil. Sumbatan hidung (kongesti) menyebabkan anak bernafas melalui
mulut dan anak menjadi gelisah. Pada anak yang lebih besar kadang-kadang
didapat rasa nyeri pada otot, pusing dan anoreksia. Sumbatan hidung
atau kongesti disertai selaput lender tenggorokan yang kering menambah
rasa nyeri.
VI. KOMPLIKASI
1. Sinusitis paranasal
Gejala
umum lebih berat, nyeri kepala bertambah, rasa nyeri dan tekan biasanya
di daerah sinus frontalis dan maksilaris. Proses sinusitis sering
menjadi kronis dengan gejala malaise, cepat lelah dan sukar
berkonsentrasi pada anak besar. Kadang-kadang disertai dengan sumbatan
hidung dan nyeri kepala yang hilang timbul, bersin yang terus-menerus
disertai skret purulen dapat unilateral maupun bilateral. Komplikasi
sinus harus dipikirkan apabila di dapat pernapasan melalui mulut menetap
dan rangsang faring yang menetap tanpa sebab yang tetap. Pengobatan
dengan antibiotika.
2. Dapat
terjadi penutupan tuba Eustachii dengan gejala tuli atau infeksi
menembus lansung kedaerah telingah tengah yang menyebabkan otitis media
akut (OMA). Gejala OMA pada anak kecil dan bayi dapat disertai suhu
badab yang mendadak tinggi (hiperpireksia), kadang-kadang menyebabkan
demam dan disertai gejala muntah dan diare.
3. Penyebaran
infeksi nasofaring kebawah dapat menyebabkan saluran nafas bagian bawah
seperti laryngitis, trakeitis, bronchitis dan broncopneumonia.
VII. PENGOBATAN
Hanya
sistomatik, yaitu diberikan ekspetoran untuk mengatasi batuk .
Sedativum untuk menenangkan dan antipiretikum untuk menurunkan panas
penderita. Obstruksi hidung pada bayi sangat sukar diobati. Pengisapan
lender dari hidung dengan berbagai alat tidak efektif dan biasanya
berbahaya. Cara terbaik penyaluran secret ialah dengan mengusahakan
posisis bayi dalam “prone position”. Pada anak besar dapat diberikan
tetes hidung larutan efedrin 1%. Bila ada infeksi sekunder hendaknya
diberikan antibiotika. Batuk yang produktif (pada bronchitis dan
trakeitis) merupakan kontra indikasi pemberian antitusif (misalnya
kodein) karena terjadi depresi pusat batuk dan pusat muntah, mudah
terjadi penumpukan secret sehingga dapat terjadi bronkoopneu
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Tubercoosis primer
cenderung sembuh sendiri tetapi sebagian akan menyebar lebih lanjut dan
dapat menimbulkan komplikasi.tubercolosis dapat meluas dalam jaringan
paru sendiri. Selain itu basil tubercolosis dapat masuk ke dalam aliran
darah secara langsung atau melalui kelenjar getah bening.melalui aliran
darah basil tubercolosis dapat mencapai alat tubuh lain seprti bagian
paru lain,selaput otak,otak,tulang,hati,ginjal dll.
Bronkopnemonia Mendadak
panas tinggi, nyeri kepala/dada (anak besar), batuk, sesak, takipnea,
napas cuping hidung, sianosis, kaku kuduk, distensi perut.
Common Cold Berupa
gejala nasofaringitis, batuk sedikit dan kadang-kadang bersin. Dari
hidung keluar sekret cair dan jernih yang dapat kental purulen bila
terjadi infeksi sekunder oleh coccus. Secret ini sangat merangsang anak
kecil. Sumbatan hidung (kongesti) menyebabkan anak bernafas melalui
mulut dan anak menjadi gelisah. Pada anak yang lebih besar kadang-kadang
didapat rasa nyeri pada otot, pusing dan anoreksia. Sumbatan hidung
atau kongesti disertai selaput lender tenggorokan yang kering menambah
rasa nyeri.
3.2 Saran
Seperti yang telah anda ketahui pada pembahasan mengenai penyakit TBC,BRONKOPNEMONIA,COMMON COLD yang
sangat berbahaya sehinga dapat menyebabkan infeksi yang fatal atau
kematian, oleh karena itu harus lebih diperhatikan dan menjaga kesehatan tubuh kita agar terhindardari penyakit tersebut serta penyakit yang lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Markum, A.H., Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak Jilid 1, Balai Penerbit FKUI, Jakarta, 1991
Mansjoer, Arief,
dkk, 2000, Kapita Selekta Kedokteran, Eedisi 3, Media Aesculapius, Jakarta.
Ngastiyah, Perawatan Anak Sakit, EGC, Jakarta 1997.
Nelson. 2000. Ilmu Kesehatan Anak, Volume 2 Edisi 15. EGC. Jakarta.
, 2001. Pedoman Pengobatan Di Puskesmas Dep. RI
Soeparman. 1999. Ilmu Penyakit Dalam; Jilid I. FKUI. Jakarta.
Wong, L Dona 2000, Keperawatan Pediatrik, EGC, Jakarta.
http/www.medicastore.com
Post a Comment